Mengingat pada beberapa pertemuan terakhir dengan Raka, kecuali saat mereka berangkat bersama ke Solo, selalu berakhir dengan pertengkaran, Runa sengaja selalu menghindari Raka selama berada di Solo. Itu mengapa ia memilih menjaga ibu mertuanya pada waktu yang berbeda dengan Raka.
Setelah kemarin ia melihat Raka bertemu dengan Hani untuk kedua kalinya - - yang ia pergoki. Entah berapa kali sudah mereka saling bertemu tanpa sepengetahuan Runa--, ditambah kata-kata menyakitkan Raka yang seperti mengusirnya dari rumah, rasanya tidak ada alasan lagi bagi Runa untuk kembali bersama Raka. Hanya karena rasa sayangnya pada mertuanyalah yang membuat Runa bertahan saat ini. Setidaknya ia ingin menunggu hingga kesehatan ibu mertuanya pulih, barulah memberitahukan tentang keputusannya.
Tapi ketika dirinya memutuskan untuk menghindari Raka, kenapa lelaki itu justru sengaja mendekatinya? Ketika ia pamit pulang pada mertuanya, kenapa Raka justru ikut pamit untuk mengantar dirinya ke halaman parkir tempat mobil dan supir ayah mertuanya berada? Bahkan meski dirinya sudah menolak secara halus, kenapa Raka tetap berkeras? Apa lagi yang mau dibicarakan lelaki itu padanya? Apakah hanya ingin mengajak bertengkar seperti sebelum-sebelumnya?
"Makasih, Run," kata Raka, sambil menjajari langkah Runa, menyusuri koridor rumah sakit. "Dari kemarin aku belum sempat bilang. Makasih sudah mengkhawatirkan Ibu."
"Hmmm." Runa hanya bergumam singkat. Takutnya, kalau ia buka mulut, akan berakhir dengan pertengkaran lagi.
Tapi meski Runa sudah menahan diri agar tidak terjadi adu mulut, kelihatannya justru Raka yang terus memancing.
"Risyad kelihatan dekat banget sama Ganes. Kamu berusaha mendekatkan dia sama anak-anak?" tanya Raka.
Runa menghela nafas, tanpa menjawab. Masih menahan diri. Tuh kan, ngajak berantem.
"Seberapa dekat hubungan kalian?" tanya Raka lagi.
"Kami berteman. Juga saudara ipar. Kamu percaya?"
Raka tampak ragu. Antara mempercayai kata-kata Runa atau kata-kata Ganes.
"Tapi Ganes sudah bilang sendiri bahwa kalian sudah merencanakan masa depan bersama. Apa karena itu kamu berkeras minta cerai?"
Runa memejamkan matanya dan menghela nafas lelah. "Oh iya. Itu benar. Alhamdulilah kamu udah tahu."
Mata Raka membulat. "Jadi benar? Hubungan kalian sudah sejauh itu?"
Sebenarnya apa yang diinginkan Raka? Lelaki itu jelas-jelas sudah yakin bahwa Runa dan Ganes memiliki hubungan khusus, tapi kenapa bertanya terus.
"Kamu sebenarnya mengharapkan jawaban seperti apa sih?!" tanya Runa akhirnya, kesal.
"Jawaban yang jujur."
Runa sudah memberikan jawaban yang jujur, tapi apa gunanya kalau Raka sudah punya asumsi sendiri?
Runa menghentikan langkahnya, membuat Raka juga berhenti. Ia kemudian berdiri menghadapi Raka, dan memandang lelaki yang 10 cm lebih tinggi daripada dirinya. Tanpa ragu, tanpa takut. Ia menunggu sampai Raka menunduk dan balas menatapnya.
"Hubunganku dan Ganes sama seperti hubungan kamu dan Hani."
Raka tampak terkejut. Dan marah. "Nah kan! Ternyata ka____"
"Ternyata hubungan kalian memang bukan cuma teman, atau dokter dan pasien kan?" potong Runa cepat. Datar dan dingin.
Dalam keadaan mulut masih terbuka, Raka bagai mendapat pukulan tepat di wajahnya. Ekspresinya berubah-ubah dengan cepat. Kaget, bingung, bodoh, lalu salah tingkah. Dia menyadari bahwa dirinya sudah terkena umpan yang diberikan Runa. Dan responnya atas pernyataan Runa justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.
"Dari awal, aku selalu cerita tentang Ganes ke kamu. Aku nggak menutupi apapun. Aku nggak khawatir apapun. Karena aku yakin sama diriku sendiri, bahwa kami cuma teman. Tapi kamu? Pantes aja kamu nggak pernah cerita tentang Hani. Kamu khawatir aku akan mikir macem-macem. Padahal sebenarnya kamu nggak perlu mengkhawatirkan apa-apa, kamu nggak perlu menyembunyikan apapunkalau kamu memang cuma menganggap dia sebagai pasien atau teman. Dengan kamu menyembunyikan fakta tentang dia, justru memperjelas bahwa kamu menganggap dia lebih dari sekedar pasien atau teman."
"Tapi aku nggak ___"
"Aku nggak bilang kamu selingkuh. Setidaknya secara fisik, mungkin kamu nggak selingkuh. Tapi di dalam pikiranmu? Hati kamu goyah waktu dia datang lagi kan?"
Raka membuka mulutnya hendak membela diri. Tapi tak ada satu katapun yang mampu ia ucapkan.
"Meski aku sudah merencanakan hal-hal di masa depan dengan Ganes, tapi aku nggak pernah berusaha mendekatkan Ganes dengan anak-anak. Dia sendiri yang mendekati anak-anak." Runa menghela napas, kemudian melanjutkan, "Bagi kita berdua, barangkali sudah terlambat. Tapi belum terlambat untuk kamu mendekatkan diri dengan anak-anak. Sebelum mereka merasa lebih dekat dengan orang lain daripada ayahnya sendiri."
* * *
Yaaahh!!!! Pendek amat Thor!!!
Kurang panjang!!!
Makin panjang makin enak!!!
🤭🤭🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKTU YANG SALAH
عاطفيةWORK SERIES #2 Tidak ada yang salah dengan rasa cinta. Tapi jika ia hadir di waktu yang salah, apakah ia masih bisa disebut cinta? ((Cerita ini merupakan salah satu dari beberapa cerita para penulis Karos Publisher tentang aplikasi kencan online: Ma...