7. Noda

112 26 3
                                    

❝Jatung ku memang selalu berdebar, tapi debarannya selalu tak normal saat ada kamu.❞

Angin berhembus lumayan kencang siang ini, langitnya berwarna biru cerah, mentari bersinar, tapi panasnya tidak menyengat, Nata sedang menggambar wajah seorang pria di balkon kamarnya.

Nata tersenyum puas melihat hasilnya, ia baru saja melukis wajah tampan Saka, wajah itu seakan tersenyum ke arahnya, senyum yang Nata harapkan, Saka berikan untuknya.

Nata tersenyum tipis, ia memegangi dadanya yang sepertinya berdetak sedikit lebih cepat.

"Cuma bayangin aja gue bisa deg-degkan, apa iya tahap kagum ke Saka udah sampai ke tahap suka?"

Nata menggelengkan kepalanya, ia rasa terlalu cepat, ia bahkan belum mengenal Saka, jikapun ingin mengenalnya, Nata tak tau harus memulai bagaimana, mampunya hanya berbagi kisah dengan Keira dan Kinan.

Nata bukan orang yang pandai mengungkapkan perasaan, ia juga perlu mengetahui kebenaran perasaannya. Sudah berjalan selama empat bulan, dan selama itu juga Nata masih memikirkan apakah perasaannya benar atau salah.

Nata mendongakkan kepalanya. "Naka, menurut Naka gimana?"

Tak akan ada jawaban, nyatanya Nata hanya bertanya pada dirinya sendiri, Nata menghela napas. Ia membereskan peralatannya lalu masuk ke dalam kamar, ia memegangi perutnya yang agak nyeri, hari ini adalah jadwal datang bulannya.

Tapi Nata ingat, ia harus pergi ke kampus untuk menyelesaikan tugas diskusinya. Seperti biasa, Nata di antar supirnya.

Sesampainya di kampus, Nata bertemu dengan beberapa teman sekelasnya, mereka mengajak Nata untuk mengerjakan tugas di cafetaria kampus.

Nata mengiyakan saja, moodnya sedang buruk, ditambah perutnya sedang nyeri, untung saja nyerinya masih normal, tapi saat beberapa menit berlalu, Nata merasa tidak nyaman, menstruasinya semakin deras, dan rasa nyerinya bertambah.

"Lo kenapa, Nat?"

"Perut gue sakit, biasa lagi datang bulan."

"Pasti gak nyaman banget, kan?" Nata mengangguk.

"Ya udah, kalau gitu, mendingan lo ke toilet dulu." Nata mengangguk, ia sangat setuju hal itu.

Dengan segera Nata pergi dari sana, saat berjalan, rasanya semakin tak nyaman, Nata memegangi rok selutut miliknya, khawatir ada sesuatu yang membekas di sana.

Hingga Nata merasakan rasa dingin dan basah yang mengguyur bagian belakangnya.

Nata menoleh cepat. "Ya ampun!"

"Maaf." Nata tercengang saat melihat Saka sebagai pelaku di balik ini, pria itu memegang sekaleng minuman bersoda berwarna merah, yang jelas menodai roknya yang bewarna biru cerah itu.

Nata tidak tau, berdasar motif apa Saka menyiramkan minuman rasa strawberry itu. Namun, yang membuat Nata lebih tercengang lagi adalah, Saka melepas jaketnya, mendekat ke arah Nata dan mengikatkan jaket itu di pinggangnya.

"Sa—"

"Ke kamar mandi, gih." Bisiknya.

Nata mengangguk kaku, jelas ia tau maksud pria tampan yang disukainya itu.

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang