Di suatu malam yang dingin, nampak sepasang mata itu menatap ringan kearah langit yang gelap. Di sebelahnya terletak sekaleng bir yang menemaninya. Yang berperan penting dalam menghangatkan tubuhnya juga.
Tatapan penuh arti itu terus di berikan pada langit yang sebenarnya tak tau apa-apa.
"Apa bintang juga tak berada di pihakku?" gumamnya lalu menyeruput kecil minumannya itu.
Di lain sisi, seorang gadis lainnya nampak keluar dari kamarnya. Matanya nampak berat. Tapi kerongkongan sangat butuh untuk dibasahi. Itulah alasan terbesarnya untuk membuka mata yang semula telah terpejam.
Angin malam menyapa tubuhnya kala tubuh itu berhasil melewati pintu kamar.
"Dingin.." ucapnya kala bulu kuduk berdiri akibat rasa dingin yang menerpa.
Kepala menengok ke arah kiri. Pintu balkon nampak terbuka. Itulah kenapa angin bisa masuk dengan bebasnya. Gorden yang terpasangpun terlihat terbang berayun akibat angin.
Kaki memilih melangkah ke arah balkon. Daripada ke arah tangga untuk turun ke bawah menuju dapur dan menuntaskan maksud dan tujuannya.
Semakin dekat, angin malam kian terasa menerpa. Tangan meraih pintu untuk di tutupnya. Tapi terhenti kala mendapati seseorang disitu.
"Dahyuni?" Ia nampak kaget kala melihat gadis bersurai pirang panjang itu berada di situ. Berdiam diri tanpa mengenakan baju yang hangat.
"Sana Eonnie?" Yang ditegur juga terkejut.
Tak disangka masih ada yang terbangun di jam segini.Sana melangkah mendekati. "Apa yang kau lakukan di sini sendirian? Kau bahkan tak menggunakan baju hangat. Bagaimana kalau kau sakit?"
Dahyun tersenyum kecil. Perhatian itu benar-benar membuat Ia senang. Tapi keadaan malah membuatnya merasakan sakit teramat dalam. Gadis di hadapannya itu terlalu jauh untuk di gapai lagi.
"Aku hanya tak bisa tidur Eonnie. Lalu kenapa Eonnie kesini? Di sini dingin.."
"Balkon yang terbuka mengambil atensiku. Karena itu aku kesini. Siapa yang sangka kalau ternyata kaulah biang keroknya"
Dahyun tertawa. Membuat Gadis bernama lengkap Minatozaki Sana itu juga ikutan tertawa.
"Masuklah Eonnie. Lalu kembalilah tidur" Dahyun menyuruh. Dia tak sanggup berduaan begini bersama sang Eonnie. Karena bukan hanya hatinya saja yang akan terluka.
"Lalu kau?" Sana melempar pertanyaan dengan maksud yang sama.
"Aku akan disini sedikit lagi. Setidaknya sampai beer ku habis" Dahyun beralasan.
Sana mengalihkan perhatiannya ke arah samping gadis Kim itu. Memperhatikan sekaleng beer yang di maksud. "Akhir-akhir ini kau jadi sering minum. Kau baik-baik saja?"
Tidak..
Dahyun menjawab dalam hatinya."Aku baik-baik saja Eonnie" Dahyun tersenyum menyembunyikan luka.
"Aku tetap khawatir padamu. Jadi berhentilah minum itu dan ayo masuk. Besok kita ada jadwal"
Dahyun menahan perasaan. Kekhawatiran Sana hanya benar-benar seperti seorang kakak dan teman segrup. Bukan sebuah kekhawatiran yang seperti Ia bayangkan.
"Baiklah" Dahyun memilih mengiyakan.
Sana tersenyum senang. Ia senang gadis Kim itu mendengarkannya dengan baik. Dan tanpa banyak ucapan lagi, di tariknya gadis Kim itu untuk masuk ke dalam.
"Eonnie.." Dahyun melepaskan genggaman tangan Sana. "Aku mau tutup pintu balkon. Kalau terus di pegang. Pintu balkon akan terus terbuka" sambung Dahyun menjelaskan karena wajah Eonnienya itu terlihat terkejut . Padahal alasan sebenarnya ialah karena Dahyun tak tahan dengan degupan jantungnya yang berdetak diluar batas kewajaran akibat skinship kecil itu.
"oh iya. Kau benar juga" ucap Sana.
"Sayang?" suara tiba-tiba gadis lainnya mengambil atensi Dahyun dan juga Sana. Nada suara khawatir jelas terbaca dengan baik dari panggilan itu.
"Jeongyeon?" Sana membalas panggilan. Ia sangat terkejut mendapati gadis Yoo itu.
Yang membuat keterjutan tanpa berucap apapun lagi segera mendekap tubuh Sana erat. Dahyun membuang muka. Tak sanggup melihat hal itu didepan mata.
"Aku turun lebih dulu Eonnie" Dahyun memilih pamit. Dia benar tak sanggup.
"Dahyun tunggu" Siapa yang sangka jika Sana malah menahan langkahnya. Menggenggam pergelangan tangannya erat. Membuat pelukan dari Jeongyeon terlepas begitu saja.
Dahyun menatap kearah tangannya lalu ke arah wajah sang eonnie. Jantung berpompa begitu bahagianya. Tapi Tatapan tajam yang dilemparkan Jeongyeon untuknya membuang kebahagiaan itu.
"Kita turun sama-sama ke bawah. Aku juga mau ke dapur" Ucap Sana.
"Sayang.." Jeongyeon meraih tangan Sana yang menggenggam tangan Dahyun. Membuat tautan itu terlepas hingga membuat atensi Sana sepenuhnya untuknya. Kedua pundak Sana di pegangnya. "Biar aku saja yang ambil. Kembalilah ke kamar lebih dulu" ucapnya seraya mengelus pipi Sana juga.
Sana terkejut. "Tapi kan Jeong..."
"Sudah. Biar aku saja. Masuklah ke kamar. Aku tak akan lama. Aku akan segera kembali."
Sana menghela nafas dan akhirnya mengangguk kecil. Dia menatap Dahyun yang terhenti karena ulahnya. "Istirahatlah Dahyun. Dan jangan minum lagi" Sana memperingati lalu pergi meninggalkan kedua orang berbeda umur itu dan memiliki status yang berbeda untuknya.
Dahyun menghela nafas kecilnya. Lalu segera beranjak duluan hingga suara Jeongyeon menghentikan langkahnya.
"Aku sudah bilang padamu untuk menjauhi Sana"
Dahyun berbalik menatap sang Eonnie lekat. "Aku sudah berusaha Eonnie" Helaan napas Ia keluarkan. "Maafkan aku" lanjutnya dengan tangan yang terkepal menahan gejolak didalam hatinya. "Aku akan lebih berusaha lagi untuk membuat jarak dari Sana Eonnie. Aku janji"
_Tbc_
Kali ini ceritanya sedih sedih aja. Wkwk..
Semoga kalian suka (❁´◡'❁)
Yang suka jangan lupa simpan di library ya? 😉