29. Back To Love

11.9K 1.4K 83
                                    

Play: Astrid s-Hurts so good

——————————————

🍂

"Alfa! Kenapa kamu tidak bilang kalau Zetta kecelakaan?"

Alfa yang baru menginjakkan kaki di rumahnya langsung disuguhi pelototan tajam dari kedua orang tuanya. Meskipun Alfa menutupinya dengan berpura-pura bersikap biasa saja, bahkan pulang seperti jam sekolah, masih saja orang tuanya tahu kejadian yang menimpa Zetta. Marvel bersedekap dada menatap Alfa dengan tajam.

"Cuma kecebur kolam, Pa. Nggak bakal kenapa-kenapa," jawab Alfa setelah memutar matanya. Malas sekali kalau orang tuanya sudah membahas Zetta.

Marvel tidak mudah percaya begitu saja dengan ucapan anaknya yang mencurigakan. "Tidak apa-apa bagaimana? Kalau orang tuanya saja sampai harus memanggil psikiater."

Alfa terdiam. Benar juga kata papanya. Tapi, kenapa mereka khawatir sekali dengan dengan keadaan Zetta melebihi khawatir padanya.

"Tidak bisa menjawab, kan?"

Alfa mengambil posisi duduk di sofa ruang tamu seraya mencari alasan biar tidak disalah-salahkan lagi. Orang tuanya itu terlalau sayang pada Zetta, padahal bukan siapa-siapa mereka.

"Tadi, aku udah nengokin, Pa... kondisinya juga udah membaik."

"Hobi kamu berantem, kalau jagain Zetta saja tidak bisa, awas saja kamu. Mobil sama credit card kamu Papa sita."

Itu terus yang dijadikan ancaman oleh Marvel sampai-sampai membuat Alfa terbelalak. "Tapi, Pa-"

"Tidak ada kata tapi. Milih miskin, apa menuruti kata Papa?"

Tentu saja Alfa tidak mau miskin begitu saja. Buat apa harta papanya yang melimpah kalau dia sia-siakan. Dengan memutar matanya, Alfa mengiyakan perintah Marvel. Lantas, berjalan dengan malas menuju kamarnya.

Di dalam kamar bernuansa hitam, Alfa melempar ranselnya dengan asal, lantas membanting tubuhnya di atas kasur king sizenya. Merasakan kepalanya berdenyut, laki-laki berambut side part itu memijit pelipisnya. Masalah Sere saja belum selesai, ini ditambah lagi harus mengurus gadis barbar macam Zetta.

Tapi, tidak dipungkiri Alfa juga mengkhawatirkan keadaan gadis itu. Tiba-tiba saja teringat kata-kata Feral. Zetta, gadis paling barbar di matanya ternyata punya masalah dengan psikisnya. Kalau saja dia tidak berinisiatif menjenguk Zetta, mungkin saja tidak akan tahu itu.

🍂

Di kamar Zetta sudah ada gerombolan anak-anak Falconer sekelasnya yang menjenguknya. Feral mengizinkan mereka masuk karena ingin mengembalikan keceriaan Zetta lagi. Kalau Zetta menerima perjodohannya dengan Alfa, berarti Feral juga harus menerima keputusannya untuk memertahankan gengnya.

Mereka berenam bermain kartu remi dengan bedak bayi sebagai media hukuman untuk yang kalah. Mereka bermain di atas kasur Zetta yang memang berukuran king.

Zetta tak berhenti tertawa melihat wajah Vano yang sudah tak berbentuk. Padahal laki-laki itu baru kalah satu kali, tapi wajahnya sudah penuh dengan bedak bayi. Memang teman-temannya itu laknat semua. Tak cukup satu colek, mereka mengusap wajah Vano dengan telapak tangan yang penuh bedak bayi.

"Kampret! Kalau gini ceritanya gue nggak mau kena bujukan iblis kalian buat ikut." Ya, memang Vano dari awal sudah curiga kalau dia akan jadi bahan yang ternistakan seperti biasa-biasanya. Alih-alih menolak, teman-temannya memaksa Vano untuk ikut. Dan begitulah jadinya.

SAVAGE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang