"Ayah kok sekarang nggak pernah antar kita sekolah lagi, Bun?" tanya Rumaisha.
Beberapa hari sudah berlalu sejak pertengkaran Runa dan Raka yang terakhir. Karena tidak mau lagi membuat Raka mengorbankan pekerjaannya demi keluarga, Runa melarang Raka untuk bertemu anak-anak di hari kerja.
"Kalau kamu kangen Icad dan May, silakan datang di hari libur. Kamu nggak perlu mengorbankan waktu kerjamu demi kami. Selain di hari libur, aku nggak akan mengijinkan kamu ketemu anak-anak." Begitu kata Runa saat mengusir Raka hari itu.
Saat keesokan harinya Raka masih mencoba datang untuk meminta maaf (lagi) dan mengantar anak-anak sekolah, Runa mengusirnya lagi.
"Jangan paksa aku bikin keributan. Kamu mau anak-anak lihat kita ribut, hah?!" ancam Runa saat itu.
Sejak itu, Raka tidak datang lagi. Meski lelaki itu masih terus mengiriminya pesan tiap hari.
"Ayah kan kerja, May," jawab Runa akhirnya, ketika Rumaisha menanyakan tentang ayahnya.
"Padahal May udah seneng Ayah anter sekolah terus," kata gadis kecil itu. Kekecewaan terpancar jelas di wajahnya. "Tante Anin udah pulang. Eyang udah nggak kesepian. Kita kapan pulang, Bun?"
Runa menoleh pada Risyad. Tidak seperti adiknya yang terus-terusan mengatakan kangen ayahnya dan menanyakan kapan pulang, Risyad tidak pernah mengatakan apapun terkait kepindahan mereka ke rumah eyangnya. Saat inipun Risyad hanya diam dan fokus dengan rubik 3x3 nya.
Sepuluh tahun bukan waktu yang singkat untuk sebuah pernikahan. Runa sudah berusaha menjalaninya sebaik yang ia bisa. Tapi jika ia harus terus menjalaninya seumur hidup, dengan sikap Raka yang tidak berubah, Runa tidak yakin masih bisa tahan. Itu mengapa Runa sudah menetapkan hati untuk bercerai. Meski demikian, sampai saat ini Runa belum mengambil langkah hukum apapun. Anak-anaknya lah yang membuatnya selalu ragu melangkah. Ia takut keputusannya akan menyakiti anak-anaknya.
* * *
"Hari ini Bunda yang antar anak-anak lagi? Beberapa hari lalu, ayahnya anak-anak yang antar kan?" tanya ibu dari salah seorang teman Rumaisha. Runa biasa memanggilnya dengan Mama Erika.
"Iya, Mam. Kemarin ayahnya sedang agak senggang. Sekarang sibuk lagi," Runa menjawab sambil mencoba tersenyum.
Mereka duduk di pinggir halaman sekolah, seperti beberapa ibu lain juga, sambil memperhatikan anak-anak bermain. Risyad sudah masuk kelasnya, tapi Rumaisha yang masih TK masuk kelas 1 jam setelah Risyad. Itu mengapa Runa tetap menunggu disana sampai Rumaisha masuk kelas juga.
"Sekarang juga udah nggak sedia catering bekal lagi ya Bun?" tanya Mama Erika lagi.
"Lagi libur dulu, Mam," jawab Runa.
"Kenapa?"
"Saya lagi sibuk kerjaan lain 2 bulan ini. Takut nggak kepegang. Nanti kalau kerjaan saya udah selesai, saya buka pesanan bekal lagi, Mam."
"Oh alhamdulillah, cuma libur sementara. Kirain emang udah nggak terima pesanan bekal lagi."
Runa tersenyum sopan.
"Emang ada kerjaan apa, Bun?" tanya Mama Erika kepo. "Saya kira Bunda May nggak kerja kantoran?"
"Iya, emang nggak kerja kantoran, Mam. Saya freelance aja. Kebetulan lagi ngerjain terjemahan buku kesehatan, jadi butuh fokus."
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKTU YANG SALAH
RomansaWORK SERIES #2 Tidak ada yang salah dengan rasa cinta. Tapi jika ia hadir di waktu yang salah, apakah ia masih bisa disebut cinta? ((Cerita ini merupakan salah satu dari beberapa cerita para penulis Karos Publisher tentang aplikasi kencan online: Ma...