26. Bianglala

77 14 15
                                    

"Pelajaran paling baik adalah disakiti, karena dari sana kita dapat belajar apa arti rela."

-

Nata baru saja bertemu Saka, pemuda tampan berwajah jutek itu mengembalikan komiknya yang kemarin dipinjam, Nata sudah tampak biasa, perasaan mungkin masih ada tapi tidak semenggebu biasanya, lagipula tidak ada sesuatu yang bisa dipaksa, kan? Mau memaksa Saka untuk mencintainya juga tidak mungkin, ditambah pemuda itu bilang, dia begitu mencintai seorang wanita, yang Nata sendiri tidak tau siapa.

Di pertengahan jalan Nata menepi untuk duduk di kursi panjang, tapi baru saja duduk tiba-tiba seseorang menjatuhkan lollipop dipangkuannya. Nata mendongak untuk melihat siapa pelakunya.

"Siapa ya, orang yang ngasih gue lollipop di toko langganannya. Parahnya dicepuin sama yang jaga toko." Nala melotot mendengar penuturan Kafa.

"Maksud lo?"

"Natasha Mizuki, cewek yang udah langganan lumayan lama di toko Sumber Ilmu Sebelah Jaya. Kata penjaga toko, dia sukanya beli lollipop, macem-macem cat, canvas berbagai ukuran, kuas, sama buku. Lo kenal?" Pipi Nata memerah, bagaimana bisa ia lupa si penjaga toko yang jelas sangat menghafal dirinya, dan juga ceplas-ceplos itu? Harusnya waktu itu Nata berpikir dulu sebelum memberi Kafa lollipop.

"Kaf udah deh, lo tau jawabannya." Nata berdiri dan berjalan meninggalkan pemuda itu, lebih tepatnya menghindari agar Kafa tak melihat pipinya yang sekarang sudah semerah tomat.

"Kalo abis ngecat lukisan, bersihin dulu sisa catnya, nempel tuh di pipi, merah amat." Langkah Nata terhenti, ia berbalik dan melemparkan tatapan mautnya pada Kafa.

"Gue panggang lo!" Terdengar tawa keras setelahnya, Kafa terbahak-bahak mendengarnya.

Kafa sedikit mengejar Nata. "Ngga mau permen?" Dengan malas Nata mengambilnya.

"Beli dimana?"

"Pasar malem."

Nata agak terkejut mendengarnya, bukan apa apa pasalnya ia jadi ingat, terakhir ke pasar malam dirinya bersama Naka saat masih kelas 10, sudah sangat lama.

Lupain Nat.

"Kenapa kaget? Gue bercanda kok, beli di toko tadi waktu beli kertas polio."

"Udah lama nggak ke pasar malam, oh iya anyway thanks ya Kaf. "

Kafa tersenyum tipis, ia ada sedikit ide. "Mau ke pasar malem? Gue denger ada bianglala, ada-"

"Mau Kaf, please gue mau banget, ajak gue!" kata Nata memohon.

Kafa mengangguk. "Sore nanti gue jemput."

-

Semilir angin sore ini berhasil membuat rambut milik Nata berterbangan disekitar wajahnya, kedua tangannya dengan erat memegang pinggang pemuda di depannya. Suara deru kendaraan yang ditumpangi mereka dengan perkasa membelah jalanan kota.

Menuju sebuah tempat yang di jam jam ini mulai ramai dikunjungi. Keduanya turun, adegan yang mengejutkan selanjutnya datang dari Kafa yang tiba-tiba saja menggandeng tangan Nata.

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang