12. Saksi Tembok

78 20 3
                                    

“Saat pertemuan tak terduga menjadi peluang untuk selalu sama kamu, maka aku tidak akan menyia-nyiakannya.”

-

Melukis adalah hobinya, Nata tak akan melewatkan apapun yang berhubungan dengan hal itu. Sejak sebelum masuk kuliah, Nata sudah memantapkan diri untuk masuk ke Unit Kegiatan Mahasiswa, seni rupa, tujuannya tentu untuk melukis.

Meski banyak larangan karena sakitnya yang bisa di bilang parah, Nata tidak akan mau melewatkan itu, meski sang ayah mewanti-wanti agar tak terlalu terbebani dengan UKM-nya nanti.

Jelas Nata tak akan merasa kelelahan hanya karena melukis, buktinya selama hampir setahun berada di sini, Nata baik-baik saja, justru semakin baik, apalagi sembari menatapi sang pujaan hatinya, Saka. Jelasnya, alasan lain dari itu adalah, Saka.

Sejak bergabung di UKM ini dari semester 1 sampai di semester 2 sekarang, Nata jadi banyak belajar hal baru tentang melukis, dan juga semakin banyak waktu menatapi Saka.

Di gedung sekretariat Seni ini, ada sebuah ruangan bernama art room, isinya adalah karya para mahasiswa, mulai dari seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi, lukisan kecil Nata juga banyak terpajang di sana, skill melukis yang sudah di jalani sejak kecil itu memang tidak sembarang, lukisan Nata benar-benar cantik.

Kebetulan sekali, sore itu Mas Ragas, ketua UKM seni rupa yang tampan tersebut datang dengan beberapa map di tangannya, mengambil posisi paling depan dan mengumumkan suatu hal,

"Selamat sore temen-temen, jadi sore ini saya mau kasih tau tentang kawasan projek seni rupa kita, creative park yang ada di halaman belakang kampus, itu kan udah mulai usang, jadi saya mau kita semua perbaikan ulang, mulai dari tema sampai apa saja yang bakal kita taruh di sana, saya udah bagi kelompok, masalah dana, kita ambil dari uang kas kita, Mas Tono selaku bendahara akan menyampaikan rincian biaya pengeluaran kita buat apa aja nantinya."

"Mas, kelompoknya udah di share?"

"Itu, saya tempel di mading belakang, nanti pulang fotonya saya share di grub," para mahasiswa sontak menoleh ke belakang, benar saja ada kertas putih dengan sederet nama kelompok di sana.

"Saya sendiri ada di bagian perencanaan dan desain, yang satu kelompok sama saya, tolong kerja samanya, dan bagi yang lain bisa dilihat sendiri, yang tidak hadir bisa tolong di kasih tau, kan? Setau saya ada beberapa yang tidak hadir."

"Siap!" mahasiswa serentak menjawab.

"Oke, ada pertanyaan?"

"Mas, itu kapan mulainya?"

"Lusa kita mulai belanja beberapa keperluan, nah yang udah ada materialnya, silahkan di kerjain, bagi yang ada mata kuliah, sakit, atau sibuk yang lain, boleh ngga hadir, asal izin dulu sama saya."

Setelah beberapa patah kata dari kakak tingkat yang tampannya bukan main itu, hadirlah satu lagi kakak tingkat yang wajahnya tak kalah tampan, ia menyampaikan rincian biaya untuk projek ini, setelahnya UKM di bubarkan, Nata dengan segera menghampiri papan pengumuman dan, tepat setelahnya, jantungnya berdegup kencang karena baik dirinya dan juga Saka ternyata, satu kelompok.

"Melukis."

"Nata!"

Nata menoleh, mendapati Ragas, katingnya sekaligus ketua UKM seni rupa.

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang