49. Lost Everything

11.1K 1.5K 276
                                    

Play: Seize the day_AX7

Hay, guys... Apa kabar?

Gk update beberapa hari aja rasanya kangen banget sama kalian. Gimana kalau udah tamat ya?
Kangen banget banget pasti.

--------------
🍂

Zetta mengambil kotak hitam dari dalam laci nakasnya. Di dalam ada sebuah pistol yang pernah diberikan Black Angel dan diantarkan Excel padanya. Tangannya mengambil pistol itu dan menatap dengan nanar. Pelatuk itu sangat berbahaya karena terdapat tombol peledak di dalamnya.

Dengan cepat Zetta memasukkan di saku jaketnya, lantas turun dari balkon kamar menggunakan tali karmantel. Tidak ingin orang tuanya tahu kalau dia kabur untuk menemui manusia berbahaya seperti Draco.

Dengan kencang Zetta melajukan mobilnya menuju tempat yang diberitahukan Draco. Di dalam mobil gadis itu tak berhenti menggigit bibirnya untuk menahan air mata yang berdesakan ingin keluar. Dia tidak mau terlihat lemah ketika menemui Draco.

Tak butuh waktu lama Zetta sampai di tempat tujuan. Mobilnya berhenti tepat di depan sebuah bangunan tua yang terbengkalai lebih dari sepuluh tahun lamanya. Bangunan itu tidak asing bagi Zetta. Itu adalah bangunan tempat pembunuhan Bu Maya sebelas tahun lalu. Keringat dingin pun mulai bercucuran dan tangan Zetta bergetar hebat.

Berkali-kali menggelengkan kepala untuk mengahalau segala pemikiran buruknya. Bisa saja dia kembali kehilangan orang yang berarti dalam hidupnya. Hidupnya seolah berada di ujung menara. Salah bertindak sedikit saja, dia bisa kehilangan orang yang berarti dalam hidupnya, atau bahkan dirinya sendiri.

Setelah membulatkan tekad, Zetta memasuki bangunan itu dengan langkah was-was. Kepalanya memutar ke segala arah untuk berjaga-jaga kalau ada serangan tiba-tiba. Sampai di salah satu ruangan dia mendengar suara rintihan seseorang. Suara itu semakin terdengar jelas ketika Zetta mendekatinya.

Matanya seketika terbelalak melihat sesosok laki-laki diikat di sebuah kursi dengan rompi bom waktu yang masih belum aktif melekat di tubuhnya. Laki-laki itu tak berhenti menggelengkan kepala seolah isyarat untuk melarang Zetta mendekat. "Putra?"

Orang yang menjadi umpan Draco adalah Putra. Seorang yang berarti bagi Zetta. Teman yang dia anggap sebagai kakak dan yang menganggapnya sebagai adik. Sayangnya, hubungan mereka merenggang karena musibah masa lalu.

"Welcome to the hell, Baby. Let's play the game." Saat Zetta ingin menghampiri Putra tiba-tiba Draco muncul dari pintu lain dengan memegang remot untuk bersiap mengaktifkan bom di badan Putra.

"Draco! Jangan macem-macem!"

Draco tertawa puas melihat reaksi Zetta yang penuh kekhawatiran. "Sudah kuduga, kau pasti menghawatirkan laki-laki payah ini."

"Jaga mulutlo, Draco! Apa masalahlo sama dia? Berani lo macem-macem sama dia, gue bunuh lo!" ujar Zetta seraya menodongkan pistol pada Draco.

Sekali lagi Draco masih bisa tertawa remeh. "Silakan bunuh aku, asalkan kau juga rela kehilangan laki-laki ini untuk selama-lamanya dan kau akan menjadi satu-satunya perempuan paling sengsara karena hidup dalam penyesalan untuk kedua kalinya," ujar Draco dengan santainya membuat Zetta semakin naik pitam.

"Kalau lo punya masalah sama gue jangan pernah bawa-bawa orang lain!"

"Bahkan aku tidak memiliki masalah denganmu, Baby. Aku hanya memiliki masalah dengan orang-orang yang dekat denganmu."

"Lo nggak punya masalah sama gue kenapa lo nyerang gue sama temen gue!"

"Karena kau adalah kuncinya ."

SAVAGE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang