14. Hubungan Spesial?

118 20 4
                                    

"Sesuatu yang spesial memang perlu perjuangan, lantas jika tak berjuang apa pantas dapat yang spesial?"

-

Kinan dan Keira datang ke rumah sakit, bersamaan dengan Adrian, hal yang sering terjadi tapi tetap membuat mereka panik, Adrian sejak awal sudah melarang Nata, tapi gadis itu keukeuh berangkat.

Keira dan Adrian masuk ke ruangan Nata,
sedangkan Kinan, ia memilih menghampiri pria yang sejak tadi duduk di ruang tunggu.

"Saka, makasih ya udah bawa Nata ke rumah sakit."

"Nata sakit apa? Kenapa harus rawat inap?"

"Nata gagal ginjal, penyakitnya udah parah, makanya nggak boleh kecapekan. Gue nitip Nata ya, kan lo sama dia sefakultas. seandainya dia kenapa-kenapa, bawa ke rumah sakit ini," Saka mengangguk.

"Lo pulang gih, ntar gue pulang bareng Keira."

"Ya udah, hati-hati." katanya lalu pergi begitu saja.

Kinan sudah biasa, mau bagaimanapun Saka tetaplah orang yang dingin dan tak bisa di tebak, cukup membingungkan untuk Kinan. Kinan ikut masuk, menanyakan keadaan Nata.

"Kata dokter, Nata perlu di rawat selama kurang lebih seminggu di rumah sakit." Adrian mengusap pipi putrinya, selalu was-was jika Nata terluka sedikit saja.

Nata menggenggam tangan sang ayah. "Jangan sedih ayah!"

"Gimana nggak sedih kalau kesayangan ayah malah sakit, Nata sayang, bisakan mengundurkan diri dari UKM-nya? Ayah khawatir." Bibir pucat itu mengerucut, ia tak ingin keluar dari UKM-nya, ia menatap Kinan dan Keira yang kini juga menatapnya.

"Nat, kayaknya omongan paman bener deh, ikutin aja ya? Lo masih bisa ngelukis di rumah." Keira turut menyemangatinya.

"Ya udah, nanti Nata bilang sama ketuanya." Adrian lega meski sebenarnya tak tega, tapi semua ini juga ia lakukan demi kesehatan Nata.

"Oh iya, Nan, tadi yang anterin gue?"

Kinan tersenyum. "Saka, dia khawatir banget lo pingsan."

Keira yang tidak tahu apa-apa, menyahut. "Emang iya? Lo tau dari mana, Nan?"

"Iya, gue tau dari anak-anak Kei, mereka ngabarin tadi." Keira membulatkan matanya, ia melirik Nata untuk menggodanya.

"Asik dianterin Saka." Nata tertawa kecil.

"Berdoa aja, semoga besok Saka jengukin lo." Nata mengangguk semangat.

"Tunggu, ayah nggak dikasih tau, siapa itu Saka?" Ketiganya tertawa.

Obrolan masih berlanjut, tapi sayang Keira harus pulang duluan, karena harus menjemput adiknya les.

"Nan, gak papa lo pulang sendiri?"

"Gampang, ntar dijemput Papa, gue masih mau disini soalnya."

"Ya udah kalau gitu, duluan ya! Paman, Nat, pulang dulu!"

Kinan kembali melanjutkan obrolannya dengan Nata, sampai Nata mengeluh pusing dan mengantuk, Kinan mengusap kepala Nata lalu berpamitan untuk pulang karena tidak terasa hari juga semakin malam.

Namun, ketika menelpon ayahnya sang ayah sedang tidak bisa menjemputnya, Kinan menghela napas, keluar dari rumah sakit dan setelahnya ia terkejut, ada Saka yang sedang berdiri di dekat pintu masuk rumah sakit.

"Lo ngapain di sini, belum pulang?"

"Ayah lo nggak bisa jemput, jadi gue yang jemput lo."

Kinan menghela napas, wajah jutek Saka membuatnya malas.
"Gue bisa pulang sendiri, nggak perlu repot-repot jemputin gue."

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang