“Bertepuk sebelah tangan adalah hal lumrah, tinggal kitanya saja, memilih terus menepuk tanpa balas atau berhenti mencari yang membalas.”
-
Setelah lelah bercengkrama dengan anak-anak panti, Kafa kembali duduk di sebelah Kinan, baru Kinan sadari kalau Kafa anaknya asik, baik dan juga pintar, lebih tepatnya pintar mengambil hati, dan memang benar, dosen mana yang tidak menyukai Kafa? Gadis mana yang tidak terpana dengan sikapnya yang hangat pada siapa saja. Bahkan anak-anak panti menyukai perangai Kafa yang ramah dan mudah akrab.
Seorang anak laki-laki menghampirinya. "Mas Kafa, Bayu ada tugas matematika, mas Kafa kan pinter matematika, boleh minta ajarin?" Kafa mengangguk, tentu saja itu hal kecil.
Kafa duduk di tikar tempat anak-anak belajar, Kinan ikut duduk di sebelah Kafa, ikut penasaran, matematika memang menarik untuknya, itulah kenapa ia mengambil prodi pendidikan matematika, ia ingin memberikan pandangan kepada anak-anak bahwa matematika itu menyenangkan.
Kafa mengajari anak bernama Bayu itu dengan telaten, Kinan benar-benar merasa terpana, pria ini ternyata sangat pintar.
"Jangan ngeliatin mulu, ntar lo naksir sama gue, Misju." Kinan melotot lalu memukul lengan Kafa.
"Lo suka banget mukulin bisep gue?"
"Bisep?"
"Biskuit kali!" Kafa mencibir, ia kembali fokus pada Bayu sampai ada sebuah soal yang ia sedikit lupa dengannya.
"Bentar ya Bayu, mas agak lupa kalau yang ini." Kafa mencoba mengingatnya.
Kinan melihat soal itu, ia tau jawabannya, ia mengambil alih buku itu dari Kafa, menjelaskannya dengan detail pada Bayu yang sibuk memperhatikannya, setelahnya semua diambil alih oleh Kinan.
Kafa benar-benar terkejut. "Lo pinter matematika juga ternyata."
"Gue kuliah prodi pendidikan matematika." Mulut Kafa menganga lebar.
"Aduh, maaf nih Bu, kalau Kafa salah-salah ngejelasinnya." Kinan tertawa pelan.
"Udah bener kok, cocok jadi guru paud."
"Nggak paud juga kali, Nan." Kinan terkekeh.
"Kak Kinan, bulan depan kita ujian, matematika kan susah banget, Kak Kinan mau ajarin kita nggak? Kak Kinan kan pinter matematika, terus ngejelasinnya juga bikin cepet paham, kalau mau les privat kan mahal." Kinan tersenyum, ia tau les matematika itu lumayan mahal, makanya Kinan sengaja ke panti ini untuk berbagi, bukan hanya makanan tetapi ilmu.
"Kalian tenang aja ya, kakak ke sini niatnya memang mau berbagi ilmu sama kalian, kakak bakal berusaha untuk ngumpulin materi yang buat kalian, setuju?"
"Setuju kak!"
Semua anak bersorak, mengucapkan banyak terimakasih pada Kinan dan Kafa.
Sekarang sudah pukul 16.03, hari semakin sore, Kafa dan Kinan berpamitan pulang dari sana."Kaf, gue mau buat kelas buat anak-anak panti. Sebenernya mau sendirian, cuma setelah liat lo yang lumayan encer, gue mau nawarin, siapa tau lo berminat bantuin gue buat ngajarin mereka, setiap hari Sabtu dan Minggu aja kok."
Kafa berpikir sebentar. "Boleh, kebetulan gue pinter."
Kinan berdecih. "Ya udah, hari Sabtu nanti ketemu di sini, bantuin gue siapin kelas buat ngajar, ya?"
"Iya Kinan bawel— eh Misju, hehe." katanya lalu meringis.
Pipi Kinan bersemu merah, senyuman Kafa yang seperti itu, entah mengapa mengajak jantungnya untuk berdetak kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LABIRIN
Teen Fiction/ Jeon Heejin with 00 and 01 Line ♪ ❝ Ini hanyalah perihal hati, yang tersesat dalam sebuah labirin,hingga tak bisa menemukan, mana rumah, yang sebenarnya adalah ...