Runa menyesap hot chocolate-nya, yang kini tidak terlalu hot lagi, sambil menatap lalu lintas yang terlihat dari jendela kaca besar di restoran cepat saji 24 jam itu. Jam masuk kantor sudah lewat sehingga lalu lintas di jalan seberang restoran itu tidak terlalu padat lagi.Tidak ada pemandangan spesial yang diperolehnya dari jendela restoran cepat saji itu, hanya pemandangan lalu lintas yang biasa. Tapi karena sudah cukup lama ia tidak memiliki me time, jadi pemandangan lalu lintaspun cukup untuk membuat Runa merasa lepas dari rutinitasnya dan merasa lebih ringan. Dan barangkali perasaan ringan itu yang membuatnya bisa merevisi draft novelnya.
Sudah beberapa pekan berlalu sejak pengumuman pemenang lomba menulis novel yang diselenggarakan oleh sebuah penerbit, dimana novel Runa tidak termasuk dalam daftar novel yang diterima untuk diterbitkan. Runa sempat patah semangat selama beberapa waktu sebelum kemudian memutuskan untuk merevisi draft novelnya. Ia berharap setelah direvisi, cerita tersebut akan menjadi lebih baik dan layak untuk diikutsertakan pada lomba menulis lain atau dikirimkan ke penerbit lain.
Namun demikian, setelah berhari-hari mencoba merevisi draft tersebut, Runa gagal. Dia sadar, ada yang kurang dari ceritanya, tapi dia tidak tahu yang mana dan bagaimana memperbaikinya. Makin lama ia menelaah tulisannya sendiri, dan makin keras Runa berusaha memperbaiki, ternyata makin bingung dirinya. Itu mengapa Runa memutuskan untuk mencoba memperbaiki tulisan itu sambil bersantai di luar rumah. Dan restoran cepat saji 24 jam yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah dan sekolah Risyadlah yang jadi tujuannya. Barangkali sedikit waktu yang dimilikinya di sela mengantar anak-anak sekolah dan menjemputnya lagi, jika dihabiskannya di tempat yang baru dan berbeda selain di rumah, dapat memberi inspirasi baru baginya.
Usaha tersebut terbukti layak dicoba. Karena ketika Runa selesai menyesap hot chocolate-nya dan kembali menatap laptop di hadapannya, ditemani dengan aroma ayam goreng dan burger yang menguar dari dapur restoran, ia seperti mendapatkan sedikit pencerahan tentang hal-hal yang harus diubah, diperbaiki atau dihapus dari naskahnya.
Runa masih menekuri laptopnya sampai satu jam kemudian, ditemani gelas hot chocolate dan piring apple pie yang telah kosong. Akhirnya ia berhasil mengubah beberapa bagian dari novel itu, meski bukan perubahan yang besar, tapi sementara cukup membuatnya puas. Perempuan itu baru saja akan beranjak dari tempat duduknya untuk memesan makanan lagi, ketika seseorang menyapanya dengan ramah.
"Berkali-kali diajak ketemuan, selalu nolak. Tapi ternyata kita malah nggak sengaja ketemu di sini..." kata lelaki berambut gondrong dan berkacamata itu, sambil menunduk menatap Runa, dan tersenyum lebar. "Kalau tahu begini, besok-besok saya sering-sering kesini aja terus deh."
"Hai Runa!"
* * *
Tidak hanya melalui percakapan di WhatsApp, ternyata ketika mereka bertemu langsung seperti inipun, lelaki itu selalu mampu membuat Runa tertawa, bahkan hanya dalam waktu kurang dari lima menit sejak pertemuan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKTU YANG SALAH
RomanceWORK SERIES #2 Tidak ada yang salah dengan rasa cinta. Tapi jika ia hadir di waktu yang salah, apakah ia masih bisa disebut cinta? ((Cerita ini merupakan salah satu dari beberapa cerita para penulis Karos Publisher tentang aplikasi kencan online: Ma...