37. Falconer Kingdom

10.1K 1.4K 125
                                    

Play: Demons-Imagine Dragons

Hay guys....

Gimana nih kabarnya?

Belum bosen kan nungguin cerita ini sampai end?
——————————————

🍂

Malamnya, geng Falconer beramai-ramai mengikuti tahlilan di rumah Sapi'i. Meskipun warga sekitar menatap mereka dengan sinis, tak mematahkan semangat Falconer untuk menjalankan niat baik mereka mendoakan sang sahabat. Bahkan, Falconer juga menganggarkan dana untuk biaya tahlilan Sapi'i.

Sayangnya, pandangan masyarakat yang terlanjur negatif tak bisa dengan mudah diluluhkan oleh kebaikan Falconer. Dan sekarang, kematian Sapi'i menambah catatan negatif mereka di mata masyarakat. Falconer selalu berusaha mematahkan stigma negatif orang-orang jika sebuah geng tidak hanya identik dengan hal-hal negatif.

Mereka tak peduli dengan cibiran orang. Tujuan mereka hanya ingin mendoakan Sapi'i dan menunjukkan rasa empati pada keluarga Sapi'i.

"Aku nggak mau makan, Pak... Pi'i juga belum makan. Gimana aku makan kalau anakku nggak makan. Aku mau sholat. Aku mau minta sama Allah biar kembaliin Pi'i!"

Semua mata anggota Falconer tertuju pada ibunda Sapi'i yang histeris menolak makanan yang berikan suami. Bahkan wanita paruh baya itu nekat berdiri dengan keadaan tubuhnya yang lemas untuk memaksa beribadah. Masih sulit baginya menerima takdir Tuhan. Dia selalu yakin dengan berdo'a, apa pun pasti bisa dikabulkan. Tapi, untuk menghidupkan manusia yang telah dikuburkan sepertinya sangat jauh dari kata mungkin.

Baru sebentar berdiri, ibu Sapi'i sudah terjatuh lagi.

"Jam segini Pi'i biasanya tanya lauknya. Pokoknya harus ada tempe. Nggak mau makan kalau nggak disupain Ibuk."

Mata anggota Falconer mulai berkaca-kaca mendengar pengakuan dari ibu Sapi'i yang berucap dengan tatapan kosong. Begitu manjanya Sapi'i semasa hidup meskipun dia seorang laki-laki.

"Kamu nanti tidurnya gimana, Nak... Biasanya kamu cium Ibuk sebelum tidur, sekarang siapa yang nyium Ibuk lagi?"

Kasih sayang Sapi'i juga sangat membekas di benak sang ibunda. Kenyataan yang terlihat dari Sapi'i, dia tak malu menunjukkan kasih sayang pada ibunya. Menyadarkan semua anggota Falconer begitu berharganya ibu untuk mereka. Yang bahkan rela jika harus bertukar nyawa dengan anaknya.

"Anterin Ibuk ketemu Pi'i, Pak... Ibuk mau ikut Pi'i."

"Buk... Jangan gitu, ikhlasin Sapi'i."

Tangis ibu Sapi'i semakin pecah bak bayi yang merengek.

"Ibu udah sering bilang sama Pi'i. Jangan main geng-gengan. Susah banget nasehatin kamu, Nak.... Ibuk tahu temen-temen kamu baik, tapi yang namanya geng itu nggak baik. Kamu cuma dapat musuh sana-sini. Kalau kayak gini, gimana lagi Ibuk nasihatin kamu, Nak... Kamu sekarang nggak ada. Ibuk nasihatin siapa?"

"Pak, bangunin Ibuk. Ibuk pasti mimpi...."

"Nggak, Buk... Ibuk nggak mimpi."

"Jadi, bener ibuk nggak mimpi? Pi'i... Kenapa kamu ninggalin ibuk, Nak... Apa salah ibuk?"

Zetta semakin tak bisa membendung air matanya hingga mengalir deras membasahi pipi mendengar penuturan ibu Sapi'i. Tangan lembut itu tak berhenti mengelus bahu ibu Sapi'i untuk menenangkannya. Mereka berdua sama-sama hancur. Dua wanita tangguh itu runtuh pertahanannya karena kepergian anak tersayang dan sorang sahabat.

SAVAGE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang