35. Rasa yang Menghilang

47 12 5
                                    

"Mungkin matahari terbit kali ini akan berbeda karena aku melihatnya dengan mu."

-

Mata sembab milik gadis cantik itu kini terbuka lebar, ia terbangun dari tidurnya, Kinan akan bersiap-siap pergi ke rumah sakit, entah mengapa firasat Kinan mengatakan Nata menunggunya. Dengan tergesa akhirnya Kinan berangkat ke rumah sakit sendiri, tapi sebelum itu ia juga memberitahu Saka.

Kinan sedikit berlari saat sampai di rumah sakit, menaiki lift dengan rasa tak sabar, hingga berlari kecil di lorong rumah sakit, kakinya terhenti begitu melihat sosok Kafa yang duduk di depan ruang rawat Nata. Pandangan keduanya bertemu, Kinan tersenyum tipis dan melanjutkan jalannya, ia membuka pintu dan mendapati Nata yang masih tertidur.

Kaki Kinan melemah. "Gue jahat banget ya Nat, maafin gue." Kinan menangis, kakinya melangkah mendekati Nata dan memeluknya. Nata terbangun, ia terkejut melihat Kinan menangis di hadapannya sembari memeluknya dan menghujaninya dengan kata maaf.

Sedangkan Kafa di luar memperhatikan kedua gadis itu, hatinya menghangat melihat persahabatan dua gadis itu. Hingga seseorang menepuk bahunya. Kafa menoleh, ia mendapati Saka yang baru datang.

"Mau ngobrol Kaf?" Kata itu segera diangguki Kafa.

Keduanya pergi ke kafe dekat rumah sakit, Kafa dan Saka memesan hot americano untuk menghilangkan kantuk dan juga dingin yang menusuk.

"Kaf, lo tau Kinan sama Nata lagi gak saling sapa? maksud gue mereka udah nggak temenan lagi." Kafa melirik Saka yang baru saja menyesap kopinya itu.

Kafa ragu, tapi ia pernah melihat Nata memohon maaf pada Kinan tapi gadis itu tak menggubrisnya. "Gue nggak tau, memangnya mereka berantem?"

Saka mengangguk. "Karena lo."

Kafa terdiam, apa karena dirinya Kinan sampai semarah itu pada Nata? Kinan yang ia tahu adalah Kinan yang sangat baik dan perhatian, ia tak pernah mengira kalau pertengkaran yang ia lihat hari itu karena dirinya.

"Gue minta maaf, gue nggak tau, tapi tadi gue liat mereka udah baikan, dan semoga selalu baikan, gue juga bersyukur, seenggaknya kesedihan Nata berkurang satu." Kafa menghela napas.

"Kayaknya gue pulang dulu hari ini, lo kalau mau jenguk Nata, jenguk aja. Gue duluan ya!" Kafa mengantungi ponselnya dan bersiap pergi, ia rasa hari ini ia tidak bisa menjaga Nata, sudah ada Saka di sini, orang yang Nata mau, ada pula Kinan sahabatnya, mereka pun telah berbaikan, jadi untuk apa lagi Kafa di sini? Kafa juga akan merasa tidak enak nantinya pada Nata dan Kinan karena persoalan itu, tapi langkahnya terhenti karena ucapan dari Saka.

"Ada satu lagi." Dahinya mengernyit.

"Apa?"

"Ada satu lagi kesedihan Nata yang mungkin lo nggak tau, Nata sedih karena dia nggak bisa ketemu sama lo." Kafa tertawa canggung, jujur ini Saka sedang menghiburnya?

"Ngaco, Nata yang nggak mau ketemu gue." Saka ikut berdiri.

"Sehari sebelum Nata dibawa ke rumah sakit, gue sengaja ngikutin dia, gue mau cari waktu yang pas untuk minta maaf ke dia, tapi waktu itu justru gue denger sesuatu yang bikin gue berasa jadi tukang nguping–" Kafa mulai memperhatikan Saka.

"Nata bilang ke dirinya sendiri, begini— Gue nggak boleh ketemu Kafa meskipun gue mau, demi Kinan— Nata tau kalau Kinan suka sama lo, jadi dia ngejauhin lo demi Kinan." Kafa terdiam, Nata serius melakukan itu?

"Lo ngarang, kan?"

Saka tertawa pelan sembari memukul pundak Kafa. "Lo pikir gue orang yang suka ngarang? Kalo emang lo cinta dia, dateng sekarang."

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang