2. Pemilihan Ketua OSIS

49.7K 4.7K 491
                                    

Play: Sid-Sunset di tanah anarki
🍂
——————————————

"Zetta, sudah jam berapa ini!" teriak wanita paruh baya yang sedang menyiapkan makanan di meja makan. Wanita itu adalah orang paling ditakuti Zetta di muka bumi ini. Siapa lagi kalau bukan Kanjeng Ratu Mami Sharena.

Dari dalam kamarnya, Zetta yang sedang sibuk mencari perlengkapan sekolah mendengar dengan jelas teriakan maminya itu dan menggerutu. "Jam tujuh kurang seperempat, Mi," jawab Zetta.

"Kenapa belum turun juga? Awas ya sampai sekolahnya terlambat!"

"Iya, Mi sebentar. Sepatu Zetta yang baru beli kemarin di mana?"

"Di rak paling atas, Zetta!"

"Nggak ada, Mi."

Sharena pun menghela napasnya dengan kasar untuk mencoba sabar menghadapi anak yang menyusahkan seperti Zetta. Selalu saja drama kolosal terjadi setiap pagi. Wanita itu menaiki tangga dengan cepat dan memasuki kamar Zetta. Langsung saja Sharena menemukan apa yang Zetta cari. "Ini apa, Zetta? Ini apa?"

Masih menjadi misteri bagi Zetta. Maminya selalu bisa menemukan benda yang dia cari hanya dalam sekejap. Bahkan tanpa perlu menengok ke arah lain."Eh, tadi nggak ada, Mi. Serius."

"Ya nggak ada kalau kamu nyarinya sambil merem. Makanya kalau mau sekolah itu malamnya disiapkan."

Zetta hanya cengar-cengir di hadapan Sharena. "Iya, Mami. Terus tas Zetta mana, Mi?"

"Itu apa kalau bukan tas? Batu?" tanya Sharena dengan kesalnya. Padahal tasnya ada di atas meja belajar bisa-bisanya dia tidak melihat. "Oh, iya." Zetta menepuk keningnya sendiri.

Setelah mengambil tasnya, Zetta masih saja sibuk mencari sesuatu hingga membuat Sharena gemas. "Sudah siang, Zetta! Cari apa lagi? Kalau mau cari otak kamu ada pegadaian," jawab Sharena dengan tak acuh seraya berjalan keluar kamar Zetta.

"Ih, Mami! Ini anakmu, Mi... Teganya," keluh Zetta dengan mendramatisir suasana seolah dia sedang disiksa ibu tirinya. Zetta adalah tersangka yang merasa tersakiti.

"Kalau hari ini terlambat ke sekolah mendingan nggak usah sekolah sekalian. Di rumah aja ngepel sama cuci piring. Lumayan bantuin kerjaan Bi Sumi."

Zetta benar-benar tak habis pikir. Tega-teganya maminya menjadikannya pembantu. Dia bahkan sampai berpikir negatif. Apa jangan-jangan dia anak terbuang yang dipungut mami dan papinya seperti di sinetron-sinetron. Betapa malangnya nasib Zetta.

🍂

Tahun ajaran baru sudah memasuki bulan kedua. Itu artinya pergantian pengurus OSIS dimulai. Suasana panas pun sangat terasa di SMA Pelita. Bukan hanya karena terik matahari siang hari, melainkan karena persaingan sengit antara dua siswa kelas XI yang sedang merebutkan kursi ketua OSIS. Terlihat dua laki-laki tampan duduk di belakang podium.

"Jangan lupa coblos nomor satu!" Teriakan keras itulah yang sejak pagi menggema ke seluruh penjuru lapangan upacara SMA Pelita. Terutama teriakan dari gadis cantik yang berdiri di antara siswa-siswa gagah sehingga tubuhnya terlihat sangat mungil menjadi tim sukses dari kandidat calon ketua OSIS nomor urut pertama. Bagaimana tidak terdengar keras, gadis itu menggunakan toa untuk mengomando setiap siswa yang akan memasukkan surat suara ke dalam kotak.

SAVAGE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang