Brak!
"Dahyun?"Suara dengan nada khawatir membentur indera pendengaran. Mengagetkan sang pemilik kamar dan juga gadis lainya yang berada di dalam ruangan minimalis itu.
"Nayeon eonnie?" Dahyun berseru. Ia benar kaget melihat sosok sang eonnie yang terlihat terburu mendekatinya.
"Gwencana?" Gadis Im itu bertanya kecil lalu segera memeluk tubuh terduduk Dahyun. Dia benarlah khawatir. Dari tadi tidak ada yang mengabarinya soal kejadian tadi siang. Dia jelas tak bisa berkonsentrasi berlama lama di luar.
"Aku baik baik saja eonnie" Balas Dahyun menenangkan. "Dan kenapa eonnie sudah pulang? Ini masih terlalu cepat"
Nayeon melepas dekapannya. Tatapan khawatir masih terlihat jelas. "Aku sangat khawatir padamu. Lagipula acara keluarga hari ini tidak terlalu penting. Jadi aku bisa pulang dengan cepat"
Dahyun mengangguk kecil. "Baiklah. Tapi eonnie tidak usah cemas begitu. Aku baik baik saja. Eonnie yang lain terus menjagaku" Dahyun tersenyum. Tak lupa mengelus gemas kepala Nayeon.
Sana yang berdiri diam dari tadi hanya bisa mengepalkan tangannya. Dia jelas cemburu melihat kedekatan kedua orang itu. Tapi status antara dia dan Nayeon terlalu berbeda. Dia tak punya hak memisahkan.
"Ani. Aku bukannya tak percaya. Tapi aku harus memeriksamu sendiri. Kau kadang kadang masih suka berbohong padaku" Ucap Nayeon lalu mulai sibuk menscane tubuh Dahyun. Ia menyentuh wajah, lengan bahkan menarik baju gadis itu untuk memeriksa perutnya.
"Eonnie?!" Dahyun reflek memperbaiki bajunya lagi. Dia benar kaget dengan sikap eonnie nya yang satu itu. "Apa yang eonnie lakukan?" Wajahnya terlihat merona kini. Sebenarnya Dahyun tak masalah menunjukkan kulitnya pada Nayeon atau membernya yang lain karena itu terasa biasa untuknya. Biar telanjang pun, Dahyun tak memusingkannya. Karena tak ada perasaan yang Ia bawa. Tapi disini ada Sana. Itu jelas sangat berbeda. Sana gadis yang sangat Ia cintai. Jadi ini sangat memalukan.
"Hey aku memeriksamu. Karena Kau itu selalu menyakiti dirimu sendiri setelah bertikai dengan Jeong-"
"Apa yang eonnie bicarakan?" Dahyun reflek membekap mulut Nayeon. Memotong ucapan gadis Im itu. Karena disini tidak hanya ada mereka berdua saja.
"Huh? Apa maksud nya itu?" Yang dikhawatirkan sudah terlanjur mendengarnya. Dia menatap kedua gadis yang terduduk di atas ranjang itu penuh selidik. Meminta penjelasan.
"Eoh?" Nayeon yang tersadar ikutan kaget juga. "Sana? Kau disini?" Dan dia baru menyadari keberadaan gadis Jepang itu disitu. Nayeon benar bersumpah tidak menyadarinya dari awal Ia masuk tadi.
"Apa yang eonnie bicarakan? Apa benar jika Dahyun selalu menyakiti diriny-"
"Ani ani!" Nayeon segera memotong. "Tadi aku hanya asal berbicara saja" Nayeon dibuat semakin gugup. Segera Ia melirik Dahyun meminta bantuan.
"Aku tak pernah menyakiti diriku sendiri eonnie" Dahyun segera menolong. "Itu tak bermanfaat untukku juga" Lanjutnya.
"Kau yakin sedang tak berbohong padaku kan?" Sana menatap tajam. "Karena matamu tengah berkata lain saat ini"
Dahyun segera membuang arah pandangnya ke tempat lain. Lalu berpura pura menggosok matanya itu. "Apa yang eonnie bicarakan?" Dia mulai tertawa canggung.
"Kim?!"
"Nayeon eonnie? Tadi Sana eonnie kena tampar untuk melindungi ku" Dahyun segera mengalihkan pembicaraan.
"Jinjja?" Nayeon berseru kaget. Rasa was was tadi hilang seketika. "Apa Jeongyeon yang melakukannya?" Tanyanya lagi sembari mendekati Sana. Memeriksa pipi gadis cantik itu. "Yak! Ini masih memerah. Kau tidak mengompresnya?"