46. Anakku

6.6K 1.3K 253
                                    

Setelah dua minggu pergi dari rumah, ini kali pertama bagi Runa akan tidur sekamar lagi dengan Raka. Di rumah orang tua Raka, tentu Runa tidak bisa tidur di kamar yang berbeda dengan Raka karena akan menimbulkan kecurigaan. Meski sejak tiba di Solo Runa selalu berusaha menemani ibu mertua di jadwal yang berbeda dengan Raka untuk meminimalkan pertemuan, tapi Runa juga sadar bahwa ia tidak bisa selalu menghindari berduaan dengan Raka. Jadi ketika kali itu ia harus kembali tidur sekamar dengan Raka, Runa sudah mengantisipasinya.

Siang itu, setibanya dari rumah sakit, setelah memastikan ibu mertuanya sudah dapat beristirahat di kamar dengan nyaman, Runa juga masuk ke kamar Raka. Ia masih merasa tidak enak badan, sehingga memutuskan untuk tidur. Barangkali setelah bangun sore nanti, ia bisa merasa lebih sehat.

Ketika memasuki kamar, ia melihat Raka sudah berganti pakaian dengan kaos santai dan celana selutut. Lelaki itu menoleh saat Runa masuk kamar, tapi Runa hanya diam dan tidak menyapa. Perempuan itu langsung saja menuju lemari pakaian. Dari dalamnya, ia mengambil kaos dan celana panjang rumahan.

Berbeda dengan rumah Raka di Jakarta, disini kamar Raka tidak dilengkapi dengan kamar mandi di dalamnya. Runa tadinya hendak berganti pakaian di kamar mandi bersama, tapi pasti akan terlihat mencurigakan jika orang lain tahu bahwa ia mengganti pakaian di kamar mandi, alih-alih di kamar sendiri. Jadi meski merasa risih, Runa terpaksa berganti pakaian di hadapan Raka.

Raka memerhatikan istrinya yang berdiri memunggunginya, menghadap ke lemari, dan mulai melepas pakaiannya untuk berganti dengan kaos rumahannya. Runa selalu seperti itu jika sedang marah pada Raka. Pada kondisi normal, perempuan itu akan nyaman saja berganti pakaian di hadapan Raka. Tapi saat sedang marah, Runa pasti tidak mau melepas pakaiannya di hadapan Raka dan memilih berganti baju di kamar mandi. Tapi karena disini tidak ada kamar mandi di dalam kamar, maka Raka mengerti mengapa istrinya itu melepas pakaian sambil memunggungi. Meski demikian, meski memahami sikap Runa, tetap saja Raka merasa sedih.

Setelah memakai kaos rumahannya, Runa melangkah menuju ranjang. Ia lalu merebahkan diri, memutar tubuh hingga tidur memunggungi suaminya dan memejamkan mata.

Raka ikut duduk di ranjang, lalu menggeser tubuh mendekati sang istri. Dari balik tubuh Runa, dia meletakkan telapak tangan di dahi istrinya itu. Runa bergeming. Tidak menepis sentuhan Raka, tapi juga tidak membuka matanya.

Nggak demam, pikir Raka.

Lelaki itu kemudian menarik tangannya dari dahi Runa, dan membelai rambut panjang istrinya dengan lembut.

"Masih pusing atau mual, Run?" tanya Raka lembut.

Runa tidak menjawab. Dia hanya bergumam. Raka menerimanya sebagai jawaban iya.

"Jangan-jangan dugaan Ibu benar. Kamu hamil?" tanya Raka.

Raka menunggu, tapi Runa tidak kunjung menjawab. Karenanya, Raka menarik tangannya dari rambut Runa, lalu rebah di sisi perempuan itu.

"Memangnya kenapa kalau aku hamil?" tanya Runa tiba-tiba. Raka menoleh dan mendapati Runa masih memunggunginya. "Khawatir kalau kamu jadi harus nunggu 9 bulan sebelum kamu bisa bersama Hani?"

Raka bangkit dari rebahnya dan menghadapi punggung Runa.

"Run, aku nggak___"

"Atau kamu justru mau tanya, apakah ini anak kamu atau bukan?"

"Jadi bener, kamu hamil? Ini anakku kan?"

Masih memejamkan matanya, Runa menahan nyeri di dadanya. Jadi benar, ternyata begitulah Raka memandang dirinya.

"Run.. "

Raka mencengkeram lengan Runa, memaksanya untuk membalikkan tubuh. Tapi Runa bergeming, mempertahankan diri memunggungi Raka.

Tidak dihargai. Disepelekan. Dibohongi demi perempuan lain. Dituduh selingkuh. Dan sekarang laki-laki itu bahkan tidak yakin siapa ayah dari janin itu. Apa lagi yang harus dipertahankan dari pernikahan seperti itu kan?

"Kamu nggak mau Ibu serangan jantung lagi kalau dengar kita bertengkar kan?" kata Runa, mengendalikan suaranya agar tetap tenang. "Aku pusing. Mau tidur."

* * *

Woooeee!!! Pendek amat Thor!!!
Yang panjang dong, biar enak!!!

Iya, iya, double update deh, kalo banyak yg vote n komen. Hehehe

WAKTU YANG SALAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang