42. Never Give Up

9.4K 1.2K 155
                                    

Play| You never know-Blackpink

Hai, ges... Yang nungguin updatenya cung dong. ☝

—————————————

🍂

Zetta sudah menyelam ke alam bawah sadarnya dengan menumpukan kepala di atas lipatan tangannya di atas meja. Dia masih berada di kelas yang sudah sepi dengan buku tulis terbuka dan pena tergeletak. Tak ada siapa pun di sana.

Perlahan derap langkah kaki memasuki kelas itu dan duduk di kursi sebelah Zetta yang ada di deretan nomor tiga dari depan. Laki-laki itu menatap Zetta dengan dengusan napas jenuh. Kapan teman perempuannya itu bisa lepas dari hukuman. Ya, Zetta lagi-lagi dihukum karena ketahuan makan mie kuah dalam kelas dengan menyembunyikannya dalam laci. Tak hanya itu, Zetta juga menyimpan cadangan makanan lain berupa kuaci satu toples.

Dan hukuman yang harus dia terima adalah menulis kalimat, "Saya berjanji tidak akan makan di kelas lagi." Sebanyak 1945. Selalu seperti itu hukuman yang diberikan Bu Sri padanya. Sampai-sampai kalau dikumpulkan semua hukuman Zetta bisa menjadi perpustakaan.

Laki-laki itu perlahan menarik buku tulis dari tindihan tangan Zetta dan mengambil penanya. Dengan lihai tangannya menari di atas buku tulis itu, melanjutkan hukuman Zetta. Siapa lagi laki-laki yang rela melakukan itu semua selain Putra. Meskipun hubungannya merenggang, Putra tetap tak tega membiarkan Zetta kesusahan.

Tulisan Putra yang sangat rapi sangat jauh bereda dengan tulisan Zetta yang artistik. Tapi, tak sulit bagi Putra menirukan tulisan tangan Zetta yang seperti cekeran ayam itu. Bahkan, tulisan mereka sangat mirip sekarang.

Putra sesekali melirik Zetta. Memastikan gadis itu tidak terbagun secara tiba-tiba. Memang dasarnya Zetta kebo, tak sedikit pun tidurnya terganggu oleh kehadiran Putra.

Setelah menyelesaikan seribu kalimat dalam waktu tiga jam, Putra kembali menyelipkan buku Zetta ke bawah tumpukan tangannya, lantas mengusap pucuk kepala Zetta dengan senyuman tipis dan berjalan keluar kelas.

"Hay hay hay, everybadeh!" Suara Nichole tiba-tiba menggelegar ke segala penjuru kelas selepas kepergian Putra. Sudah jam lima sore Nichole kembali ke kelas menemui Zetta disusul Marcel, Dave dan Vano. Mereka baru seselai latihan band yang mereka namai Rose band. Kayak merk tepung ya, guys? Itung-itung biar dikira ada kesibukan.

Telinga Dave sampai berdenging mendengar teriakan Nichole. "Your congor, Chole! Your congor!" peringat Dave dengan kesal.

"Eunghh...." Mendengar suara berisik teman-temannya, Zetta perlahan menggeliatkan tubuhnya dengan manja. Matanya menatap mereka dengan dengusan kesal. "Ih, kalian berisik banget sih! Ganggu orang tidur aja."

Matanya menatap Nichole sang pelaku dengan sebal. "Lo lagi, Nic? Lo gangguim gue terus gue minta nih duit sepuluh juta gue!"

"Eits! Barang yang sudah dibeli tidak bisa dikembalikan, kalau dikembalikan uangnya udah jadi milik gue."

"Bisa ya lo meres gue! Dasar, dukun amatir lo!" Tanpa sengaja Zetta menyinggung profesi orang tuanya yang bekerja sebagai dukun atau orang pintar yang biasanya menangani orang-orang kesurupan. Tapi, Nichole tidak merasa tersinggung. Dia tahu memang Zetta kalau bicara tidak pernah disaring dan yang dibicarakan memang fakta. Orang tuanya memang dukun dan Nichole yang amatiran.

"Emangnya lo mau nginep sini, Ta?" Dave yang paling sering dibuat jengkel oleh gadis itu berniat menyadarkannya. Memang sih Dave itu suka ngegas, tapi percayalah, Dave itu sangat perhatian pada teman-temannya. Terutama pada Zetta yang notabene satu-satunya perempuan dalam circle mereka.

SAVAGE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang