Play|Aurora-runaway
——————————————
🍂
Tak lama setelah Zetta tergeletak tak berdaya tiba-tiba gadis itu menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Cahaya menyilaukan mulai memasuki celah-celah matanya hingga membuatnya mengerjap. Pandangan yang dia temui pertama kali adalah wajah Alfa yang sedang menatapnya dengan cemas. Tentu saja hal itu membuatnya terkejut dan spontan mendorong Alfa menjauh darinya.
"Iih! Gledek lo mau ngapain gue!" bentak Zetta. Alfa pun menggeram kesal menghadapi sikap menyebalkannya gadis itu. "Heh! Lo nggak usah kegeeran! Siapa juga yang mau ngapa-ngapain lo! Udah ditolongin nggak ada terima kasih-terima kasihnya lo!" keluh Alfa seraya membersihkan tanah-tanah yang menempel di bajunya.
"Terus tadi ngapain pakai deket-deket segala?" Zetta benar-benar tidak bisa berpikiran positif jika itu menyangkut tentang Alfa. Begitu terus yang mereka lakukan. Setiap bertemu tidak pernah bisa akur. Selalu saja meributkan perdebatan-perdebatan kecil.
"Lah, lo pingsan kayak orang mati siapa yang nggak takut coba! Ntar ada apa-apa yang disalahan ujung-ujungnya gue!" jawab Alfa dengan kesal.
Sejenak Zetta mencerna ucapan Alfa. Dia baru ingat kalau mereka baru saja terguling dari ketinggian. Untuk mengalihkan kesalahannya Zetta langsung mengubah arah pembicaraan mereka. "Yaudah, bangunin!" ujar Zetta seraya mengulurkan tangannya untuk meminta bantuan Alfa membangunkannya.
Decakan Alfa yang mengisyaratkan keluhannya lagi-lagi terdengar sambil menarik Zetta untuk bangkit. Dia juga segera memberikan punggungnya pada Zetta untuk dinaiki lagi. Meskipun punggungnya terasa hampir runtuh Alfa tetap saja mau diperbudak Zetta.
Ketika Zetta meregangkan ototnya tiba-tiba terdengar bunyi retakan dari punggungnya. Kecelakaan itu membuat tulang punggungnya terasa seolah-olah diremukkan secara bersamaan. Bahkan suara retakan itu juga mampu didengar oleh Alfa hingga membuatnya berbalik badan untuk memastikan keadaan gadis itu.
Zetta pun berhenti mengaduh dan mengubah raut wajahnya agar terlihat kalau kecelakaan itu tidak apa-apa baginya. Meskipun dalam hatinya merintih kesakitan dia tidak mau Alfa melihatnya lagi sebagai perempuan yang lemah. "Buruan ngadep depan, Gledek! Keburu malem nih. Ntar dikira ngapa-ngapain lagi kayak waktu itu." bentak Zetta seraya mendorong Alfa.
Alfa berdecak sebal mendengar penuturan Zetta. Dia teringat kejadian memilukan di kantor polisis ketika mereka diduga melakukan hal yang tidak-tidak karena bersembunyi di dalam semak belukar. "Nggak nyadar kalau gendong lo itu berasa jadi kuli panggul gue. Keberatan dosa lo ya?"
Zetta membulatkan mulutnya sampai maju bercenti-centi. Bisa sekali Alfa mengatainya kebanyakan dosa. Ucapan itu sungguh menyinggung perasaannya. "Oh, gitu ya? Oke, fine gue kasih tahu papi gue kalau lo yang bikin gue jatuh."
Alfa seketika dibuat gelagapan. Dia sangat segan dengan Feral terlebih pria itu sudah memercayakan anak semata wayangnya padnya. Alhasil Alfa kembali menghadap depan untuk memberikan punggungnya pada Zetta. "Buruan!" perintahnya pada Zetta.
Dengan mengembangkan senyumnya Zetta menaiki punggung Alfa dan mengalungkan tangannya ke leher laki-laki itu. Alfa pun mengambil Sultan yang ikut terjatuh bersama mereka untuk membantu menyangga tubuhnya dan mulai melanjutkan perjalanan.
Ketika melihat ke atas Alfa berdecak dengan kesal. "Ini nggak ada tangga apa? Kalau kayak gini gimana naiknya coba?"
Pertanyaan konyol Alfa itu membuat Zetta memutar matanya dan langsung menepuk punggung laki-laki itu. "Gledek! Lo bego banget sih jadi orang. Gue jadi pengen ngsih baking powder biar otaklo berkembang! Ya kali di hutan ada tangga!" jawab Zetta dengan kesalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVAGE (End)
Teen FictionDia Zetta. Gadis SMA dengan jabatan Nona Boss di sebuah geng yang semua anggotanya berisikan murid laki-laki. Dikenal sebagai ratu jalanan dan bercita-cita menjadi penggerak feminisme. Sayang, mimpinya harus terkubur ketika orang tuanya menjatuhkan...