"Mengungkapkan rasa bukan tindak kriminal, tapi kenapa harus malu?"
-
Hari ini tepat Minggu terakhir untuk mengajar anak-anak panti, Kafa dan Kinan sengaja pergi berbelanja banyak makanan ringan, juga hadiah untuk mereka.
Kafa tengah sibuk memilih snack, diikuti Kinan yang membawa troli belanjaan.
"Kaf, ntar ke rumah gue dulu, ya? Bantuin bungkus!""Siap Ibu Kinan, ntar berangkatnya pake motor gue aja. Mau ga lo di boncengin Vespa?" Kinan mengangguk, diam-diam wajahnya bersemu.
Setelah belanja selesai, keduanya pergi ke rumah Kinan, tak ada siapapun di sana, hanya ada Kinan, Kafa, dan asisten rumah tangga Kinan.
"Mau minum apa?"
"Air mineral kaya biasa aja Nan." Kinan mengangguk semangat, ia mengambilkan Kafa minum dan duduk di sampingnya. Sesekali matanya menatap wajah serius pria itu yang terlihat semakin tampan.
"Kaf ...." Kafa menoleh, mengangkat satu alisnya.
"Ada apa Nan?"
"E-enggak kok."
Kinan kembali fokus mengerjakan pekerjaan, membungkus snack untuk di bagikan.
"Ada yang mau lo omongin?"
"Itu, hari ini hari terakhir, seminggu lagi anak-anak ujian, kita juga. Abis UAS nanti, kalau nilai anak-anak, meningkat, gue mau kasih hadiah ke mereka, lo ikut?"
Mata sipit Kafa semakin menyipit saat senyum muncul di wajahnya. "Gampang Nan, bisa diatur!"
Percakapan itu berakhir, Kinan dan Kafa pun berangkat ke panti asuhan, untuk berbagi pada anak-anak. Seperti biasa Kafa akan selalu menjadi penghibur anak-anak.
Di hari terakhir ini, Kinan dan Kafa hanya membagikan makanan saja, kelas matematika sudah selesai kemarin.
"Kalau nilainya bagus, Mas Kafa sama Kak Kinan kasih hadiah lagi, jadi semangat ujiannya!" Anak-anak bersorak gembira, dan mengucapkan terimakasih banyak pada Kafa dan Kinan.
"Bahagia banget ya mereka, Kaf,"
Kafa tersenyum tipis, matanya kini menatap Kinan yang duduk di sebelahnya.
"Gue tuh seneng deh, kalau mereka ketawa gitu, rasanya gue mau buat senyum itu terus ada di bibir mereka." Kafa berdiri, mengambil posisi terdekat dengan Kinan dan duduk di sebelahnya.
"Gue juga seneng." Jantung Kinan kian berdebar keras, Kafa terlalu dekat dan wanginya membuat Kinan sampai tak bisa mengontrol diri.
"Oh iya Nan, minggu lalu gue liat lo dijemput sama Saka." Mata Kinan membulat sempurna.
"Lo liat?" Kafa diam, Kinan sepertinya sangat terkejut.
"Kenapa, kok kaget banget?" Kinan menggeleng cepat.
"Lo tau nggak Saka suka sama siapa?"
"Mana gue tau."
"Lo kan sahabatnya."
"Ya meskipun sahabatnya, gak semua tentang dia gue tau."
"Ya udah, pulang yuk bareng gue!"
"Eh, anu, itu, Kaf gue pu-pulang sama eh-"
Si pemuda tampan itu lebih dulu menarik tangan Kinan, membawanya menuju motor lamanya yang masih terlihat kinclong, bak motor baru.
"Lo pulang bareng gue, kan tadi berangkat bareng masa mau pulang sendiri-sendiri." Senyuman itu terus bertengger di bibir Kinan, ia rasa kedekatannya sebulan terakhir dengan Kafa cukup menjadi alasan untuk menyukai pria itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/221630785-288-k764768.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LABIRIN
Teen Fiction/ Jeon Heejin with 00 and 01 Line ♪ ❝ Ini hanyalah perihal hati, yang tersesat dalam sebuah labirin,hingga tak bisa menemukan, mana rumah, yang sebenarnya adalah ...