34. Pengakuan

6.1K 1.1K 273
                                    


"Sebenarnya apa sih masalah kamu dan Raka sampai kalian bertengkar separah ini? Kayaknya selama ini kalian adem ayem aja. Kok tiba-tiba berantem separah ini?"

Begitu yang ditanyakan ibunya kepada Runa tadi pagi, ketika melihat perang dingin antara Runa dan Raka.

Saat itulah Runa sadar bahwa ia tidak tahu jawabannya. Sebenarnya apa masalahnya? Apakah semata karena kecemburuan terhadap Ganes dan Hani, perselisihan akibat masalah finansial, atau sebenarnya lebih jauh lagi? Jangan-jangan masalah-masalah itu hanyalah puncak gunung es yang terlihat, sementara di dasar gunung es tersembunyi ketidakpuasan-ketidakpuasan yang tidak pernah terkatakan.

Meski demikian, meski kepalanya sedang berat dengan pikiran tentang masalah rumah tangganya, tapi Runa tahu bahwa ia harus bersikap profesional. Ia sudah setuju untuk mengerjakan proyek yang kini ditanganinya, maka apapun yang terjadi dia harus menyelesaikan pekerjaan tersebut tepat waktu. Lagipula, mengantisipasi kemungkinan terburuk, kalau ternyata nanti rumah tangganya tidak dapat diselamatkan, Runa akan sangat membutuhkan uang honor dari proyek ini untuk melanjutkan hidup.

Maka, demi agar tidak suntuk dan mendapatkan suasana hati yang baik, Runa sengaja pergi ke restoran cepat saji langganannya. Itu adalah restoran cepat saji 24 jam, sehingga ia bisa datang kesana pagi-pagi setelah mengantar anak-anak sekolah. Saat sekarang Raka yang mengantar anak-anak sekolah, Runa bahkan bisa datang ke restoran itu lebih pagi lagi. Restoran itu juga dilengkapi dengan akses wifi gratis. Pelayanannya juga ramah, sehingga Runa tidak sungkan bekerja berlama-lama di restoran itu tanpa khawatir diusir meski ia hanya memesan beberapa minuman dan makanan ringan.

Runa merasa keputusannya untuk mengerjakan pekerjaannya di restoran itu adalah keputusan yang tepat.  Sambil mengerjakan pekerjaan di laptopnya, sesekali ia bisa menatap pemandangan di luar restoran untuk mencari inspirasi. Aroma kopi dan makanan dari dapur restoran juga membuat moodnya membaik.

Setelah lebih dari 3 jam bekerja di depan laptopnya, Runa melirik jam digital di laptop dan menyadari sebentar lagi ia harus menjemput Rumaisha dan Risyad di sekolah. Tapi ia masih punya waktu, jadi dia memutuskan untuk memesan makanan sebelum menjemput anaknya.

Ia baru saja meminum lemon tea nya dan akan menggigit burgernya ketika seseorang menyapanya.

"Kerja disini lagi?" tanya lelaki berambut gondrong itu sambil melirik tas laptop Runa. Tanpa minta ijin, ia duduk di hadapan Runa dan meletakkan nampannya yang berisi makanan. "Jadi ketagihan kerja disini?"

Runa tersenyum. "Lumayan. Wifi gratis. Kalo laper bisa langsung makan."

"I've told you," kata lelaki itu, tersenyum jumawa. Lelaki itu memang pernah mengatakan bahwa restoran cepat saji itu adalah tempat yang cukup oke untuk bekerja.

"Kamu ngapain disini, Nes?" tanya Runa kemudian. "Kerja juga?"

"Nggak sih. Beli makan aja."

"Makan apa?" Ini sudah terlalu siang untuk sarapan. Tapi masih terlalu dini untuk makan siang.

"Kamu sendiri juga makan jam segini. Itu sarapan atau makan siang?"

"Cemilan."

Ganes tertawa sambil menatap burger, french fries dan lemon tea di hadapan Runa.

WAKTU YANG SALAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang