8. Jaket Hitam

113 21 0
                                    

"Jika jantung ini berdebar kuat sekali lagi, aku pasti akan menjawab, iya!"

-

Dimulai dari membuka mata di pagi hari, saat ini Nata dan ayahnya sudah berada di sebuah tempat yang Nata sebut, rumah mama. Sejak tadi malam, Nata memang sangat merindukan sang ibu tercinta, karena sudah lama sejak cuci darah di minggu kelimanya Nata belum pernah lagi mengunjungi mamanya.

Lima belas menit berselang, Nata dan ayahnya sampai, dengan senyum penuh semangat, tapi tetap tenang, Nata masuk mencari sebuah batu nisan bertuliskan, Hana Minatozaki.

Senyumnya mengembang semakin cerah, Nata mendudukan dirinya di tanah, tanpa peduli pada celananya yang mungkin saja akan kotor, ia memeluk nisan sang ibunda.

"Mama, selamat pagi, Nata kangen, mama tau ngga, Nata sebentar lagu ujian dua bulan lagi, kemarin sudah ujian tengah semester, pusing banget!" Adrian terkekeh, ia mengusap rambut Nata.

"Ayah, ayo berdoa!"

Ajakan itu membuat Adrian tersenyum kecil, ia berjongkok dan mengikuti Nata berdoa untuk mendiang isteri tercintanya.

Doa itu berselang lumayan lama, banyak yang Nata minta untuk mamanya. Setelah selesai memanjatkan doa, Nata mengambil alih bunga di tangan sang ayah, dan menebar luaskannya ke seluruh makam mamanya.

"Mama, sudah lama ya? Sejak Nata lahir, Nata gak pernah tau sosok mama gimana, Nata cuma bisa lihat mama lewat foto-foto lama, mama cantik, Nata sampai pusing." Kata Nata lalu terkekeh kecil, ia suka mengajak makan mamanya bicara untuk sekedar melepas rindu.

"Mama, Nata pengen ketemu mama, Nata gak sabar ketemu mama, tunggu Nata ya, Ma?"

Adrian membeku mendengarnya, ia mengalihkan perhatian pada Nata seolah meminta penjelasan tentang ucapannya barusan.

"Nata?"

"Maaf ayah," Nata memeluk ayahnya, ia menangis sesegukan.

"Nata cuma mau ketemu mama, itu aja." Mata Adrian memejam erat.

"Maafkan papa karena gak bisa jaga mama, kita jadi kehilangan mama." Nata menggeleng, tidak setuju dengan ucapan ayahnya.

"Ayah pasti pinter jagain mama, Nata juga yakin ayah pasti udah ngelakuin yang terbaik, Ayah jagain Nata sepenuh hati, itu artinya Ayah juga jaga mama sepenuh hati, kan?" Adrian mengusap lembut surai hitam mengkilat anaknya.

"Jadi jangan ngomong begitu lagi, jangan tinggalin Ayah sendiri, cuma kamu yang Ayah punya sekarang." Nata mengangguk.

"Ayo pulang, kamu kuliah kan sebentar lagi?"

"Iya, ayah."

•••

Setelah sampai di kampus, Nata berjalan cepat sedikit berlari untuk segera menemui sang pujaan hati. Namun langkahnya terhenti saat mendapati Kinan, berpapasan dengannya.

"Nata, baru dateng?"

"Iya Nan, lo dari mana? Kok di fakultas teknik?"

Kinan terkekeh. "Nemuin temen gue Nat, teman satu organisasi, kebetulan kemarin gue pinjam buku dia." Nata beroh ria tanda mengerti.

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang