Play-impossible
Hay guys...
Apa kabarnya pas baca part ini?
Lagi pada galau-galauan
Apa Uwu-uwuan nih?Di part ini aku minta vote dari kalian yang banyak. Sama komennya juga.
—————————————
🍂
Sejak perdamaiannya dengan Alfa, Zetta sering kucing-kucingan dengan gengnya untuk ketemuan dengan Alfa. Jangan dicie-ciein dulu, Zetta dan Alfa sedang ada misi rahasia. Mereka mencari bukti tentang Jerry yang diduga melakukan percobaan pembunuhan pada Zetta.
Di malam yang penuh bintang itu, mereka berdua sedang duduk di restoran Feral yang ada di rooftop. Tempat VVIP di restoran itu. Mereka berbicang dengan suguhan mie kuah dua mangkuk yang sudah tandas dan kuaci satu toples. Zetta sebenarnya ingin cerita tentang masa lalunya pada Alfa untuk memudahkan misi mereka, tapi Zetta tak ingin traumanya tiba-tiba kambuh di depan Alfa. Zetta paling anti menunjukkan kelemahannya di depan siapa pun selain orang tuanya.
"Gue lihat Vincent nyelametin gue waktu itu."
Alfa sudah jenuh dengan perkataan Zetta yang selalu membahas Vincent. "Itu cuma halusinasi lo, Ta. Dah lah, lo emang cewek yang nggak tepat janji!"
"Loh, maksudlo apa!" Zetta tak terima jika Alfa memuduhnya seperti itu.
"Gue udah bilang, lupain Vincent, Ta!"
"Lo apa-apain sih, Fa! Kan gue bicara waktu itu! Jangan mentang-mentang lo calon tunangan gue lo bisa seenaknya sama gue ya! Jangan baperan deh jadi cowok! Ingat ya, pertungan kita juga terpaksa. Jadi jangan sok-sokan seolah-olah kita saling suka."
Zetta memang sangat keras kepala. Dia sudah membuat rahang Alfa mengeras dan matanya memelotot "Lo kira cowok nggak punya perasaan? Gue juga punya perasaan, Ta! Gue nggak suka kalau lo sebut-sebut cowok lain di depan gue!"
"Lo nggak suka gue nyebut cowok lain? Hellooo... Apa kabar lo yang mesra-mesraan sama cewek lain di depan gue?"
Alfa diam seketika di hadapan Zetta. Dia belum benar-benar bisa memutuskan Sere. Setiap Alfa ingin memutuskannya, Sere selalu melakukan hal baik yang tak sanggup Alfa tolak. Sampai Alfa tak tahu kapan dia mengakhiri hubungannya dengan Sere. Dan seolah dendamnya pada Draco musnah begitu saja.
Di sisi lain, Alfa ingin bersama Zetta. Katakan saja dia serakah. Memang itulah yang Alfa inginkan. Dia ingin dimanja-manja oleh Sere. Tapi, dia juga ingin bersama Zetta. Meskipun gadis itu menyebalkan, Zetta selalu membayang-bayanginya.
"Gue masih cari cara buat mutusin Sere, Ta." Bahkan untuk mengucap maaf saja Alfa tak mau. Gengsinya terlalu tinggi untuk sedikit saja merendah pada Zetta.
Kata-kata itulah yang selalu Zetta dengar. Alfa memang payah dalam menyelesaikan masalah membuat masalahnya berlarut-larut hingga menumpuk. "Sampai kapan lo jadi pengecut kayak gitu, Fa? Gue nggak mau ya tunangan sama cowok payah kayak lo!"
"Ta, lo bisa nggak, jangan rendahin gue kayak gitu? Gue cowok, Ta! Gue punya harga diri!"
Zetta seketika menyesali ucapannya. Tak seharusnya dia merendahkan Alfa seperti itu. Di manapun laki-laki ingin dihargai perempuannya. Begitupun Alfa. "Gue minta maaf, Fa. Gue pulang." Zetta meraih slingbagnya dan berdiri untuk bergegas pergi.
Dengan sekejap Alfa mencekal lengan Zetta. "Ta... Lo marah?"
"Gue marah atau nggak bukan urusan lo! Kita hidup masing-masing aja, Fa. Sekalipum kita udah tunangan nanti. Gue nggak mau di antara kita ada yang terluka nantinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVAGE (End)
Teen FictionDia Zetta. Gadis SMA dengan jabatan Nona Boss di sebuah geng yang semua anggotanya berisikan murid laki-laki. Dikenal sebagai ratu jalanan dan bercita-cita menjadi penggerak feminisme. Sayang, mimpinya harus terkubur ketika orang tuanya menjatuhkan...