Play: Avenged sevenfold-a little peace of heaven
——————————————
🍂"Jadi, tempat kayak gini tongkrongannya geng barbar?"
Alfa dan gengnya tiba-tiba sudah ada di dekat Zetta. Laki-laki itu masih berada di atas motornya dan dengan lantangnya menyindir Zetta. Benar-benar pintar memancing keributan.
Zetta yang sedang dalam mode bad mood langsung berdiri menatap Alfa dengan wajah yang tidak bersahabat. "Laki kok nyiyir!" balas Zetta. "Ngapain lo kesini? Nggak terima kalah balapan sama gue?" tanyanya lagi.
"Curang aja bangga!" jawab Alfa dengan kesal.
Zetta sama sekali tidak merasa terpojok. Dia justru semakin tertawa meremehkan Alfa. "Gue yang curang apa lo yang bego? Lagian nih ya, sekalipun main lurus-lurus aja belum tentu juga lo menang. Justru karena gue kelihatan curang lo nggak terlalu merasa insecure kalah balapan sama cewek."
Flashback 2 bulan lalu.
Sudah setengah jalan Alfa memimpin jalannya pertandingan dengan mobil sport putihnya. Tentu saja kemenagan semu itu membuatnya bangga di awal permainan. Tawa puasnya bahkan mengiringi perjalanannya menuju garis finish.
Baru saja membanggakan dirinya sendiri Alfa dibuat terdiam seketika ketika hampir mencapai garis finish. Dia melihat mobil sport hitam sudah terparkir manis dengan gadis cantik duduk di atasnya.
"Selamat datang, loser," sapa Zetta dengan nada penuh penghinaan ketika Alfa turun dari mobilnya seraya menutup pintunya dengan kencang.
"Lo--" Alfa mengangkat tangannya berhasarat mencekik gadis itu. Untung saja dia masih bisa mengendalikan diri dan mengurungkan niatnya. "Gimana lo bisa sampai duluan?"
Mendengar itu Zetta langsung menyemburkan tawanya dengan lantang. Dia sangat puas melihat wajah Alfa yang dipenuhi dengan emosi. "Menurut lo gue terbang gitu?"
Kesabaran Alfa benar-benar habis menghadapi gadis licik itu. Tangannya bahkan tak berhenti meremas sampai urat nadinya semakin terlihat.
"Dia motong jalan." Excel tiba-tiba berada di belakang Alfa dan memberi tahunya.
"Gimana bisa?" tanya Alfa pada Excel dengan raut wajah yang terlihat sangat emosi.
"Di ujung jalan ada gang sempit. Orang baru pasti nggak tahu kalau gang itu bisa dilewati mobil. Kayaknya cewek itu udah hafal daerah sini," terang Excel.
Mendengar kecurangan itu Alfa semakin mengeraskan rahangnya sehingga urat-urat lehernya terlihat jelas di permukaan kulit putihnya. "Anjing! Lo main curang!" Laki-laki itu menunjuk Zetta dengan sarkas.
Mereka tidak tahu saja kalau Zetta memang gadis yang cerdik yang selalu punya akal untuk menyelesaikan misinya. Gadis pun itu langsung menurunkan tangan Alfa dari hadapannya. "Hey, Boy! Tangannya yang sopan! Kita nggak lagi balapan formula one. Dari awal nggak ada peraturan harus lewat jalan itu kan? Yang penting siapa yang sampai finish dulu. So, what's wrong?"
Skak matt. Alfa tidak bisa mengelak lagi. Bukan Zetta yang licik. Dia itu cerdik karena mampu memanfaatkan celah sebaik mungkin. Semua itu kebodohan Alfa sendiri yang tidak menyampaikan peraturan dengan detail. Bukan hanya malu karena kalah dengan seorang perempuan, laki-laki itu lebih malu karena terkesan bodoh di depan musuhnya.
"Sampai ketemu di pertandingan berikutnya. Gue harap lo bawa otaklo. Nggak seru kalau tanding sama lawan yang nggak punya otak," sindir Zetta lagi. Gadis itu menepuk pelan pipi Alfa dua kali, lantas berjalan menjauh dengan kedipan mata genit mengiringi salam perpisahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVAGE (End)
Teen FictionDia Zetta. Gadis SMA dengan jabatan Nona Boss di sebuah geng yang semua anggotanya berisikan murid laki-laki. Dikenal sebagai ratu jalanan dan bercita-cita menjadi penggerak feminisme. Sayang, mimpinya harus terkubur ketika orang tuanya menjatuhkan...