17. Kelas Matematika

94 18 9
                                    

Lantunan suara sang kasih selalu menjadi obat rindu terkuat, sampai membuat rindunya semakin bertambah.”

-

Hari ini, seperti yang sudah Kinan janjikan kepada anak-anak panti, ia dan Kafa akan mengadakan kelas matematika di halaman panti. Kelas sederhana telah disiapkan, Kafa mengajar anak yang kelasnya rendah, sedangkan Kinan mengajar kelas yang tinggi. Kafa cukup sadar diri, kepintarannya tak melebihi Kinan, toh Kafa mau membantu Kinan karena niatnya baik dan mengajar anak SD sangat mudah menurutnya.

"Adik-adik, selama satu jam kedepan, kita belajar bareng jadi perhatikan baik-baik ya? Ayo berdoa dulu sebelum belajar!"

Setelah pembacaan doa selesai, Kinan dan Kafa memulai pelajaran, Kinan sudah memberikan Kafa sebuah jurnal berisi materi apa saja yang harus ia jelaskan pada anak-anak.

Setelah menjelaskan beberapa penjabaran materi umum, dan memberikan beberapa contoh, menerangkannya agar anak-anak paham, Kinan memberi mereka soal untuk latihan.

"Karena udah paham, Kak Kinan kasih soal ya, kalau nggak paham sama soalnya bisa tanya!"

Kinan meminum airnya, memakan beberapa kastengel buatannya sambil memperhatikan anak-anak itu mengerjakan dengan serius, mata Kinan kemudian tertuju pada Kafa yang sedang menjelaskan di depan anak-anak panti.

Benar-benar terlihat tampan, dewasa, juga pintar dan ramah. Senyum Kinan melebar, Kafa sangat berbeda dengan Saka yang dingin dan cuek, Kafa amat hangat. Padahal Kinan baru mengenalnya, tapi cukup mudah berbaur dengan pemuda itu.

"Kenapa jadi bandingin mereka berdua terus?" gumam Kinan.

"Ibu Kinan!" Kinan tersentak, ia menoleh pada Arya, anak yang kini berada di depannya untuk bertanya.

"Mau tanya nih, Bu Kinan."

"Kok ibu?"

"Habisnya di panggil kak nggak noleh, malah ngeliatin Mas Kafa!" Wajah Kinan bersemu merah.

"Hah? E, enggak kok, mau nanya apa?" Kinan mengalihkan pembicaraan, menghindari tatapan Kafa yang kini menatapnya sambil tertawa.

"Anak-anak, Misju naksir Mas Kafa!"

"Eh, Kafa jangan ngada-ngada, gue nggak ngeliatin lo!"

Kinan menatap Arya, memegang tangan anak itu. "Arya, jangan bilang gitu lagi ya?" katanya berbisik.

"Siap ibu guru Kinan!"

-

Proses ajar mengajar selesai, peralatan sudah di simpan untuk besok dan Minggu depan. Sepulang dari panti, Kinan dan Kafa memilih untuk mampir ke Kafe.

Kinan memesan kopi hitam, dan jelas itu membuat Kafa terkejut.
"Lo minum kopi hitam? Cewek loh."

"Emang ada ya, peraturan yang bilang kalau kopi hitam cuma boleh buat cowok? Kopi hitam has no gender, Kaf!"

"Ya enggak sih, cuma yang gue tau kebanyakan cewek gak suka kopi hitam."

"Gue suka kok, gue kalo mau belajar wajib ada kopi hitam, eh nggak wajib sih sunnah!" Kafa terkekeh.

Keduanya sibuk menyesap kopi masing-masing sampai Kafa kembali membuka percakapan.
"Lo sama Saka itu saudaraan?"

Kinan hampir saja tersedak, ia menggeleng cepat. "Bukan? Terus apa?"

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang