13. Rasa Sakit

92 21 0
                                    

“Semenjak dingin mu menyentuh hangat ku,  semua jadi mengharu biru.”

-

Kue kacang kini tersaji di depan Saka, jelas ini dari Nata, gadis manis yang menyukainya. Saka tau itu, ia tau dari seseorang dan tentu saja tau dari sikap Nata yang begitu menunjukannya, terlalu kentara.

"Pasti kue dari Nata, iya 'kan?"

"Iya ...."

"Enak, kan?"

"Lo mau?"

Gadis berambut panjang itu menggeleng. "Nata itu kalo bikin kue emang selalu enak, gue sering tuh jadi korban percobaan, untung enak," ia terkekeh geli.

"Oh iya, gue ntar pulang gue di jemput Ayah, jadi lo gak perlu nunggu gue." Saka mengangguk.

Percakapan kecil itu berakhir ketika si gadis pergi untuk kembali ke kelasnya, Kafa yang baru saja datang itupun menghampiri Saka.

"Kue dari siapa Sak?"

"Nata."

Kafa diam, hatinya terasa habis dilempar satu batu krikil, setelah dulu jaket yang sangat wangi, sekarang kue kacang yang pasti sangat enak, Kafa yang sudah berusaha mendekati sejak zaman masih menjadi mahasiswa baru sampai sekarang saja, belum pernah dapat apa-apa, sedangkan Saka yang diam saja, selalu mendapat keberuntungan yang di harapkan Kafa tersebut.

Saka yang sejak tadi hanya diam menatapi kue kacang itu mulai sadar akan diamnya Kafa.

"Lo suka sama dia?" Kafa duduk di sebelah Saka, lalu mengangguk.

Saka terkekeh, ia menepuk-nepuk bahu Kafa, menggeser kue kacang itu ke depan karibnya itu, mengisyaratkannya untuk mencicipi makanan buatan Nata.

"Perjuangin dia Kaf, dia lebih pantes buat lo." Kafa menoleh menatap ke pada Saka, menanyakan maksud ucapannya.

"Yakin lo? Emang lo ngga suka dia?"

"Gak usah mikirin gue, kalo lo suka dia, perjuangin jangan sampai gue ambil duluan."

"Jadi lo suk—"

"Kue kacangnya makan aja, ntar kalo ngga abis taro di laci, gue mau nemuin Nakula, ambil buku."

Kafa menghela napas, Saka benar benar misterius, tangannya meraih kue kacang itu dan mulai memakannya, tapi ia jadi teringat sekelebat bayangan perempuan yang baru keluar dari kelasnya tadi, perempuan yang pernah memarahinya dulu, bukan?

Kenapa gadis garang itu masuk ke kelasnya?

-

Hari Minggu ini, kebetulan sekali Nata sedang tidak ada kegiatan apa-apa, jaket Kafa pun telah ditemukan, setelah sekian lama, ternyata jaket itu mendekam di lemari baju Nata, tanpa Nata sadari, dan ini cukup membuat Nata merasa bersalah.

Nata meminta Kafa ke rumahnya untuk mengambil jaket ini, Kafa tentu saja senang bukan main, dengan perasaan gembira Kafa pergi ke rumah Nata. Bukan karena jaket wangi harapannya, tetapi bertamu ke rumah Nata untuk pertama kalinya, kemarin-kemarin hanya lewat, mampir sekali karena mengantar Nata, itupun langsung pulang.

Dan saat ini keduanya sudah ada di ruang tamu Nata, mata Kafa sibuk memandangi ruang tamu yang penuh dengan estetika itu, desain rumah Nata juga sangat bagus.

"Rumah gue jelek, Kaf?"

"Siapa yang desain, Nat?"

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang