Langit terlihat berubah warna. Kegelapan berlahan menyapa dunia. Lampu yang dari pagi mati kini terlihat mulai menerangi bangunan dan juga jalan jalan.
klik!
Pintu terlihat terbuka. Dahyun terlihat keluar dari ruangan kecil yang berada dalam kamar besarnya. Rambut basah terlihat menjuntai membasahi lantai yang Ia lewati. Tangan segera meraih handuk kecil yang berada di laci lemari pakaian. Di pakai demi mengeringkan rambut.Sebelah tangan juga mulai terlihat meraih handphone yang berada di atas ranjang. Pesan dari sang leader mengambil atensi. Pesan pun di balas dengan cepat olehnya.
Setelah aktivitas kecil itu, kaki di bawa pergi keluar dari kamar. Senyuman mengembang tatkala melihat punggung gadis yang dicintainya tengah sibuk berkutat di pantry dapurnya.
"Sayang~" teguran tiba tiba dan pelukan yang diberikannya dari belakang berhasil membuat keterkejutan. Teriakan bergema yang dihadiahi sebuah tawa.
"Dahyun! Itu tidak lucu" Omelan mulai terdengar. "Aku sedang pegang pisau. Kalau aku tidak sengaja mengiris jariku bagaimana?"
"mian sayang..." Dahyun menyesal. Tak lupa memberikan kecupan di pipi juga. "Sedang apa memangnya, hm?" Backhug kembali diberikan Dahyun. "Eonnie terlihat sangat sibuk disini setelah mandi tadi. Kenapa tidak di kamar saja?"
"Aku bosan kalau cuma di kamarmu terus. Apalagi menunggumu yang keasikan berendam" Sana menjawab. "Jadi ku putuskan untuk memasak makan malam untuk kita berdua" Lanjutnya yang terlihat kembali sibuk mengiris bahan bahan dihadapannya.
"Sayang, kita bisa pesan makan saja. Aku takut merepotkanmu dan membuatmu terluka"
"Ani. Ini kemauanku juga. Jadi sekarang, lepaskan pelukanmu dulu"
"Apa aku tak diinginkan lagi?" nada merengek terdengar. "Aku masih ingin memeluk eonnie"
Kekehan kecil Sana berikan. "Kenapa berpikiran begitu? Dan aku juga ingin dipeluk olehmu. Tapi..." Pisau diletakkan. Sana membalikkan tubuh demi menatap sang pacar. "Ini bukan saat yang tepat. Jadi lepaskan tanganmu dari pinggangku" Sana meraih tangan yang masih melingkar di tubuhnya itu untuk dilepaskan. "Dan masuklah ke kamar. Ganti bathrobemu dan keringkan rambutmu itu dengan baik agar kau tidak sakit"
"Tapi..."
"Dahyun!" Sana menatap tajam dengan bertolak pinggang.
"Hah~ iya iya" Yang ditegur pasrah dan memilih menuruti. "Aku tidak akan lama"
"Iya"
.Beberapa menit berlalu dan Dahyun sudah terlihat kembali mendekati Dapur. Dia sudah memakai piyamanya dan Rambut nya juga sudah terlihat sangat kering.
Sana yang menyadari kedatangannya terlihat melempar senyuman. "Duduklah sayang. Ini hampir selesai" si gadis Jepang menyuruh.
Dahyun pun segera menarik salah satu kursi di meja makan lalu mendaratkan bokong di permukaannya. "Eonnie?" tegurnya kemudian.
"hm?"
"Besok leader mengajak kita ke Rumah Sakit menjenguk Nayeon eonnie"
"Baiklah" Sana setuju. "Tapi, bukannya besok kita punya jadwal?" Dia balas bertanya kala mengingat hal itu.
"Iya. Eonnie punya pemotretan dan aku harus rekaman sebuah variety" Dahyun menjawab membenarkan. "Jadi kita akan datang menjenguk saat sore"
"Kalau seperti itu, aku bisa tenang" Ucap Sana. "Dan tolong bantu aku menyiapkan piring"
"Baiklah"
.
Masker terlihat menutupi sebagian wajah. Topi juga di pakai demi menutupi identitas. Mereka tak ingin membuat kehebohan dan mengganggu istirahat para pasien dan juga para dokter yang beraktivitas.