20. Sebuah Kemajuan?

71 17 2
                                    

"Apakah sebuah perubahan perlu di dasarkan pada alasan? Bukan ketulusan?"

-

Kinan dan Nata tertawa keras saat Keira menceritakan pasal Fahru yang kemarin mengungkapkan perasaan padanya.

"Kenapa nggak diterima?"

"Gak bisa Nat, gue sama Fahru temen, mana bisa gue terima, lagian gue belum ada perasaan sama siapa-siapa, males gue."

Kinan berhenti tergelak, ia beralih menatap Nata. "Lo sendiri gimana, Nat?"

Senyum di wajah Nata terpancar. "Semenjak gue keluar dari rumah sakit, Saka jadi lebih perhatian terus nggak cuek lagi! Gue seneng banget, kemaren dia ngajak gue belajar bareng di Kafe."

"Lo udah cerita ke gue, Nat, tapi gak papa sih, kayanya Saka udah mulai ngeliat cinta lo dan udah mulai ada perasaan sama lo."

"Gue harap sih iya, tapi dia gak banyak ngomong, masih cuek cuma nggak secuek dulu."

Kinan mengusap bahu Nata. "Namanya juga Saka, emang cuek, kita gak akan bisa nebak dia, tapi lo harus tetep usaha kalau emang mau dapetin Saka." Nata mengangguk-angguk.

Keira sebenarnya turut senang karena hal ini, hanya saja sebagai teman dekat Kafa, ia jadi merasa kasihan pada Kafa, bukankah Kafa sangat menyukai Nata, sayangnya pemuda itu tak berani mengungkapkan perasaannya hanya karena tidak mau kehilangan kebersamaannya dengan Nata.

"Ini kotak bekal lo?"

"Iya Kei, nasi goreng buat Saka."

-

Semilir angin membelai pipi mulus gadis yang kini duduk kursi panjang di bawah pohon, di kampusnya.

Gadis itu mengatupkan matanya, menikmati hembusan angin yang menyejukan, matanya terbuka dan senyum di wajahnya perlahan mengembang, melihat pria tampan yang datang ke arahnya.

"Saka, gue buatin nasi goreng, ayo cobain!"

Saka menganggukkan kepalanya, ia duduk di sebelah Nata dan mengambil kotak bekal di tangan gadis itu, menyuap sesendok nasi goreng itu ke mulutnya.

"Enak?"

"Enak kok, lo udah cobain?"

"Udah dong, tapi yang ini buat lo."

Saka tersenyum tipis. "Pulangan ini, gue mau main basket, lo mau nonton?"

Wajah gadis itu mendadak semakin cerah, anggukan di kepalanya menandakan ia tak akan menolak hal ini, siapa yang tidak mau menonton orang tampan sedang main basket.

Nata bahagia tentu saja, sejak sebulan yang lalu, Saka tak lagi mengabaikannya, meskipun masih tetap dingin, kini mereka menjadi lebih dekat, di kampus sering bertemu, saat sedang ada kegiatan mahasiswa pun bertemu.

Keira dan Kinan turut senang dan bahagia karena Nata bahagia, hanya saja ada seseorang yang merana dibalik kebahagiaan Nata, siapa lagi kalau bukan Kafa.

Nata dan Kafa masih berteman dekat, sering kali Nata menceritakan kedekatannya dengan Saka kepada Kafa, mencurahkan betapa dia senang karena Saka tak lagi mengabaikannya.

Kafa merana, kedekatan mereka menjauhkan Kafa dan Nata, juga Kafa dan Saka. Entah bagaimana tapi demi melihat Nata senang, Kafa harus merelakan rasa kesalnya pada Saka.

Hari itu, Kafa dan Saka ada kelas siang, tapi sepanjang hari Kafa hanya diam, tentu saja Saka keheranan, ini bukan Kafa yang ia kenal.

"Lo marah sama gue?"

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang