"Hasil terjemahannya bagus. Tapi kenapa gue belum pernah dengar namanya di dunia penerbitan ya? Dia belum pernah jadi penerjemah sebelumnya? Belum pernah jadi freelance juga?"
"Belum, Mbak," jawab Ganes. "Gue cuma pernah minta tolong dia koreksi hasil terjemahan gue. Novel terakhir yang gue terjemahin kan novel thriller-detective-medis gitu. Dia bantu banyak untuk mengoreksi hasil terjemahan gue, terutama untuk istilah-istilah medisnya. Jadi pas Mbak Mira bilang butuh penerjemah buat gantiin anak buah lo yang cuti melahirkan, gue langsung inget dia."
Perempuan yang dipanggil Mira itu, yang duduk di sebelah Ganes, di belakang kemudi, mengangguk-anggukkan kepala.
"Tumben lo punya kenalan anak sains, Nes? Bukan temen kuliah lo dulu kan?" tanya perempuan itu kemudian, sambil membelokkan mobilnya.
"Bukan, Mbak. Gue juga baru kenalan beberapa bulan ini kok."
"Oh, temennya temen lo ya? Dikenalin sama temen lo?"
"Dikenalin sama Madam Rose."
"Madam Rose?" tanya Mira bingung.
"Hmmm."
Awalnya Mira bingung. Tapi ketika tiba-tiba dia teringat sesuatu, ia jadi kaget.
"Madam Rose yang aplikasi kencan online itu?!" tanya Mira, dengan suara nyaris memekik.
"Biasa aja kali, Mbak," kata Ganes sambil terkekeh.
"Muka kayak gitu, ngapain lagi main Madam Rose, anjir!" Mira memaki dengan ekspresi kesal. Membuat kekehan Ganes berubah menjadi tawa. "Lo nggak usah minta dijodohin Madam Rose, udah banyak cewek yang naksir sama lo!"
"Iseng aja, Mbak. Seru, tahu! Nambah kenalan baru. Buktinya, gue bisa dapet kenalan anak sains."
"Mau menebar modus lo ya? Lo berasa ganteng kalo berhasil modusin banyak cewek?"
Ganes kembali tertawa.
"Jadi si cewek yang mau lo kenalin ke gue ini korban modus lo yang ke berapa?" tanya Mira lagi.
"Dia mah beda, Mbak. Nggak mempan di-modus-in."
Mira mengernyit menatap wajah pemuda di sampingnya, sebelum kembali fokus mengemudi.
"Dan, gue tebak, lo justru merasa makin tertantang karena dia nggak mempan lo modusin?"
Lagi-lagi Ganes tidak menjawab. Alih-alih, ia kembali tertawa. Tapi Mira sepertinya tidak butuh jawaban lagi karena sepertinya dia sudah tahu jawabannya.
Sepuluh menit kemudian mereka sampai di sebuah restoran tempat mereka membuat janji temu.
"Nanti fokus ngomongin kerjaan aja ya, Mbak," Ganes berpesan ketika ia membuka pintu restoran dan mempersilakan Mira untuk masuk. "Nggak usah ngomongin yang lain."
"Ngomongin yang lain gimana maksudnya?" Mira balik bertanya, dengan nada mengejek. "Ngomongin Madam Rose?" lanjutnya, yang disusul tawa.
Ganes merengut karena diejek. Tapi kemudian wajahnya kembali cerah ketika melihat sesosok yang dikenalnya. Meski orang itu duduk membelakanginya, Ganes tetap mengenali sosok itu.
"Runa!" panggil Ganes, ketika ia tinggal berjarak beberapa langkah dari meja tempat perempuan itu menunggu.
Perempuan itu, yang sedang mengikat rambutnya, menoleh ke arah datangnya suara. Ia kemudian tersenyum ketika mendapati Ganes dan seorang perempuan berjalan menghampirinya.
Saat itulah, meski hanya sepersekian detik, Ganes merasa terpana.
"Halo, Ganes!"
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKTU YANG SALAH
RomanceWORK SERIES #2 Tidak ada yang salah dengan rasa cinta. Tapi jika ia hadir di waktu yang salah, apakah ia masih bisa disebut cinta? ((Cerita ini merupakan salah satu dari beberapa cerita para penulis Karos Publisher tentang aplikasi kencan online: Ma...