15. Jodoh?

108 17 5
                                    

Perihal rasa, memiliki rasa yang sama pun belum tentu bersama, apalagi yang tak sama.”

-

Jam di dinding menunjukan pukul 21:00, Saka pria tampan dan dingin itu, baru saja selesai mandi. Setelah pulang dari rumah sakit, pemuda itu tertidur dan bangun jam 20.30, sejak terbangun kepalanya sedikit pusing, ia juga ingat kalau belum mandi seharian ini, jadi ia memutuskan untuk langsung mandi setelah bangun.

Keluar dari kamar mandi tubuhnya kembali terasa segar, pemuda itu menilik meja belajarnya, tugasnya sudah selesau kemarin, jadi ia berbaring dan membuka ponselnya, membuka sebuah room chatnya dengan Kinan, yang beberapa menit lalu mengiriminya pesan.

Kinan

|Lo jengukin Nata, kan?
send, 15.55

|Udah pulang?
send, 17.00

|Kata Keira ada lo, makasih ya!
send, 20.25

Saka tak berniat membalas pesannya, ia kembali ke menu utama dan menutup ponselnya, moodnya sedang turun. Sesaat sebelum memejamkan mata, pintu kamarnya terbuka di barengi dengan suara berisik dari—

"Adit comeback with his handsome face!"

Adit masuk begitu saja, tiduran di sebelah Saka yang jantungnya berdebar keras karena terkejut akan kemunculan makhluk itu.

"Ketok dulu bisa kali, Dit."

"Gue udah izin sama tante di bawah, katanya langsung masuk aja."

"Udah malem mau ngapain, sih?"

"Nginep Sak, gue ditinggal orang tua gue ke luar kota, lo tau kan gue ngga bisa masak, tante juga bolehin tuh!"

Saka berdecak, malas sekali meladeni Adit, ia berbalik memunggungi Adit dan memejamkan matanya.

"Dih, kenapa si lo? Tatap gue dong Sak!" katanya sambil menggoyangkan pelan badan Saka, tetapi pemuda itu menghempas tangannya.

"Udah tidur aja sono!"

"Sak, gue mau ngajak lo begadang mumpung besok gue gak ada deadline tugas, gue mau bantuin lo ngerjain tugas, gamau lo dibantuin sama profesor Adit?"

Saka diam tak merespon apapun, padahal Adit tau Saka belum tidur, mana mungkin pula pemuda itu tidur jam segini. "Sak, gue tau lo es batu tapi biasanya lo ga gini, kan gue matahari, biasanya lo cair sama gue!"

"Gak bakal ada yang ngerti perasaan gue, Dit!"

Adit paham, ia tau jika Saka mengabaikan semua orang termasuk dirinya, itu tanda kalau Saka sedang memikirkan suatu hal.

"Jelas gak bakal ada yang ngerti kalo ngga dikasih ngerti!" Saka membuka matanya yang tadi terpejam, perkataan Adit menolak untuk dikatakan salah, jelas itu sangat-sangat benar.

Saka duduk menghadap Adit yang kini ikut duduk, menatap sahabatnya yang kini tersenyum lebar ke arahnya.

"Bener kan gue?"

"Bener sih."

"Asik, abis ini langsung dierlakukan layaknya tamu kerajaan kan?" kata Adit.

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang