Play: Hope not-blackpink
——————————————
🍂
Zetta menyipitkan matanya menatap lensa panjang di depannya. Langit yang gelap dengan kelap-kelip bitang di angkasa membuatnya melengkungkan bibir tipisnya. Sungguh malam yang indah. Sudah lama Zetta tak melakukan salah satu hobinya itu. Melihat bintang dengan teleskop kesayangannya.
Dulu... Biasanya Zetta memaksa Black Angel menemaninya menatap bintang sampai larut malam. Meminta pria itu menceritakan kisah-kisah fantasi yang dia cipatakan sendiri. "Ffffuuuh!" Sejenak Zetta menghela napas pendeknya. Jujur saja, Zetta merindukan pria misterius itu. Terlebih disaat Zetta sedang memiliki banyak masalah seperti saat ini, biasanya pria itulah yang memiliki seribu satu jalan keluar.
Mengenal Black Angel adalah keajaiban baginya. Mungkin sifat misterius laki-laki itulah yang disukai Zetta. Dia selalu penuh teka-teki membuat Zetta menduga-duga tentangnya. Baginya... Black Angel itu terlalu istimewa.
Tiba-tiba saja pandangan Zetta menggelap dan dia merasakan tangan besar menutup matanya dari belakang. Entah mengapa Zetta justru mengulas senyumnya. "Black Angel?"
Perlahan tangan yang menutup mata itu turun. "Lo masih aja ngarep sama bajingan itu!"
Zetta terbelalak mendengar bentakan nada tinggi itu. Ketika Zetta memutar kepalanya, dia melihat wajah Alfa yang penuh amarah. Bagaimana bisa laki-laki itu masuk ke kamarnya? Zetta seketika memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Bisa-bisanya dia berkhayal tentang Black Angel. Dan bodohnya lagi, mengira Alfa sebagai Black Angel. Oh, ada apa dengan Zetta malam ini?
"Lo ngapain ke sini!"
"Jenguk calon istri lah. Ngapain lagi?" Begitu entengnya Alfa mengatakan seperti tanpa dosa. Zetta tak mengerti kenapa Alfa sekarang ingin sekali menikah dengannya.
"Gue nggak mau jadi istri lo! Nggak usah ngarep banyak lo! Lo lupa perjodohan kita udah batal?"
"No, Zetta... nggak semudah itu lo bisa lepas dari gue."
Zetta menghela napas jenuh. Percuma saja bicara dengan Alfa. Pikirannya dan pikiran Alfa itu tidak akan nyambung. "Ingat, Fa... Selama lo belum menemukan bukti kalau geng lo nggak bersalah, jangan harap bisa tunangan sama gue."
Alfa tahu itu. Dan sekarang dia tengah mencetak seringaian menyebalkan pada Zetta. Seolah yakin bisa menemukan bukti itu. "Dan ingat ya, Zetta... kalau terbukti geng gue nggak bersalah, lo harus batalin keberangkatan lo ke luar negeri dan melanjutkan pertunangan kita. Dan satu lagi, lupain semua kenangan lo sama Vincent!"
Ucapan Alfa bagaikan lelucon bagi Zetta. Gadis itu langsung tertawa hambar meremehkan Alfa. "Gue nggak ngerti sama lo, Fa. Banyak sih cerita benci jadi cinta. Tapi, kalau elo? Gue nggak yakin. Sebenernya ada maksud apa manusia kayak lo bisa berubah pikiran secepat itu?"
Alfa melangkahkan kakinya semakin dekat dengan Zetta. Mata laki-laki itu memelotot menatap Zetta penuh penekanan. "Apa yang buat lo nggak percaya kalau gue emang beneran mau tunangan sama lo, Ta!"
Zetta masih saja menganggap semua ucapan Alfa itu hanya lelucon yang mempermainkannya. Tak pernah Zetta mendengar Alfa mengatakan suka atau cinta padanya secara serius. Walau sebenarnya Zetta juga tidak berharap dia mengatakannya.
"Lo itu sama bajingannya kayak Vincent. Lo bilang mau jadi tunangan gue, sedangkan di belakang lo ada Sere yang bahagia cuma lo kasih janji-janji busuk lo itu!" Zetta semakin terkekeh hambar. "Apa semua cowok kayak kalian berdua? Selamat, kalian udah bikin image semua cowok di mata gue sama. Gue kira cuma Marcel yang buaya, ternyata ada yang lebih buaya lagi dari dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVAGE (End)
Teen FictionDia Zetta. Gadis SMA dengan jabatan Nona Boss di sebuah geng yang semua anggotanya berisikan murid laki-laki. Dikenal sebagai ratu jalanan dan bercita-cita menjadi penggerak feminisme. Sayang, mimpinya harus terkubur ketika orang tuanya menjatuhkan...