❝Beradu tatap dengan mu, sama saja berhadapan dengan matahari, sama sama membuat berkeringkat.❞
—
Mencari jarum dalam jerami itulah yang dilakukan oleh Nata sekarang, pensil kesayangannya hilang, pensil yang dibelikan ayahnya beberapa hari lalu, dan itu berwarna pink, warna favoritnya, tapi sekarang pensil itu tak tau di mana rimbanya.
Nata terpaksa memutari kelas saat sedang kosong demi mencari pensilnya, tapi Nata menyerah, ia keluar dengan tangan hampa, sampai ia bertatap muka dengan, pangeran tanpa kuda yang benar-benar tampan.
"Ini punya lo?"
Nata membeku sebentar, lalu menatap sebuah pensil cantik berwarna pink, yang disisinya di beri nama, Natasha.
"Iya ini, punya gue, makasih ya, Saka."
Pria itu tersenyum tipis, lalu menggeleng. "Terimakasihnya sama, dia."
Dan saat itu, Kafa muncul dari belakang Saka, sepertinya ia baru saja selesai buang air.
"Udah lo kasih?" Saka mengangguk.
"Makasih Sak!" Saka mengangguk lagi lalu berpamitan pergi.
Nata menatap wajah tampan Kafa yang terlihat menyebalkan di matanya, Nata maunya berlama-lama dengan Saka bukan Kafa, tapi nyatanya, Kafa lah yang saat ini berada di depannya.
"Tadi, gue liat pensil ini di bawah mading, tapi gue kebelet pipis, jadi gue minta tolong ke Saka buat kasih ke lo."
Nata diam, tapi pembicaraan tentang Saka terdengar menarik untuknya.
"Lo temennya, Saka?"Kafa terkekeh lalu mengangguk. "Iya temen sekelas, kenapa?"
"Enggak kok!"
"Lo suka?" Nata menggelengkan kepalanya cepat.
Kafa hampir saja pingsan melihat betapa menggemaskannya Nata, ternyata memang benar adanya, jatuh cinta pada pandangan pertama, buktinya Kafa sekarang merasakannya.
"Makasih ya Kafa, gue ke kantin dulu."
Nata meninggalkan Kafa tanpa menunggu jawaban. Kafa hanya tersenyum sambil memperhatikan Nata dari belakang. Sudah kelihatan sekali kalau Nata tidak menyukainya, tapi bukan Kafa namanya jika tidak berjuang dahulu.
"Belum mulai, masa gue nyerah? Usaha dulu lah."
Kafa memasang senyum terbaiknya dan pergi mencari teman-temannya.
—
Suara dosen tua fakultas teknik mendominasi di seluruh ruangan kelas arsitektur siang ini. Suaranya terdengar seperti tembang lagu jawa lawas, yang memaksa para mahasiswa untuk menutup mata karena ngantuk dibuatnya.
"Bro, ngantuk?"
Saka, selaku oknum yang ditanya itu hanya menghela napas dan meraup wajahnya sendiri, jelas saja ia sangat ngantuk.
"Dih, cemen."
Itu Kafa, dia dan Saka memang duduk bersebelahan, bukannya apa, keduanya ini sama-sama pintar dan satu pemikiran, meskipun baru saja kenal, tapi Kafa yakin mereka akan cocok kalau berkerja sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
LABIRIN
Teen Fiction/ Jeon Heejin with 00 and 01 Line ♪ ❝ Ini hanyalah perihal hati, yang tersesat dalam sebuah labirin,hingga tak bisa menemukan, mana rumah, yang sebenarnya adalah ...