11. Setelah Hujan

78 20 3
                                    

"Setelah hujan munculah pelangi, juga flu."

Setelah acara memakai mantel selesai, Nata dan Kafa pulang, meski harus menerjang hujan yang lebat hari itu, dan selama di perjalanan keduanya hanya diam, menahan kecanggungan dan rasa dingin.

Motor Vespa hitam itu akhirnya sampai di depan rumah berwarna putih gading, rumah milik Nata dan Ayahnya.

"Makasih—" Kata keduanya bersamaan, Nata sontak saja mengernyitkan dahinya.

"Makasih buat apa? Kan gue yang numpang pulang sama lo, Kaf." Kafa meringis.

"Makasih udah pulang bareng gue."

"Sama-sama, makasih juga ya. Eh iya, ini jaket lo biar gue cuci, kan tadi sempet gue pake, terus lo pake mantel ini, ya meskipun udah terlanjur basah, yang penting ngga kehujanan lagi." Dengan senang hati Kafa memberikannya.

"Emangnya Saka doang yang jaketnya bisa di cuci sama Nata pake pewangi seember, gue juga bisa kali."

"Oke, gue masuk dulu ya, Kaf, makasih."

Kafa tersenyum bahagia, rasa ingin memiliki Nata semakin membuncah.

•••

Setelah sampai di rumah, Kafa benar-benar kacau, setelah di sayang Dewi Fortuna, ia justru mendapat omelan dari Dewi Kumala, alias kakak perempuannya, Kumala Resti Anargya. Pasalnya laki-laki itu pulang dengan tubuh basah kuyup dan wajah yang sedikit pucat, jelasnya Resti marah karena ia mengkhawatirkan adik satu-satunya yang tidak bisa kena hujan barang sedikit itu.

"Sudah tau gak bisa kena hujan, pulangnya kok gak nunggu reda sih? Mba itu khawatir banget, kamu gak bawa mantel? Kamu itu gampang pilek, gampang demam, habis ini pasti sakit."

"Kok doanya gitu Mba?"

"Bukannya doa, tapi itu pasti, Dek."

"Kenapa nggak neduh? Malah basah-basahan kaya gini?"

"Neduh, Mba." Berteduh, kalau saja tidak sengaja main hujan untuk menghibur bidadarinya, dan merelakan mantelnya di pakai Nata. Namanya juga bucin.

"Terus ini—"

"Mba liat, ini udah mau magrib aja hujannya masih belum reda, kalau nunggu reda, mau sampai kapan Kafa berteduh?"

"Lagian, tadi Kafa bawa anak orang." lirihnya.

"Apa?"

"Kafa dingin mba, jadi mau ke kamar dulu, mau mandi."

"Ya sudah, langsung mandi, keramas ya, Mba udah siapin air anget, habis itu turun makan, sekalian minum obat. Nanti Mba siapin obatnya."

"Terimakasih Mba Resti kesayangan, Kafa mau mandi dulu."

Setelah menghabiskan waktu 10 menit untuk mandi dan ganti baju, Kafa menyusul Resti ke meja makan, untuk makan malam, di sana sudah ada Resti, serta makanan enak buatan kakak tercintanya itu, Kafa selalu bersemangat untuk ini, ia duduk di hadapan Resti dengan senyum lebar, tapi dengan hidung yang memerah.

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang