37. Legenda Strawberry

37 10 4
                                    

Operasi hari itu berjalan lancar, Kotaro pulih dengan cepat lebih dulu dari pada Nata, ia tidak pernah merasa menyesal sudah mendonorkan ginjalnya pada Nata, justru ia merasa senang sekali karena sudah berguna untuk orang lain.

"Kotaro, terimakasih banyak, kamu baik banget. Sampai sekarang aku masih nggak bisa percaya kenapa kamu mau donorin ginjal kamu ke aku, padahal ginjal kan organ penting untuk manusia." Kotaro tertawa pelan.

"Manusia masih bisa hidup normal dengan satu ginjal Nata, lagipula, apa gunanya Tuhan menciptakan manusia kalau bukan untuk saling menolong? Lagipula manusia itu semuanya akan mati nantinya, yang terpenting adalah jaga kesehatan supaya kita bisa hidup dengan nyaman." Nata tersenyum haru, ia ingin sekali menangisi kebaikan kakak sepupunya itu.

"Sudah Nata, aku nggak menyesal sedikitpun, asal kamu tau aku juga pernah donor hati, sama saja sebenarnya, bedanya kalau hati bisa tumbuh lagi, tapi percaya ya Nat, semua akan baik-baik saja." Naya memgangguk.

"Kotaro, pesawat mu berangkat dua jam lagi, ayo ke bandara!"

Kotaro akan kembali ke Jepang lebih dulu, karena liburan semester ini cukup panjang, dia sudah sangat merindukan orang tuanya, sedangkan Nata baru kemarin ia keluar dari rumah sakit, kini dirinya masih dalam proses pemulihan.

"Aku duluan ya, nanti kamu menyusul, kan? Nanti kalau sampai aku ajak jalan-jalan!" Nata mengangguk antusias.

"Kafa tolong jaga Nata dulu, ya!" Kafa mengangguk.

"Terimakasih Kotaro, hati-hati di jalan!"

"Safe flight Kotaro!" Teriak Nata.

Mobil Adrian meninggalkan pekarangan rumah Nata, tinggallah Nata dan Kafa sekarang. Pemuda itu menatap senang pada Nata yang kini ceria dan terlihat sangat bersemangat, beban di pundak Kafa turut luruh, ia bahagia melihat Natanya yang bahagia.

"Janji apa sama aku?" Nata tertawa kecil ucapan Kafa.

"Janji untuk jaga kesehatan dan banyak minum air putih, jelek!"

Kafa mengeratkan genggamannya. "Jelek gini juga pacar kamu, Nat." Nata mendengus.

"Apanya, yang waktu itu belum sah! Mana ada nembak orang di rumah sakit, nggak romantis!"

"Nantangin nih? Mau dimana? Pasar malam?"

Nata mencubit pelan lengan Kafa. "Masa pasar malam sih? Di kebun teh, aku pernah punya harapan di tembak cowok di kebun teh terus jalan jalan ke kebun strawberry."

"Ah kecil, mau kebun teh kek, kebun strawberry kek, kebun buah naga juga bisa Nat." Nata tertawa keras.

"Berangkat sekarang, gimana?"

"Dengan senang hati, sayangku."

-

Nata menghela napas kencang saat melihat Kafa membawakannya botol minum 2 liter yang sedang viral di masyarakat itu. Katanya agar Nata tidak dehidrasi dan ginjalnya tetap sehat. Kafa memang selalu seperti itu dan karena itulah Nata jatuh cinta padanya. Tangan Kafa pun tidak pernah lepas menggenggam tangan Nata, membuat Nata terus tersenyum melihatnya.

"Sayang, yakin mau naik ke sana? Ntar kecapean, kamu baru pulih- Nata astaga bandel banget sih sayang!" Kafa terkejut melihat Nata yang malah berjalan lebih dulu dari padanya, meninggalkan Kafa yang tengah mengomel.

Kafa mengatur napas saat sampai di atas, Nata tertawa kencang. "Kafa, yang harus banyak minum itu kamu!"

Kafa mendekat pada Nata dan duduk di sebelahnya, meminum air yang di bawanya sendiri. "Nat aku khawatir kalau kamu kenapa kenapa, gimana? Jangan gitu lagi ya!" Nata mengangguk.

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang