Sebelum Kakak2 lanjut membaca, saya infoin dulu deh, bhw bab ini bukan lanjutan bab sebelumnya. Ini cuma postingan iseng2 aja. Kalo minat baca, monggo. Kalo nggak, ya ga apa2. Hehehe.
Di bab2 awal cerita ini dipublish, ada pembaca yg mewanti-wanti supaya cerita ini nggak menginspirasi orang2 untuk selingkuh. Jd kadang saya bertanya sendiri, emang bener ya setelah baca cerita saya ini, trus ada diantara Kakak2 yg jd terinspirasi utk selingkuh? Semoga nggak ada ya Kak.
Eh tp ternyata, selain menginspirasi orang utk selingkuh, ternyata cerita ini juga bikin Kakak2 yg belum nikah malah jd takut nikah, gara2 melihat rumitnya berumah tangga. Aduh, jangan jadi takut nikah dong Kak.
Demi agar cerita ini nggak menjadi dosa jariyah buat saya krn udah menginspirasi orang spy nggak menikah, maka saya mau kasih bbrp tips supaya cobaan dlm rumah tangga bisa diminimalisir atau setidaknya sudah diantisipasi.
Cerita rumah tangga Runa-Raka ini sebenarnya cerita rumah tangga sederhana (sederhana tapi kok nyampe lbh dr 60 bab, wedhus sekali penulisnya). Hanya masalah komunikasi dan perbedaan love language. Tapi ternyata udh bisa bikin pembaca jd takut nikah ya?
Padahal di grup kepenulisan atau platform lain malah banyak bgt tema ttg selingkuh, poligami, suami yg byk menuntut tanpa memberi, suami yg tdk menafkahi istri, mertua yg over control pd keluarga anak dan menantunya dan sederet permasalah rumah tangga lain. Kalau membaca semua postingan tersebut, sinetron indosari terasa tdk terlalu lebay lagi. Dan bukan cuma sekedar cerpen/cerbung, beberapa bahkan mencantumkan kata-kata "berasal dari kisah nyata". Kalo baca cerita2 ky gitu mungkin tensi makin tinggi dan makin males nikah ya?
* * *
Beda orang, beda prinsip hidup. Tentunya, tips yg akan saya tuliskan disini belum tentu sesuai dengan prinsip hidup dan kondisi Kakak2 disini. Bisa jadi ada yg setuju atau nggak setuju sm tips berikut.
Ada yg pernah menasehati saya: "Nikah itu yang penting sama orang yang seiman dan punya visi, misi dan tujuan hidup yang sama. Jadi kalau nanti di perjalanan rumah tangga ada masalah, nggak akan mudah memutuskan bercerai krn pny tujuan hidup yg sama."
Nasihat tsb tentu benar. Sayangnya, bagi saya, saya ga bs menerapkan hal tsb 100%.
Kalau dr Indonesia trus mau ke Belanda aja banyak rute yg bisa dipilih kok. Bisa transit dulu di Kuala Lumpur, transit di Dubai, atau direct flight ke Amsterdam. Bisa lewat utara, bisa lewat Samudera Hindia. Bayangkan kalau kita naik pesawat yang pilot dan co-pilotnya nggak kompak menentukan rute. Meski sama2 bertujuan ke Amsterdam, kalau pilot dan co-pilotnya ga sepakat mau lewat mana, ya bisa2 ga nyampe Amsterdam, nyampenya ke akhirat.
Begitu juga dg rumah tangga. Meski sama2 bertujuan membina rumah tangga sakinah, mawaddah wa rahmah, sehidup sesurga, tapi rutenya bisa macem2. Nah, (calon) suami istri mesti sepakat dulu sebelum memulai perjalanan bersama, mau pilih rute yg mana.
Selain itu, kita biasanya jatuh krn tersandung kerikil, bukan tersandung batu besar. Makanya kalo saya sih hal2 kecil aja saya obrolin sblm memutuskan menikah.
Mengikuti sunah Rasulullah "Ikatlah untamu, lalu bertawakal-lah", maka idealnya, kita berusaha semaksimal mungkin untuk mengantisipasi segala kemungkinan. Setelah itu, setelah segala upaya dilakukan, barulah kita bertawakal, berserah pd takdir Ilahi.
Oleh krn itu saya memiliki prinsip:
SEBELUM MENIKAH, BUKA MATA DAN TELINGA LEBAR-LEBAR.
SETELAH MENIKAH, TERIMA DIA APA ADANYA SAMBIL TERUS BERKOMUNIKASI DAN BERKOMPROMI.
Jangan dibalik ya. Janganlah pas sebelum menikah so sweet banget bilang mau menerima apa adanya, tp pas udah nikah baru nanya adanya apa.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKTU YANG SALAH
RomanceWORK SERIES #2 Tidak ada yang salah dengan rasa cinta. Tapi jika ia hadir di waktu yang salah, apakah ia masih bisa disebut cinta? ((Cerita ini merupakan salah satu dari beberapa cerita para penulis Karos Publisher tentang aplikasi kencan online: Ma...