44. Kana dan Rahasianya

36 4 0
                                    

Aksa dan Nata menceritakan semua yang terjadi siang hari ini pada Fahru, Keira, Kinan dan Saka, perihal Kafa yang melihat mereka berpelukan.

"Lagian lo ngapain meluk Nata, sih?" Kata Fahru, Nata semakin menunduk mendengarnya, Aksa berdecih.

"Gue ngga tega liat dia nangis, gue cuma mau nenagin dia, bukan karena ada perasaan, gue refleks, gue yakin kalau kalian jadi gue juga bakal ngelakuin hal yang sama!"

"Iya, tapi Kafa jadi salah paham, kan? Lo udah tau mulutnya Kana gimana, ditambah kelakuan lo kaya gitu, makin makin Kafa benci sama kita, dia makin ngga mau inget kita." Aksa mengacak rambutnya.

Saka menghela napas. "Fahru udah, kalau kita begini terus masalahnya jadi makin rumit."

"Ni orang yang bikin rumit Sak, bukan gue!"

Keira menghampiri Fahru. "Udah Ru, masalahnya ga bakal selesai kalau gini, please stop, bukan saatnya buat ngedebatin ini!"

Fahru tertawa sarkas. "Tujuan kita apa sih Kei? Cari cara buat Kafa inget lagi, kan? Kalau udah gini, cara apalagi yang harus kita pakai Kei? Kafa udah nggak percaya, ditambah sama nenek lampir tukang fitnah itu. Mau pake cara apalagi?" Keira terdiam, semua orang tidak bisa menjawab pertanyaan Fahru.

"Kan diem semua kan? Gue balik dulu deh." Fahru pergi begitu saja meninggalkan teman-temannya.

Nata berdiri dari duduknya. "Makasih banyak buat kalian yang udah bantuin gue, sekarang kalian nggak perlu bantuin gue lagi."

Kinan menggeleng, ia menggenggam tangan Nata. "Kita ini temen, Kafa juga temen kita, kita bantuin lo bukan cuma sekedar bantuin lo, tapi kita sebagai temen Kafa, juga pengen dia inget lagi Nat, lo nggak perlu khawatir, tanpa di minta pun kita semua bakal bantu, sekarang gini, lihat mendung, kan?"

Nata melihat ke arah langit yang memang gelap dengan awan berwarna kelabu yang menyelimuti. "Tapi apa langit itu selalu gitu, Nat?" Nata menggeleng.

Kinan tersenyum melihat gelengan Nata. "Tepat, tuhan ngga pernah janji langit itu biru terus, ada kalanya langit gelap kaya hari ini, tapi setelah mendung, ujan, pasti bakal ada pelangi. It's gonna be okay, semua bakal baik-baik aja!"

Aksa buka suara. "Nat maafin gue, lo nggak perlu khawatir, biar gue yang ngurus Kana. Sekarang, kalian mendingan pulang, karena bentar lagi ujan, sekali lagi maafin gue."

Setelah diskusi itu Aksa pergi mencari Kana, mana tau gadis itu hari ini ada kelas sehingga mereka bisa membicarakan sesuatu yang memang seharusnya dibicarakan. Pucuk dicinta ulam pun tiba, gadis yang dicari Aksa baru saja keluar dari kelas, dunia seperinya memihak kepadanya kali ini.

"Ikut gue, ada yang perlu kita bicarain."

Kana menggulirkan bola malas. "Gue ini sibuk, jangan ganggu gue!"

Aksa menahan tangan Kana."Lo silahkan benci gue dan temen-temen gue, tapi tolong jangan pengaruhi Kafa, apalagi bikin dia benci sama kita dan nyakitin dia."

"Gue? Bikin Kafa benci lo dan temen-temen lo? Lucu lo." Kana pergi begitu saja setelah menepis tangan Aksa yang tadi menahannya.

Aksa berjalan cepat mengimbangi langkah Kana. "Apa sih, yang lo butuhin dari Kafa, apa yang lo cari? Nggak puas lo nyakitin dia dulu?"

Kana berhenti. "Bukan urusan lo, gue nggak akan nyakitin Kafa. Jadi stop ikutin gue!"

Kana berjalan menjauh dari Aksa, ia berlari kecil mendekati Kafa di depan pintu perpustakaan kampus, mereka sejak tadi susah membuat janji untuk bertemu di sana.

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang