60. Komitmen

7K 1.2K 210
                                    


Halo Kakak2. Udah siap menyambit Runa yg cari perkara tapi malah playing victim?

* * *

Wedhus kon, Raka!

Raka memaki dirinya sendiri berkali-kali setelah Runa keluar dari kamar, sore itu.

Goblok! Lo tuh masih punya misi minta maaf ke bini lo. Tapi sekarang lo malah marah-marahin bini lo. Cerdas banget lo, hih!

Harusnya dia tidak terbawa emosi dan malah marah-marah pada Runa. Tapi gimana dong, dia cemburu berat melihat laki-laki itu berada di rumahnya. Apalagi laki-laki itu jelas-jelas tertarik dan ingin merebut istrinya.

Sekarang setelah Runa keluar kamar, barulah Raka menyadari bahwa dia sudah salah besar karena sudah membentak istrinya.

Pada waktu makan malam, alih-alih Runa yang biasanya memanggil Raka untuk makan, kali itu Rumaisha yang datang ke kamarnya dan mengajaknya makan malam bersama. Saat di meja makanpun, Runa tampak acuh dan sibuk dengan Rumaisha. Malam itu Runa juga tidak mengambilkan makan di piring untuknya, seperti yang biasa dilakukan istrinya itu.

Runa juga tidak kembali ke kamar hingga malam. Raka sempat mengecek ke ruang tengah, ternyata tidak ada Runa yang sedang bekerja disana. Jadi barangkali istrinya itu kembali tidur di kamar anak-anak.

Raka bego! Lo harus mulai dari awal lagi sekarang!

Malam ini mungkin bukan waktu yang tepat. Runa pasti masih marah padanya. Jadi Raka memutuskan untuk bicara besok saja dengan Runa, meminta maaf karena sudah memarahi perempuan itu. Raka berharap Runa masih bisa memaafkannya untuk kesekian kali kalau tahu bahwa Raka melakukannya karena cemburu. Cemburu itu tanda cinta kan.

Raka sudah berencana seperti itu ketika pada pukul 10 malam Runa masuk ke kamar mereka. Raka cukup kaget juga melihat kehadiran Runa. Dia sudah mengira Runa tidur di kamar anak-anak karena marah lagi padanya. Tapi ternyata tidak.

Perempuan itu melanjutkan langkahnya ke kamar mandi begitu masuk ke kamar. Lima menit kemudian ia keluar kamar mandi lalu menggelar sajadah dan sholat Isya. Setelahnya, Runa langsung merebahkan diri di ranjang, menarik selimut dan memejamkan mata. Semuanya dilakukan Runa tanpa menatap atau menyapa Raka.

Meski Runa kelihatan marah dan tidak peduli, kali ini Raka sedikit lebih lega karena setidaknya Runa masih mau tidur sekamar dengannya.

* * *

Karena menduga Runa masih marah, maka ketika pagi itu Raka melihat perempuan itu meletakkan sepiring nasi tim ayam dan secangkir teh strawberry hangat di hadapannya untuk sarapan, Raka tertegun.

"M-makasih, Bun," kata Raka salah tingkah.

"Sama-sama, Ayah," Runa menjawab tenang.

Meskipun demikian, Runa menanggapi Raka tanpa menatap dan tanpa senyum. Kemudian perempuan itu langsung kembali sibuk dengan kotak-kotak bekal cateringnya. Begitupun saat Raka berangkat kerja, Runa mencium tangannya, lagi-lagi tanpa senyum.

Jika diingat lagi, beginilah keadaan mereka saat Runa memergokinya bersama Hani di IGD hingga hari pernikahan Anin. Perempuan itu tetap melayaninya, bersikap sopan padanya, tapi dingin. Semua yang dilakukannya untuk Raka hanya agar anak-anak tidak menyadari permasalahan kedua orang tuanya.

Raka benar-benar menyesali kebodohannya. Karena tidak bisa mengendalikan amarahnya, hubungannya dengan Runa jadi seperti ini lagi.

* * *

Kali itu, Raka tidak ingin membiarkan hubungan mereka terlalu lama memburuk kembali. Jadi sepulang kerja, ia berencana segera bicara pada Runa.

Malam itu, setelah menidurkan anak-anak, Runa kembali ke kamar. Ia hanya ingin sholat Isya lalu kembali bekerja di ruang tengah. Tapi sesaat setelah Runa melipat sajadah dan mukenanya, Raka melangkah mendekat dan meraih tangan Runa, sebelum perempuan itu bisa beranjak keluar.

WAKTU YANG SALAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang