Ada yg nungguin dr pagi ga nih? Hehehe.
Tadi pagi saya publish cerita lain dulu. Kakak2 udah pada mampir ke cerita Slice of Love, belum?
Kalau berkenan, silakan mampir 😘😘
* * *
"Ayah kenapa sibuk mulu sih, Bun?"
Itu bukan pertama kalinya Risyad menanyakan hal seperti itu selama tiga tahun terakhir. Sejak keluarga mereka kembali dari Belanda, Raka memang makin sibuk di RS. Terutama, pertanyaan Risyad dipicu karena tiap Sabtu ayahnya juga bekerja, meski waktu praktiknya hanya sampai jam 12 siang. Meski Raka selalu cuti tiap hari Sabtu saat ada pembagian rapor Risyad dan Rumaisha untuk merayakan keberhasilan belajar mereka dan menyambut waktu libur sekolah, tapi pada lebih banyak hari Sabtu Raka tidak selalu bisa cuti, sehingga jika ada kegiatan ekstra di sekolah (misal saat pekan olahraga, manasik haji, study tour), Raka jadi tidak bisa menemani mereka.
Pun hari Sabtu itu.
Untuk keperluan bulanan rumah tangga dan catering bekal sekolah, sebenarnya Runa tidak perlu berbelanja di mall. Ia punya toko langganan yang menyediakan semua kebutuhan rumah tangga, juga warung sayur yang menyediakan semua kebutuhan memasak. Jadi ketika ia mengajak Risyad dan Rumasiha ke mall di hari Sabtu sebenarnya bukan untuk berbelanja, tapi hanya untuk refreshing.
Meski Risyad sudah biasa jalan-jalan hanya bertiga dengan ibunya dan Rumaisha, tanpa ayah mereka, tapi sebenarnya dalam hati Risyad ingin di berbelanja dan jalan-jalan di mall bersama-sama sekeluarga. Terkadang memang keluarga mereka juga jalan-jalan, wisata, atau makan bersama pada hari Minggu. Tapi karena kesibukannya di RS selama seminggu, biasanya Raka lebih memilih menghabiskan hari Minggu dengan bersantai di rumah.
"Nanti kalau Ayah selesai praktik, katanya Ayah mau nyusul kesini kok, Cad," jawab Runa. Meski dalam hati ia tidak yakin juga suaminya akan selesai praktik sebelum mereka selesai jalan-jalan. "Lagian kan Ayah kerja supaya Risyad bisa sekolah, bisa beli buku, bisa beli mainan," lanjutnya, berusaha memberi penjelasan kepada anak sulungnya sebaik mungkin. Seperti juga yang selalu disampaikannya tiap anak-anak kembali menanyakan hal yang sama.
Runa mengerti alasan Raka tetap praktik di hari Sabtu, bahwa pada hari Sabtulah kebanyakan orang tua yang bekerja memiliki waktu luang untuk imunisasi atau kontrol kesehatan anaknya. Praktik di hari Sabtu berarti mendapatkan pasien yang lebih banyak, yang otomatis menambah penghasilan Raka.
Ada beragam cara orang untuk mengungkapkan rasa sayang dan cinta.
1. Word of Affirmation. Ada orang yang mengungkapkan perasaan pada orang yang disayanginya melalui kata-kata: pujian, gombalan, ucapan sayang, atau kata-kata penyemangat.
2. Quality Time. Ada orang yang mengungkapkan rasa sayangnya dengan hadir sepenuhnya untuk orang yang disayanginya: mendengarkan, menghabiskan waktu bersama, memberi perhatian penuh.
3. Act of Giving. Ada orang yang mengungkapkan sayang dengan memberikan bunga, hadiah atau kejutan.
4. Act of Service. Ada orang yang mengungkapkan rasa sayangnya dengan membantu dan memberikan pelayanan. Misal dengan membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
5. Physical Touch. Ada orang yang mengungkapkan rasa sayangnya dengan menggenggam tangan, menggandeng, memeluk atau mencium.
Setelah menikah selama 10 tahun menikah, Runa menyadari bahwa Raka bukan tipe orang yang mengungkapkan cinta dengan kata-kata rayuan, bunga, hadiah, atau pelukan. Ia adalah tipe orang yang menunjukkan rasa sayangnya dengan perbuatan. Dia bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dulu, sebelum terlalu sibuk bekerja di RS, Raka juga tidak segan membantu Runa mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Jadi sebenarnya, kesibukan Raka di RS juga merupakan bentuk ungkapan sayang lelaki itu kepada keluarga.
Hanya saja, karena Risyad dan Rumaisha masih kecil, mereka belum bisa memahami hal itu. Bagi mereka, kasih sayang harus ditunjukkan dengan sesuatu yang "nyata": kehadiran ayahnya di acara-acara sekolah mereka, hadiah ulang tahun atau hadiah kenaikan kelas, atau setidaknya pelukan dan ciuman ayahnya. Sayangnya, sang ayah terlalu sibuk untuk hadir di hari-hari penting mereka, dan tidak terbiasa mengungkapkan sayang dengan usapan di kepala, pelukan atau ciuman di pipi.
"Icad mau jajan cookies? Atau susu coklat?" tanya Runa, berusaha mengalihkan kekecewaan Risyad dengan snack kesukaannya.
"Mau!" Tapi alih-alih Risyad, yang menjawab justru Rumaisha, yang sedang duduk di troli belanja.
Mendengar jawaban Rumasiha yang antusias, Runa tertawa. Dan mendengar tawa ibunya, Risyad ikut tertawa juga.
Setelah mengambil sekardus susu coklat dan meletakkan di troli, Runa mendong troli tersebut berbelok ke arah freezer yang menjual nugget, bakso dan makanan olahan beku lainnya. Baru saja ia mengulurkan tangan hendak mengambil bakso, saat itu ia mendengar seseorang memanggil namanya.
"Belanja bulanan?" tanya lelaki gondrong itu, berbasa-basi.
"Nggak juga sih," kata Runa menjawab. "Kamu belanja bulanan, Nes?"
"Yaaahh, belanja bulanan anak kosan lah," jawab lelaki itu sambil terkekeh dan menujukkan keranjang belanjanya yang berisi sabun-shampo-odol, mie instan dan makanan olahan beku.
Memang khas anak kos, pikir Runa sambil terkekeh juga, melihat isi belanjaan lelaki itu.
Ketika tawanya reda, Ganes menunduk dan melihat kepada anak lelaki yang duduk di mobil-mobilan yang menempel pada troli belanja, dan pada anak perempuan yang duduk di troli belanja.
"Ini anak-anak kamu?" tanya Ganes.
"Eh?" Runa kikuk, tidak segera menjawab. Ini pertama kalinya mereka bertemu ketika Runa sedang bersama anak-anaknya. "Iya."
Meski Runa terlihat kikuk karena bertemu Ganes saat ia sedang bersama anak-anak, Ganes justru terlihat bersemangat. Ia tersenyum kemudian menunduk dan menyapa Rumaisha yang menatapnya dengan mata bulatnya.
"Halo, Cantik! Siapa namanya?" sapa Ganes ramah.
Rumaisha menoleh pada ibunya, dan ketika ibunya mengangguk, barulah ia menjawab, "May, Om."
"Oh Princess May? Halo Princess!"
Senyum Rumaisha merekah.
Kemudian Ganes berjongkok dan menyejajarkan matanya dengan anak lelaki di dalam mobil-mobilan itu.
"Lapor, Kapten! Apakah misi menjaga Bunda lancar?" sapa Ganes sambil memberi tanda hormat pada anak lelaki kecil itu.
Risyad memandang bingung pada pria asing yang tiba-tiba menyapanya itu. Tapi itu hanya sesaat. Tidak lama kemudian ia sudah membalas sapaan Ganes dengan bersemangat.
"Siap, Kapten! Bunda aman, Kapten!"
Tidak ada anak perempuan yang tidak suka disapa sebagai tuan putri. Juga tidak ada anak lelaki yang tidak suka dianggap super hero. Maka hanya dengan satu sapaan itu, Ganes memenangkan hati Risyad dan Rumaisha dengan segera.
* * *
Pendek ya? Nanggung ya?
Eeeaaaa.Yang pengen cepet lihat kelanjutan Sabtu sore keluarga bahagia (??) Runa-Risyad-Rumaisha-Ganes, vote n komen yg rame yoookkk.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKTU YANG SALAH
RomansWORK SERIES #2 Tidak ada yang salah dengan rasa cinta. Tapi jika ia hadir di waktu yang salah, apakah ia masih bisa disebut cinta? ((Cerita ini merupakan salah satu dari beberapa cerita para penulis Karos Publisher tentang aplikasi kencan online: Ma...