Suara musik terdengar mengisi backsound perjalanan Jeongyeon dan juga Nayeon. Tak ada yang memulai pembicaraan lebih dulu sedari tadi. Suasana saat ini terlalu berbeda disaat-saat yang telah terlewati di mana Nayeon yang selalu lebih dulu dan selalu duluan berbicara atau bertingkah lucu di depan Jeongyeon. Tapi saat ini, hanya ada keheningan di antara mereka.
Jeongyeon melirik kecil Nayeon yang terlihat menatap jendela disampingnya. Gadis itu terlalu nampak acuh tak seperti biasanya.
Lagu di matikan. Jeongyeon tak tahan dengan situasi. Ia melirik Nayeon lagi sesekali akibat Ia juga tengah fokus dengan jalan karena sedang menyetir.
"Nay, kau baik-baik saja?" Jeongyeon akhirnya bertanya.
Yang ditegur terlihat terkejut. "A~ ne Jeong. Aku baik-baik saja"
"Kau yakin?"
Anggukan gadis Im itu keluarkan. "Aku baik-baik saja. Kau fokus menyetir saja"
Jeongyeon akhirnya mengangguk kecil. Sepertinya gadis Im itu sedang dalam mood tak baik. Padahal tadi dia terlihat baik-baik saja. Jeongyeon akhirnya memilih diam. Musik di putar lagi. Perjalanan mereka benar-benar sungguh flat.
Nayeon menghela nafas kecil akibat sikap Jeongyeon. Tapi sudahlah. Dia tak punya hak memarahi gadis itu lagi.
Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya mereka tiba di kediaman keluarga Im. Jeongyeon memarkirkan mobil.
Nayeon terlihat membuka seatbelt. Jeongyeonpun terlihat melakukan hal yang sama tapi Nayeon tiba-tiba menghentikannya. "Kau bisa pulang ke dorm Jeong. Kau bisa pakai mobilku"
"uh?" Jeongyeon terkejut. "Apa maksudmu? Aku mau turun menyapa keluargamu dulu"
Nayeon menggeleng. Ia melarang gadis Yoo itu untuk melakukan hal yang diinginkannya.
"Kau ini kenapa sebenarnya?"
"aku tak apa-apa. Dan kau bisa pulang. Aku akan pulang besok pagi. Kau bisa pakai mobilku malam ini. Dan terima kasih sudah mengantark-"
"sudah berhenti!" Jeongyeon memotong ucapan. Ia terlihat kesal dengan Nayeon saat ini. "Nay, aku tak suka ada rahasia diantara kita. Jadi katakan padaku, kenapa kau bersikap begini?"
Nayeon menghela nafasnya. Lalu mulai sibuk mengambil tasnya yang berisikan barang-barang pribadinya. Mata kemudian menatap gadis yang masih menunggu jawabannya itu. "Sana pasti khawatir padamu. Jadi pulanglah ke dorm lebih dulu" ucap Nayeon.
"Jadi karena itu kau bersikap seperti ini?"
"Jeong, pulanglah..." Nayeon menyuruh lagi dan berakhir dengan helaan nafas pelan. Bahkan kini dia terlihat turun dari mobilnya sendiri. Menutup pintu dan mulai meninggalkan Jeongyeon yang masih berada di mobilnya.
Jeongyeon kesal. Dia membuka seatbeltnya dengan terburu. Keluar dari mobil dan mengejar gadis Im itu. Jeongyeon menahan langkah. Memutar gadis Im itu untuk menatapnya.
"Jangan bersikap begini. Aku tak suka Nay!
Dan malam ini aku akan menginap kalau kau bersikeras menginap""Jeong jangan macam-macam. Sana akan sangat khawatir padamu"
"Aku akan mengabarinya!"
Tak menjawab, Nayeon malah segera masuk ke rumahnya dengan wajah lesu. Dan Jeongyeon terlihat mengikuti di belakangnya.
"Aku pulang" Nayeon berujar. Dan adiknya terlihat keluar dari kamar dan segera memeluk Nayeon.
"Aku rindu Eonnie" ucap gadis bernama Im Seo Yoon itu.
Nayeon tersenyum. Mengacak ringan rambut sang adik. "Aku juga"
"Hai Seo Yoon?" Jeongyeon memilih menegur karena dia seperti tak terlihat oleh gadis itu.
"oh? Jeongyeon oppa?"
Jeongyeon tertawa mendengar panggilan gadis itu. "Kenapa panggilanmu padaku tak berubah , hm?"
"Karena oppa kekasih kakak ku , jadi aku akan ter-"
"Seo Yoon!" Nayeon menegur keras mengagetkan sang adik. Dia sebenarnya tak bermaksud bersuara besar. Tapi ucapan adiknya itu kelewatan menurutnya. "Mian, aku tak bermaksud memarahimu. Jadi masuklah ke kamarmu" perintah Nayeon.
Seo Yoon nampak sedih. Dan segera mengikuti ucapan sang kakak.
"Kenapa kau seperti itu pada adikmu?" Pertanyaan datang dari arah belakang.
"Bukan urusanmu!" Nayeon membentak lagi. "Dan sudah ku katakan pulanglah ke dorm menggunakan mobilku" mood Nayeon benar-benar tak stabil.
"aku tidak mau. Kau pikir aku bisa meninggalkanmu dengan sikapmu yang seperti ini?"
"kenapa kau sulit sekali ditegu-"
"Eh? Nay, kau pulang sayang? Oh ada Jeongyeon juga rupanya"
Suara wanita paruh baya menghentikan ucapan Nayeon. Kedua gadis itu reflek menengok kebelakang dan mendapati Ny.Im, Ibunda Nayeon baru masuk rumah.
"Bibi Im? Aku merindukanmu" Jeongyeon seketika menghambur memeluk wanita itu.
Nayeon tak suka. Keadaan ini benar-benar membuatnya sungguh kesal."Eomma?"
"eoh? Kenapa sayang?"
"Aku lupa obatku. Eomma melihatnya?"
"A~ tadi Eomma berikan pada adikmu"
"Baiklah" Nayeon menjawab dan segera menuju kamar adiknya. Tak memperdulikan Jeongyeon lagi.
.Di lain sisi Sana nampak khawatir, Jeongyeon belum juga mengabarinya. Langkah tak tenang dia lakukan di ruang menonton dorm. Sesekali melihat handphonenya berharap Jeongyeon mengirim kabar.
Tak tahan lagi, Sana memilih menelphone sang Eonnie. Nayeon tentu saja.
Panggilan di angkat dengan cepat.
Eonnie?
Oh? Kenapa San?
Itu..aku khawatir Jeongyeon belum juga mengabariku. Dia kemana? Kalian belum pulang?
A~ dia ada di depan bersama Eommaku. Aku akan memintanya mengabarimu secepatnya.
Baiklah. Terima kasih Eonnie.
Iya.
Pip!
Panggilan berakhir.Sana melempar handphonenya di Sofa lalu tubuhnya juga di lemparkannya untuk duduk. Helaan nafas Ia keluarkan. Hah~
Setelah beberapa saat, Sana akhirnya memilih bangkit dari duduknya. Bermaksud ke lantai dua menuju kamarnya, tapi malah terhenti ketika pintu kamar Dahyun yang memang di lantai satu terbuka.
"Dahyun?" Sana menegur.
Yang ditegur terlihat terkejut. "Eonnie?"
"Mau kemana?"
"ke dapur"
"Kau mau minum cokelat panasmu seperti biasa?"
Yang di tanya mengangguk. Itu memamg kebiasaannya.
"Mau ku buatkan?" Sana menyarankan.
"Tidak perlu Eonnie. Aku bisa sendiri" Dahyun jelas menolak. Dia harus mengikuti kemauan Jeongyeon. Janji sudah terucapkan.
"Dahyun jangan begini..."
_Tbc_