Play: Astronaut In The Ocean
——————————————🍂
Di sebuah ruangan berbau obat-obatan, Sere merebahkan tubuhnya seraya memegangi perut dengan ringisan. Dia sedang berada di UKS bersama Alfa yang duduk di kursi mengahadap ranjangnya dengan bersedekap dada. Matanya menatap Sere dengan alis yang naik sebelah.
"Sesakit apa sih datang bulan sampai bikin cewek kayak uler keket gitu?" Pertanyaan Alfa membuat Sere menghentikan ringisannya sejenak dan lebih memilih menahan sakitnya. Malu sekali rasanya dilihat laki-laki ketika dia sedang mengalami dismenore.
"Maaf ya, Al... gara-gara aku, kamu jadi repot." Sere selalu saja merasa tidak enak hati. Meskipun sebenarnya dia suka diperhatikan sejauh itu oleh Alfa. Bukan Sere baperan, lagi pula cewek mana yang tidak baper kalau ada cowok yang menawarkan perhatian. Apa lagi cowoknya macam Alfa yang gans maksimal, kaya tujuh turunan, delapan tanjakan, sembilan tikungan. Sayang otaknya cuma seperempatnya biji ketumbar.
"Udah berapa kali gue bilang, kalau lo butuh bantuan bilang aja ke gue." Itulah sedikit perhatian yang Alfa berikan pada Sere. Mendengarnya, Sere secara otomatis mengulas senyum manisnya.
Rasa sakitnya mendadak hilang mendengar perhatian Alfa untuknya. "Makasih, Al kamu baik banget sama aku. Cuma kamu satu-satunya orang yang mau temenan sama aku. Tapi, kenapa kamu mau lakuin itu semua buat aku, Al?"
Alfa terdiam sejenak menatap Sere dengan bola mata yang memutar ke keri ke kanan untuk mencari alasan yang tepat. "Karena...."
"Hm?" Sarena mengerutkan keningnya menunggu kelanjutan ucapan Alfa yang menggantung. Setelahnya, mata Sere terbelalak lantaran Alfa tiba-tiba membungkuk dan mendekatkan wajahnya.
"Karena gue...." Alfa memiringkan kepalanya hingga bibirnya tepat di sebelah telinga Sere. "Suka sama lo."
Jujur saja Sere ingin tersenyum. Akan tetapi, gadis itu masih menjaga imagenya sebagai gadis elegan. Dengan sekuat tenanga Sere menahan senyumnya hingga bibirnya menipis. Sakit di perutnya pun berganti dengan gelitikan aneh seolah ada kupu-kupu menari di sana. Dengan cepat Sere mengambil posisi duduk.
"Maksudnya suka sebagai teman kan, Al?" Bagaimana pun Sere tidak mau terlalu percaya diri. Dia takut terbang tinggi lantas di jatuhkan ke dasar jurang.
Tangan Alfa yang mulai aktif langsung menggenggam tangan Sere yang menumpu tubuhnya agar kuat untuk duduk. Hal itu semakin membuat detak jantung Sere semakin tak menentu. "Gue suka sama lo lebih dari teman. Gue mau kita jadian."
Sere tergagap tidak tahu harus menjawab apa lagi. Pipinya yang putih itu sudah memerah. Keringat di punggungnya pun juga mulai menetes. Dia benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. "Al, aku... aku-"
"Ssst!" Alfa menempelkan telunjuknya di bibir Sere. "Gue tahu kalau lo juga suka sama gue kan, Re? Kalau lo mau jadi pacar gue, lo cukup manggut-manggut aja. Nggak usah dipaksa ngomong. Yang ada lo jadi kayak Aziz Gagap," ucap Alfa disertai senyuman manis yang jarang sekali dia lemparkan pada gadis di luaran sana.
Sere semakin meleleh melihatnya. Bahkan wajah Alfa berubah dua kali lipat lebih tampan ketika mengulas senyuman maut itu. Sere bisa mimisan lama-lama menatap Alfa yang seperti itu.
"Gimana? Mau, kan?" tanya Alfa sekali lagi karena Sere hanya memandanginya dengan jakun yang naik turun. Dengan wajah polosnya, Sere mengangguk lemah mengiyakan ajakan Alfa untuk menjadi pacarnya.
"Nice! Welcome to my world, Baby." Alfa menarik dagu Sere untuk beradu tatap. Sere pun tak mampu lagi menyembunyikan senyumnya. Akan tetapi, hal berbeda terlihat di wajah Alfa. Laki-laki itu tersenyum dengan sebelah bibir yang naik ke atas sudah mirip seperti penderita stroke.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVAGE (End)
Teen FictionDia Zetta. Gadis SMA dengan jabatan Nona Boss di sebuah geng yang semua anggotanya berisikan murid laki-laki. Dikenal sebagai ratu jalanan dan bercita-cita menjadi penggerak feminisme. Sayang, mimpinya harus terkubur ketika orang tuanya menjatuhkan...