Hay, guys apa kabar?
Semoga selalu baik ya
Nggak pada nungguin, kan?😂
——————————————
🍂
"Mi, Mami pernah patah hati nggak?" tanya Zetta pada maminya yang memangku kepalanya di sofa ruang keluarga. Sharena mengerutkan keningnya seraya mengusap pucuk kepala Zetta bagaikan bayi.
Setelah tanggal pertunangannya ditetapkan Zetta mencoba menerima kenyataan. Bukan berarti dia akan menyerah begitu saja, tapi gadis licik itu akan mencara cara yang elegan untuk menggagalkan itu semua. Untuk sementara dia berpura-pura menerimanya.
"Kok tanya seperti itu? Memangnya Zetta patah hati sama siapa?" Sharena tahu ada sesuatu yang disembunyikan Zetta. Meskipun Zetta tak pernah bercerita tentang kisah cintanya, tapi Sharena tahu kalau Zetta mencintai seseorang dan tengah dilanda kegalauan.
"Ih, Mami! Zetta kan cuma tanya," jawab Zetta dengan meruncingkan bibirnya membuat Sharena mengulas senyum manis. Akhir-akhir ini Sharena mencoba bersikap manis pada putri semata wayangnya itu lantaran merasa kasihan harus menanggung beban pikiran yang banyak.
"Mami dari dulu cuma disibukkan dengan kerja sama ngurusin om. Kakek sama nenek kan meninggal sejak Mami seusia Zetta. Jadi, Mami tidak ada waktu buat jatuh cinta. Kalau jatuh cinta saja tidak, bagaimana mau patah hati?"
Zetta mengerutkan keningnya tak percaya. "Kalau sama papi?"
"Beda cerita. Papi yang suka patah hati sama Mami."
Zetta mencebikkan bibirnya. Maminya ternyata lebih narsis darinya. Bagaimana mungkin maminya yang tak secantik dirinya tidak pernah patah hati? Sedangkan Zetta yang cantik jelita tiada tara, baru sekali suka dengan laki-laki, langsung patah hati.
"Zetta patah hati sama siapa sih? Sama Marcel? Vano? Atau... sama Alfa?"
"Iiih, Mami... kenapa jadi bawa-bawa mereka sih? Amit-amit kalau Zetta patah hati sama mereka, apalagi sama Alfa Gledek," sanggah Zetta dengan cepat.
"Hus! Nggak boleh gitu!" tegur Sharena membuat Zetta nyengir lebar.
"Cinta dan kecewa itu paket komplit. Semakin dalam kamu mencintai seseorang, semakin dalam juga risiko untuk terluka. Kalau Zetta sudah mengenal namanya cinta, siap-siap saja tidak bisa jauh-jauh dari air mata."
Zetta menghela napasnya dengan pasrah. Dia semakin putus asa untuk membuka hatinya lagi. Ucapan maminya itu membuatnya takut untuk jatuh cinta.
"Tapi, itu kalau cintanya tidak berlandaskan ketulusan. Kalau mencintai dengan ketulusan, kekecewaan itu hanya seperti daun kering yang gugur dan bersemi kembali."
🍂
Semakin lama Alfa semakin menikmati profesinya sebagai sopir pribadi Zetta. Seperti saat ini contohnya, laki-laki itu sudah menurunkan Zetta di dekat SMA Pelita. Dari kejauhan, matanya masih mengawasi Zetta yang berjalan menuju sekolanya.
Sampai di depan gerbang, Putra yang baru datang menyapa Zetta dengan ramah hingga membuat gadis itu tersenyum lebar dan tiba-tiba naik ke boncengan Putra dengan memeluk erat laki-laki itu. Melihat pemandangan di depan matanya, entah mengapa Alfa spontan berdecih. "Dasar, cabe keriting!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVAGE (End)
Teen FictionDia Zetta. Gadis SMA dengan jabatan Nona Boss di sebuah geng yang semua anggotanya berisikan murid laki-laki. Dikenal sebagai ratu jalanan dan bercita-cita menjadi penggerak feminisme. Sayang, mimpinya harus terkubur ketika orang tuanya menjatuhkan...