Malam semakin larut. Tak banyak suara diluar sana yang banyak terdengar kecuali suara ombak dan angin yang menyapu lumayan kencang.
Mata dipaksa untuk terpejam. Tapi sialnya, kedua kelopak mata tak juga mau menutup. Memaksa netra cokelat itu memandang langit langit kamar yang gelap.
Bertanya pada diri jika ada kesempatan untuk menutup mata, tapi jawaban sebaliknya diberikan. Tak ada rasa kantuk maupun lelah. Jelas ini akan membuat mata terbuka lebar sepanjang malam.
Tubuh pun di bawa untuk bangun dari baringan. Membuat telapak kaki menyapa dinginnya lantai.
Sedikit tertarik melihat pemandangan luar membawanya menatap kecil dari arah jendela. Tak banyak yang ditemukan selain pohon yang bergoyang karena tiupan angin.
"hah~" helaan nafas mendadak keluar dengan sendirinya. Langkah kaki pun diubah mendekati dimana saklar lampu terletak.
klik...
Bunyi saklar yang di hidupkan terdengar. Suasana gelap pun mendadak berubah menjadi terang. Mata mengedar menatap jam dinding yang terpasang. Dimana waktu sudah menunjukkan pukul 23.57 kst.Tak ada yang bisa dikerjakan dalam keheningan tengah malam ini. Sepertinya hanya jalan jalan sebentar yang bisa membunuh kebosanan.
Bergegas, pakaian diganti. Memakai baju lumayan tertutup untuk menghalau angin malam. Hingga 7 menit kemudian, dirinya sudah berada di lantai bawah. Lengkap dengan kunci motor yang berada di tangan kanan.
"kau mau kemana di jam segini?" pertanyaan yang datang secara tiba tiba itu hampir mengeluarkan sumpah serapah dan membuat jantung berhenti mendadak. "Kenapa diam? Kau mau kemana Dahyun?" pertanyaan lain diberikan lagi.
Yang ditanya memberikan atensi. Sosok sang eonnie, Minatozaki Sana berada dibelakangnya. Menatap penuh dengan tanda tanya. "aku mau jalan jalan sebentar" Dahyun pun menjawab.
"sendirian? kalau terjadi apa apa padamu bagaimana?" Gadis Jepang itu bersedekap dada. Dia kesal dengan keputusan gadis Kim itu. Keluar sendirian ditengah malam begini terlalu berbahaya.
"kalau begitu eonnie mau menemaniku?"
"ne?" ekspresi serius tadi berubah. Sana sungguh tak menyangka jika gadis itu malah menawarinya keluar bersama.
"Kalau eonnie khawatir padaku, ikut dan temani aku" Dahyun berucap lagi melunturkan lamunan. "Kalau tidak mau, aku mau pergi sekarang. Karena aku tidak akan menuruti keinginan eonnie untuk kembali ke kamar. Jadi, bye.."
"eh? tunggu tunggu" Sana dengan reflek menahan kala gadis itu mulai melanjutkan langkahnya. "a-aku akan ikut denganmu. Tapi aku ganti baju dulu. Dan jangan pergi diam diam saat aku ganti baju"
"hm baiklah. Aku tunggu didepan"
.
10 menit berlalu dan Sana akhirnya menyelesaikan aktivitas kecilnya. Dia terlihat menuruni tangga, dan tergesa menuju pintu depan agar Dahyun tak semakin menunggu lama.Cekrek..
Pintu di buka. Mata membulat dengan reflek. Kaki juga bagai terpaku dilantai saking tak mempercayai dengan apa yang berada di depan matanya. Pemandangan indah yang cukup berhasil mengambil atensinya.