5. Bertemu Lagi

155 30 10
                                    

"3B, bertemu, beradu tatap, berdebar."

-

Nata berjalan menuju kelasnya, kelasnya akan mulai satu jam lagi, ia sengaja berangkat lebih awal untuk membawakan Keira sarapan seperti janjinya, tapi tiba-tiba sebuah bola mengenai tangannya dan membuat bekal di tangannya jatuh.

Nata terkejut, belum sempat ia mencari si pelaku, seorang pria datang dan membantunya membereskan bekal yang berantakan itu, ah bukan membantu lebih tepatnya laki-laki itu lah yang membersihkan sendiri, sedangkan Nata, ia masih membeku memperhatikan, pria tampan di depannya.

"Maaf." kata pria itu sambil memberikan kotak bekal yang jatuh pada Nata.

Nata masih membeku. "Permisi?" Pria itu melambaikan tangan di depan Nata.

Nata sontak terkejut, ia tersadar dari lamunannya. "Ah iya, gak apa-apa kok."

"Jangan kebanyakan ngelamun, itu tangan lo merah." Pria yang di ketahui bernama Saka itu mengambil bolanya dan pergi begitu saja.

Pipi Nata bersemu merah. "Gue ketahuan ngelamunin dia, ya?"

Tapi kemudian Nata melirik tangannya yang berhasil memerah karena bola jingga yang besar dan berat untuknya lalu mendengus pelan.

"Nyebelin banget sih, ngga mau tanggung jawab!"

•••

"Maaf ya, Kei!"

"Lo tau siapa cowoknya?"

"Saka."

Keira menatap Nata bingung. "Lo kenal?"

"Engga, cuma tau namanya aja."

Keduanya kembali melanjutkan makan, setelah peristiwa bekal jatuh tadi, Nata masuk ke kelasnya, dan setelah kelasnya berakhir, dia makan bersama Keira.

"Gue juga gak kenal."

Mata Nata bergulir dan menangkap sosok tampan yang tadi melemparnya dengan bola.

"Kei, itu!" Keira menolehkan kepalanya.

"Oh itu, gue pernah liat, tapi gak kenal, anak arsitektur, kan?"

"Mungkin, tapi dia ganteng." Keira terkekeh.

"Lo suka? Syukurlah, bisa move on dari Naka." Pipi Nata memerah, ia dengan segera menggelengkan kepalanya. Naka tetap ada di hatinya, apapun yang terjadi.

"Gue ke toilet dulu, ya!" Nata mengangguk.

Saat sedang asik melamun, memikirkan Saka, tiba-tiba lamunannya buyar begitu saja saat mendengar kegaduhan kecil di sebelahnya.

"Lo tau gak sih, Kafa anak arsitektur, orangnya ganteng parah, dan menurut gue ya, mukanya tu pas, proporsi wajah dia itu ga boros, pokoknya perfect deh."

Nata mencuri-curi pandang ke arah ketiga gadis itu, ingin melihat bagaimana wajah para pemuja Kafa.

"Pas apanya? Bukannya bibirnya dapat porsi lebih, ya?" gumam Nata.

"Ada Kafa, dia mau ke sini!" kata salah satu dari tiga gadis itu, histeris.

Nata sontak terkejut, ia mengikuti arah pandangan ketiga gadis itu, benar saja ada Kafa datang, dan yang paling mengejutkan adalah, Kafa duduk di depannya, di depan Nata.

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang