Prolog

106K 6.9K 193
                                    

🎶 Play: Bruno mars-Talking to the moon

🍂

DOR!

DOR!

Dua kali tembakan terdengar di sebuah ruangan minim pencahayaan. Terlihat seorang dengan pakaian serba hitam, topi hitam, masker hitam serta kacamata hitam telah melesatkan peluru tepat pada lengan dan dada seorang wanita berpakaian formal khas guru.

"BU MAYA!"

Di dalam ruangan itu juga ada seorang gadis kecil berumur lima tahun dengan seragam sekolah taman kanak-kanak. Gadis itu memekik histeris melihat gurunya terkapar berlumuran darah dan langsung berlari menghampirinya. Namun, dengan cepat sang pelaku penembakan itu menangkapnya dan membawanya pergi.

"Jangan bergerak!"

Pergerakan pria itu terhenti ketika gerombolan polisi tiba-tiba mengepungnya. Tak ada pilihan lain. Menyerah atau mati. Dan pria itu perlahan menurunkan anak kecil dari gendongannya, lantas mengangkat kedua tangannya. Dia memilih untuk menyerah.

🍂

Beberapa hari setelah peristiwa penculikan itu si gadis kecil mulai bersekolah. Ketika jam pulang berbunyi gadis kecil keluar kelas dengan menunduk. Semenjak kejadian penembakan Bu Maya, teman-temannya menjauhinya. Mereka menganggap gadis itulah penyebab meninggalnya Bu Maya.

"Sayang, bagaimana sekolahnya hari ini?" Seorang wanita berusia hampir kepala tiga menyambut anak semata wayangnya dengan bahagia. Tapi kebahagiaan tidak terpancar di wajah sang anak. Gadis kecil itu sedih tak ada yang mau berteman dengannya. Ditambah lagi kejadian penembakan Bu Maya selalu terngiang di kepalanya membuatnya ketakutan.

"Kamu mau pindah sekolah?" tanya wanita itu. Dia tidak tega melihat anaknya murung seperti tak punya semangat hidup. Tak seharusnya dia disalahkan atas kesalahan yang tidak dia lakukan.

Gadis kecil itu hanya menjawab dengan gelengan kepala membuat ibunya mengulas senyum tipis untuk berusaha memberinya semangat. "Mau ke makam Bu Maya?"
Lagi-lagi si gadis tidak menjawab dan hanya menganggukkan kepala dengan lemas.

Mobil hitam yang mereka tumpangi pun melaju kencang menuju pemakaman Bu Maya. Sesampainya di tujuan, si gadis berjalan dengan menggandeng tangan kedua orang tuanya yang berada di samping kanan dan kiri. Mereka melihat seorang anak laki-laki seumuran dengannya menangis tersedu-sedu meninggalkan makan Bu Maya bersama seorang pria dan seorang wanita dewasa.
"Kami turut berduka cita atas kepergian Bu Maya," ucap ibu si gadis.

Mereka terlihat sangat kehilangan terutama anak laki-laki itu.
"Terima kasih, maaf kami harus pulang. Anak kami tidak bisa berlama-lama di sini." Wanita yang bersama anak laki-laki itu masih bisa menjawabnya dengan ramah meskipun suaranya terdengar bergetar.

Anak laki-laki itu berhenti menangis kala melihat si gadis kecil dengan tatapan kebencian. Si gadis kecil merasa ketakutan dan bersembunyi di balik badan Ayahnya.

To be continue....

Yeay, finally i have done this prologue.

Bagimana?
Ada yang kurang kah? 
Semoga kalian suka dengan cerita ini dan mengikutnya sampai selesai.

17 Agustus 2020

With love,  💞
Diahayu_Sn

SAVAGE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang