46. Misi Terakhir

41 2 0
                                    

Nata menatap nanar pemuda tampan yang berbaring lemah dengan selang oksigen di hidungnya, Kafa baru saja dipindahkan ke ruang rawat, hanya dirinya seorang di sini menembus Kafa karena Aksa dan Fahru sedang ada misi rahasia. Nata mengusap lembut jemari besar yang sekarang tampak begitu lemah.

Nata tersenyum tipis mengingat kejadian dulu sebelum Kafa menjadi seperti ini, tangannya terurai untuk merapikan rambut kekasihnya, sedangkan satu tangan lainnya menggenggam erat jemari Kafa.

Di luar tampak 2 pemuda yang bakal masuk karena tak mau mengganggu. "Mending mundur dulu deh, biarin Nata sama Kafa dulu." Pemuda satunya mengangguk.

Nata menoleh karena merasa ada yang memperhatikan, meskipun nihil tak siapapun ia lihat, Nata kembali fokus pada Kafa, jemari pemuda itu bergerak perlahan, Nata terkejut, mata kafa terbuka perlahan.

"Ka— Kafa?"

"Nata ... sha ..." Nata membungkam mulutnya tak percaya, ia terkejut mendengar Kafa memanggil nama lengkapnya.

Kafa menggerakan tangannya untuk menarik Nata ke pelukannya, membuat Nata semakin membeku. Dalam hitungan detik Nata melepaskan pelukan Kafa, ia masih belum percaya.

"Kafa?" Kafa yang baru siuman itu sepertinya belum memiliki tenaga untuk menjelaskan lebih banyak, ia hanya menggenggam tangan Nata sembari menatap wajah gadis itu.

Nata mulai mencerna, ia duduk kembali di sebelah Kafa dan memeluk pemuda itu erat, mata Nata berlinang, ia merasa jantungnya berdebar kencang, rasanya ingin menangis bahagia karena Kafa memeluknya.

Pelukan terlepas begitu suatu pintu terdengar. "Eh maaf nggak sengaja." Kata Fahru yang segera berbalik menutup pintu.

"Belum selesai, apa gue bilang?!" Gerutu Aksa yang samar-samar masih terdengar di telinga Nata.

Nata kembali menatap Kafa dan menggenggam jemarinya, melemparkan senyum dan tatapan sendu pada pemuda itu.

"Aku inget semuanya, maaf." Nata tak sanggup menahan tangisnya, tangus bahagia karena kini kekasihnya sudah kembali mengingatnya.

"Jangan minta maaf, makasih udah inget aku lagi Kafa."

Manik keduanya terus bertatapan, Nata tersenyum lebar dan mengusap air matanya. "Aku suruh mereka masuk, ya?"

"Mereka udah tau, aku udah sadar sebelum kamu datang, tadi cuma tidur." Kafa tersenyum tipis.

"Ih nyebelin, masih sakit tapi masih busa jahil." Kafa menggenggam tangan Nata.

"Maaf ya sayang, doain aku cepet pulih biar bisa cepet pulang ya?" Nata luluh, ia kemudian mengangguk.

"Suruh masuk gih, kasian ngintip mulu." Nata menoleh ke arah pintu yang terdapat kaca kecil di sana, dan benar saja kedua pemuda itu langsung bersembunyi saat Nata menoleh.

"Bentar ya."

Nata bangkit berdiri dan membuka pintu, rupanya selain Fahru dan Aksa ada Kinan dan juga Keira. "Masuk gih, daripada ngintip-ngintip."

"Hehe, maaf."

Di dalam, mereka mengobrol ringan sembari bergurau ria, sampai akhirnya Kafa lah yang meminta Fahru dan Aksa menjelaskan apa yang terjadi pada Kana. Semua orang turut prihatin pada gadis itu, tapi semua sudah terkendali berkat misi rahasia Fahru dan Aksa.

"Fahru, Aksa, kalian keren, untuk Keira dan Kinan, kalian semua, makasih ya udah bantuin gue buat balikin ingatan Kafa."

"Nat, lo nggak perlu segitunya berterimakasih sama kita, kita ini juga temennya Kafa, dengan atau tanpa diminta pun kita bakal tetep lakuin ini."

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang