21. Jadi Ternyata

72 15 7
                                    

"Bersembunyi bukanlah kunci, tapi hadapi dan bicara mengenai kata hati."

-

Alarm berbunyi nyaring, memekakkan telinga pemuda tampan bernama Aksaru, itu bukanlah alarm miliknya, melainkan alarm milik sahabatnya yaitu, Kafa. Entah mengapa ia memasang alarm di siang hari seperti ini.

Aksa dengan sigap mematikan alarmnya dan membangunkan si empunya alarm yang terus mendengkur dan tak bergerak sedikitpun.

"Eh kebo, nyalain alarm cuma buat berisikin tetangga lo? Besok lagi jangan tidur di rumah gue, kalo itu alarm masih ngerepotin telinga gue yang hampir budek dengernya."

Dengan teramat malas Kafa akhirnya bangun, Kafa tertidur setelah asik bermain game online bersama Aksa, soal alarm tadi, pemuda itu sengaja menyalakannya agar bisa pulang tepat waktu, nyatanya semalaman begadang membuat matanya lekat dan sulit terbuka, ia bahkan lupa atas dasar apa dirinya menyalakan alarm di siang hari begini.

"Apaan sih lo, gue ngantuk."

"Itu alarm lo bunyi, makanya gue bangunin, kali aja ada yang mau lo lakuin, cuci kadang kucing atau buang tai kucingnya abang gue."

"Sapa? Kucing abang lo?"

"Iya, namanya Suni, Dori, Toni, kalo gak salah gue lupa, bahaya kalo ketahuan gue nggak apal dia bisa ngamuk."

"Toni? Awas salah nyebut." Kafa terkekeh geli, ada ada saja namanya, tapi biar pun dibayar, ia mana mau membersihkan kotoran kucing.

"Apa lo bilang? Toni? Kucing gue Dongi! Awas aja lo dek kalo gak apal-apal, gak gue tambahin uang jajan lo!" Kafa dam Aksa yang sama-sama terkejut itu saling pandang, itu Lino, kakak Aksa. Pemuda gagah yang tampan dan sangar luarannya itu rupanya pencinta kucing.

Lino pergi begitu saja setelah mengucapkannya, sedangkan Kafa dan Aksa termengah tak habis pikir.

"Kakak lo kaya setan, datengnya dadakan ngagetin."

"Emang gitu dia."

"Dongi ya tadi? Kenapa ga Dongo?"

"Kaf, jangan sampai abang gue dateng cincang daging lo buat makan si Toni."

"Nyesel gue ke sini, abang lo kan galak, udah kaya ayam yang anaknya lo culik paksa."

"Gue aduin mampus lo."

"Cepu lo!"

Kafa kembali berbaring, ia baru saja hendak membuka grub chat kelas tiba-tiba sebuah pesan masuk mendahului gerakan tangannya, yang otomatis pesan itu langsung terbuka, Kafa segera menilik nama dari si pengirim, rupanya pesan dari Fahru.

"Fahru bilang, kita di suruh nemenin dia cari sepatu di mall, ntar di traktir makan!"

Aksa yang mendengar itu bergegas berdiri dan megambil hoodie hitam miliknya, lalu berjalan menuju pintu kamarnya.

"Tunggu apa lagi, makan gratis ini!"

Kafa termangu, bisa-bisanya soal gratisan Aksa paling depan, padahal kurang kaya apalagi anak itu?

"Kaya anak ayam kurang gizi." Kafa yang niatnya ingin pulang tepat waktu pun dengan terpaksa membatalkannya demi makan gratis, ia menelpon sang kakak guna mengabari bahwa ia akan pergi menemani Fahru, setelah mendapat balasan pesan balasa dari Resti, pemuda itu beranjak berdiri dan mengejar Aksa.

-

Sesampainya di mall ketiganya segera pergi ke toko sepatu. Suasana ramai pengunjung mall begitu mendominasi sore Kafa kali ini, hitung-hitung makan gratis hanya dengan membantu Fahru mencari sepatu, tapi ternyata mencarinya sama seperti mencari beruang kutub di padang pasir.

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang