33. Pupus

43 12 7
                                    

"Melangkah di tengah bara untuk terus memperjuangan setiap harap yang ada."

-

Sudah seminggu sejak Nata di rawat di rumah sakit, setiap hari pula Kafa datang, tapi hanya melihatnya dari luar, itu cukup membuatnya tersenyum bahagia, meskipun hanya dengan melihat Nata tertawa bersama dengan ayahnya dan Keira.

Hari ini, Kafa, Aksa dan juga Fahru tengah mengerjakan tugas masing-masing di area belajar kampus, Fahru dan Aksa sedang fokus pada tugas mereka, sedangkan Kafa yang telah menyelesaikan tugasnya lebih dulu, memilih untuk menggambar saja.

Aksa pemuda dengan wajah blasteran itu menarik kedua sudut bibirnya, melihat gambaran Kafa yang selalu saja sempurna baginya. Senyumnya semakin melebar saat melihat apa yang Kafa gambar.

"Lo sayang banget ya sama Nata?" Kafa mengalihkan pandangannya pada Aksa, lalu tersenyum, ia tidak menjawab tapi senyumnya seolah menjawab pertanyaan Aksa tersebut.

"Gue nggak pernah liat lo begini ke cewek Kaf, eh pernah dulu, jaman sebelum lo makin ganteng begini." Kata Fahru yang juga ikut tersenyum dengan kawanannya itu.

"Kalau gue bisa tuker kebahagiaan gue sama Nata, gue bakal tuker, karena ngeliat Nata bahagia itu another level of happiness buat gue, rasanya gue pengen terus bikin Nata senyum, senyum yang di ciptakan karena gue, meskipun gue tau kisah gue ini belum tentu berakhir bahagia, kalau harus bertepuk sebelah tangan pun, gue nggak apa apa."

Fahru tersenyum, ia menepuk dadanya bangga. "Temen gue nih, Sa!"

"Enak aja, temen gue juga!"

Ketiganya tertawa, Aksa menepuk pundak Kafa. "Kaf, gue rasa kali ini lo udah ada di fase cinta Nata."

"Iya, dan gue akan selalu berjuang buat cinta gue, gue harus buat dia bahagia meskipun bahagia dia bukan sama gue, gue bakal berusaha sebisa gue untuk menciptakan senyum itu, karena sampai sekarang, cuma Nata yang bisa bikin gue buka hati lagi." Kafa melanjutkan gambarnya.

Kalau kembali ke masa lalu, Kafa benar-benar tak ingin menaruh rasa sedalam dan setulus itu pada gadis yang pernah ia cintai dulu, gadis yang ternyata hanya memanfaatkan kebaikan dan ketulusannya, gadis yang ia cintai itu ternyata hanya menjadikannya bahan taruhan.

Kafa yang tak pernah menjalin hubungan percintaan meski wajahnya yang rupawan itu, pernah jatuh hati pada gadis yang menolongnya pada saat ban motornya bocor, itu terjadi saat keduanya masih duduk dibangku SMA, dialah cinta pertama Kafa, orang yang membuat Kafa pernah berbunga-bunga dengan romansa cinta remaja, membuat Kafa mencintainya begitu dalam, tapi ketulusan yang Kafa kira nyata itu ternyata semu, setahun setelah keduanya resmi berpacaran, gadis itu berselingkuh dan terungkap kalau Kafa hanya bahan taruhan.

"Kafa ganteng, tapi ngebosenin, boring banget pacaran sama dia, lagian kita pacaran karena taruhan gue sama Asa, siapa yang bisa bikin Kafa jatuh cinta duluan bakal menang, rasanya pengen cepet cepet putus, tapi gue kasian sama Kafa, nggak apa apa lah, dia bucin banget jadi bisalah gue manfaatin dikit-dikit."

Cinta pertama Kafa, benar-benar menyakitkan, secepat mungkin ia menggeleng saat mengingatnya, ia rasa itu memang tidak sepatutnya di ingat. Ia pernah kecewa karena mencintai seseorang sedalam itu, pernah merasa tak ingin mengulanginya tapi setelah bertemu Nata, semua berubah, Kafa tidak takut untuk kecewa lagi bahkan untuk berkali-kali, entah mengapa Kafa siap mencintai Nata sedalam yang ia mampu. Mungkin terlalu hiperbola jika dituliskan, tapi tulus dari dalam diri Kafa, ia siap.

Semilir angin menerpa wajah tampan Kafa, kedua sahabatnya itu menatapnya entah atas dasar apa, Kafa sendiri bingung. "Napa?"

"Soal Nata sama lo waktu di rumah sakit, lo yakin nggak ada sesuatu yang lain? Mungkin dia juga suka sama lo?" Kafa menggeleng.

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang