End

15.3K 1.8K 861
                                    

Hallo, readers tercintah...
Miss you so bad
Sorry, telat banget updatenya😂

Episode terakhir, vote dan komen yg banyak, oke? 😇

—————————————

🍂

Excel berjalan menyusuri setiap ruang yang pernah disinggahi Vincent dan Zetta. Ruangan remang-remang dengan lampu white warm yang menyala dari kejauhan seraya telapak tangannya menyentuh satu persatu sejata api yang terpajang di dinding. Konon, Vincent melarang siapa pun menyentuhnya, apa lagi mengambil dari tempatnya. Karena, ketika senjata-senjata itu keluar dari singgasananya, minimal harus melesatkan satu peluru.

Seraya meninggalkan senjata-senjata itu, langkah kakinya menuntun menuju meja yang hanya ada beberapa lembar kertas putih dan tinta hitam. Hingga pandangan matanya jatuh pada kain putih yang menutupi sebuah papan besar di belakang meja. Dan perlahan membukanya dengan sekali tarikan.

Terlihat sebuah lukisan seorag gadis bergaun hitam yang memegang sebuah lentera di tengah hutan yang dipenuhi mawar. Bibirnya terseyum, namun matanya berkaca. Kakinya menapak tanah tanpa alas kaki dan menginjak patahan ranting hingga berdarah.

"Apa sebesar itu cintanya untuk gadis seperti dia?" monolognya di depan lukisan itu.

🍂

Sehari sebelum keberangkatannya ke Jerman, Zetta masih duduk termenung di ranjang rumah sakit. Melemparkan tatapan kosong pada gorden jendela yang melambai-lambai dengan lembut. Sampai akhirnya, suara derap langkah kaki terdengar semakin mendekat.

Seketika kepalanya memutar dan melihat kaki yang terbungkus sneakers putih berpijak di dekatnya.

"Jangan memikirkan yang nggak perlu dipikirkan." Zetta sangat hafal dengan suara itu. Itu suara Excel yang berucap dengan datar.

Pandangannya naik menatap wajah Excel dengan penuh kebencian. Sama sekali tak menyukai kehadirannya. "Ngapain lo ke sini?"

Tanpa mau menghiraukan ucapan ketus Zetta, Excel tetap berdiri tegak dan mengulurkan sebuah kotak hitam padanya. "Ada titipan buat lo."

Dengan cepat Zetta kembali memalingkan wajah. "Bilang sama Alfa, gue nggak mau lagi berhubungan sama dia!"

"Ini bukan dari Alfa." Excel menunjukkan amplop hitam bertuliskan 'For my lady rose' di depan mata Zetta.

Terpaksa Zetta melirik kertas itu dan seketika mengenali penulisnya. "Black Angel?" tanyanya dengan mata yang berkaca-kaca, lantas menerima kotak itu.

Dengan ragu Zetta membukanya dan melihat berlembar-lembar kertas bertabur kelopak mawar merah. Tumpukan kertas itu adalah lukisan Vincent yang seolah menceritakan setiap pertemuan romantis mereka.

Yang lebih menarik perhatian adalah amlop hitam yang ditunjukkan Excel. Amplop itu berisi sebuah surat dengan bercak darah. Dan sepertinya, Vincent menulis itu dalam keadaan terluka.

Zetta berusaha menahan air mata membaca surat itu hingga wajahnya memerah. Terlebih seraya mendengarkan cerita Excel.

"Vincent, kakak gue. Dia juga tangan kanan keluarga Alfa setelah ayah gue. Dia ditugaskan om Marvel jadi bodyguard lo sejak SMP. Gue nggak tahu apa alasan Om Marvel ngelakuin itu. Yang pasti, dia nggak berniat jahat.

SAVAGE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang