43. Simpul yang Terlepas

49 9 1
                                    

Sudah seminggu ini, Nata belum juga berhasil meluluhkan hatinya untuk memaafkan teman-temannya, Nata ingin tapi entah bagaimana saat salah satu dari mereka muncul rasanya Nata ingin segera pergi dan memilih untuk tidak bertemu saja. Nata juga belum berhasil membuat Kafa mengingatnya, setiap kali Nata berusaha hatinya akan semakin sakit dengan segala penolakan Kafa.

Lagi, Nata menangis, ia menyibukkan diri dengan bersih-bersih kamar justru malah ia mendapatkan buku kenangannya dengan Keira dan Kinan pada jaman SMA dulu, Nata terduduk sembari meratapi buku itu.

Nata sadar dirinya harus menurunkan segala ego demi persahabatan ini, meskipun semua yang terjadi sebenarnya sangat menyakitkan, Nata bangkit ia akan bersiap untuk kelas hari ini. Di jalan, Nata berpakaian dengan Kafa, benar Kafa kekasihnya.

Dengan segenap keberanian Nata menghampiri Kafa, tersenyum manis berharap pemuda itu mengingatnya.
"Kenapa lo selalu ganggu gue, sebenernya lo siapa?"

"Aku udah bilang kalau aku pacar kamu." Nata memegang tangan Kafa.

"Kaf kamu nggak inget aku? Kafa please!" Kafa menepis tangan Nata.

"Nggaj perlu ngaku-ngaku, gue nggak percaya." Kafa pergi begitu saja, Nata berusaha mencegah Kafa pergi tapi Kafa tetap pergi, selalu begitu setiap harinya.

Kue kacang, kastengel, sudah Nata coba berikan pada Kafa agar pemuda itu kembali mengingatnya, tapi sia-sia segala usaha Nata ditolak oleh Kafa, pemuda itu teguh pada pendiriannya.

Nata masih menahan tangan Kafa agar tidak pergi begitu saja, tapi kemudian Keira datang, meminta Nata melepaskan Kafa.

"Nat, jangan dipaksa, ayo pergi." Entah bagaimana Nata menurut, kemudian keduanya duduk di taman kampus, Nata menangis dipelukan Keira.

"Maaf Kei." Keira menggeleng.

"Enggak, ini salah gue. Maafin gue Nata, maaf karena udah bohongin lo, gue bakal jelasin cerita sebenernya, abis itu kita cari cara ya buat bikin Kafa inget semuanya, pelan pelan dan jangan di paksa, Kafa bakal kurang nyaman nanti dan makin susah kita buat berusaha." Nata mengangguk.

Setelah bercerita semuanya pada Nata, Keira lega, karena Nata akhirnya mau mendengarnya. "Makasih ya Kei, udah bantuin gue." Keira menggeleng.

"Gue nggak pantes dapet kata-kata makasih itu, lo maafin gue dan temen-temen aja, gue udah bersyukur banget."

Nata tersenyum. "Gue maafin."

Dua gadis itu berpelukan. "Nanti pelukan bertiga sama Kinan ya, dia lagi sibuk ngurusin magang." Nata terkekeh.

"Iya Kei."

Keira melepas pelukannya dan menatap Nata serius. "Gue lupa satu hal, lo harus tau ini." Nata mengejutkan kening.

Keira membuka ponselnya, menunjukan sebuah foto perempuan cantik dan mungil di sana, Nata mengamati foto itu, benar-benar tidak asing baginya.

"Kenapa Kei? Siapa?"

"Cewek yang akhir-akhir ini deketin Kafa dan lo harus tau sebenernya —"

"Sebenernya, dia mantan Kafa waktu SMP, cewek yang bikin Kafa kecewa dan nggak mau buka hati buat waktu yang cukup lama." Nata dan Keira menoleh, itu suara Aksa.

"Nat, maafin gue." lanjut Aksa. Nata mengangguk.

"Gue tau Nat kesalahan gue ngga bisa dimaafin, tapi ayo kesampingkan itu dulu, ada hal yang lebih penting dari pada maafin gue." Nata paham.

"Jadi, cewek di foto itu namanya Kana. Cewek itu pacar pertamanya Kafa, Kafa ganteng banyak yang suka, tapi urusan pacaran dia noob, kebetulan Kana ini orangnya extrovert, dia berani deketin Kafa duluan sampai akhirnya mereka jadian, tapi yang paling plot twistnya adalah, ternyata dia deketin Kafa cuma karena dare, dare-nya harus bisa bikin Kafa jatuh cinta sama dia, dan parahnya dia itu punya pacar sebenernya. Terus dia ninggalin Kafa dengan kata-kata yang lumayan nyakitin." Nata mengepalkan tangannya, apa benar ada orang sejahat itu? Siswi SMP?

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang