Suasana dorm terdengar sunyi. Tujuh gadis lainnya yang semula berada di dalamnya sudah terlihat pergi untuk melanjutkan jadwal. Meninggalkan kedua temannya yang sedang sakit.
Sana salah satu di antara keduanya berlahan turun dari atas ranjangnya. Sedikit tertatih akibat tubuhnya yang masih lemah. Ia berusaha sangat keras untuk turun ke bawah. Ke kamar Dahyun lebih tepatnya.
Didepan pintu berwarna cokelat itu, Sana menghentikan langkah. Dia sedikit ragu untuk masuk. Tapi setelah beberapa detik, akhirnya Ia memilih membuka pintu tertutup itu tanpa mengetuk terlebih dahulu.
Kaki dibawa masuk berlahan. Mendekati ranjang di mana Dahyun terlihat berbaring dengan mata terpejam.
Sana berlutut di pinggir ranjang yang tak terlalu tinggi itu. Mencoba memegang tangan terbalut Dahyun. Mata mulai terasa sangat panas. Sana tak tega melihat keadaan adiknya yang terkulai lemas seperti ini. Dengan bibir pucat dan tangan yang terlihat terbalut.
"Dahyun~ maafkan aku" Sana berujar sembari menahan tangis yang bisa keluar kapan saja.
Dia sungguh menyesal.
.Satu jam berlalu dan Sana terlihat terbangun dari tidurnya. Dia tak habis pikir bisa tertidur saat menunggu Dahyun membuka matanya. Apa dia selemah itu saat ini?
"ugh.." ringisan kecil keluar dari mulutnya kala Ia mencoba terbangun untuk duduk. Dan malah berakhir bingung kala sadar jika tengah tertidur di atas ranjang. Bukan ranjangnya. Tapi ranjang milik si gadis Kim.
"eoh? Dahyuna?" Sana menegur kaget sang pemilik kamar yang ternyata dari tadi memperhatikannya. Gadis Kim itu terlihat duduk di single sofa tidak jauh dari ranjang.
"Apa yang eonnie pikirkan hingga tertidur di pinggir ranjang?" Dahyun membuka suara.
"oh?"
Dahyun bangun dari duduknya setelah menghela nafasnya. "Eonnie sedang tak sehat. Kenapa berpikir keluar kamar dan tertidur disini dengan posisi tak nyaman? Kalau Jeongyeon eonnie tau, dia akan kembali memuk-" Dahyun segera menghentikan ucapannya kala hampir mengatakan sesuatu yang tak seharusnya Ia ucapkan.
"Jeongyeon akan melakukan apa padamu Dahyun?" Sana sudah terlanjur mendengar dan menyimpulkannya. "Apa dia memukulmu?" Sana mencoba bangun dari atas ranjang. Mendekati si gadis Kim yang terdiam.
"Luka dibibirmu, tadi pagi aku tak melihatnya. Apa ini ulah Jeongyeon?" Sana bertanya lagi kala posisi tubuhnya sudah dekat dengan Dahyun. "Jawab Kim!" desak nya.
Dahyun segera menepis tangan sang eonnie. Yang mencoba menyentuh wajahnya. "Tidak. Tidak ada yang terjadi" Ucapnya tak mengaku.
"Jangan begini Dahyun. Katakan kepadaku apa yang terjadi"
"Cukup Eonnie!" Dahyun malah membentak. "Aku tak mau menjadi perusak hubungan kalian lagi. Jadi tinggalkan aku sendiri. Dan menjauhlah dariku"
"Dahyun? Apa yang kau katakan? Aku tak mau menjauh darimu"
"Eonnie harus melakukannya" Nada suara Dahyun merendah. Dan tiba-tiba dia malah menangis. Mengeluarkan kepedihannya yang coba Ia tahan. "Aku tak mau jadi perusak. Aku menyanyangimu dan juga Jeongyeon eonnie. Jadi aku ingin melihat kalian bahagia"
"Apa yang kau katakan, eoh?" Sana menarik Dahyun untuk didekapnya. Memeluknya seerat yang Ia bisa. "Berada di sekitarmu saja sudah buat aku bahagia Dahyun. Bagaimana mungkin kau menyuruhku untuk menjauhimu?"
"Tidak.." Dahyun mendorong tubuh Sana. Melepas pelukan gadis itu. "Tolong menjauh dariku.."
"Aku tidak mau!" Sana tetap menolak. "Kau itu adik yang sangat kusayangi. Bagaimana mungkin aku harus menjauhi orang terpentingku, eoh?"
"Jangan egois Eonnie..."
"justru kau yang jangan egois! Apa kau bersikap seperti ini karena permintaan Jeongyeon? Katakan!"
"Bukan" Dahyun berucap. Dia jelas berbohong.
"Lalu apa? Apa kau masih marah padaku soal kemarin?" Sana bertanya lagi. "Aku benar-benar menyesal karena membentakmu waktu itu. Aku hanya kaget melihat sikapmu yang terbilang baru. Aku bukannya memihak Jeongyeon karena dia kekasihku"
"Itu bukan salah Eonnie"
"kalau begitu, jangan meminta hal-hal aneh seperti menyuruhku menjauhimu. Karena aku tidak mau melakukannya!"
Tak ada jawaban balasan dari Dahyun. Dia diam. Membuat suasana benar-benar hening.
"Baiklah. Aku tak akan mengatakan hal-hal itu lagi" ucap Dahyun kemudian. "Asal.." Ia menatap wajah Sana yang terlihat bahagia. "Kembalilah pada Jeongyeon eonnie. Dan hentikan hubungan break kalian"
"huh? Kau tau dari mana kalau kami break ?"
"Berjanjilah Eonnie" Dahyun tak mau menjawab.
"Shirreo!" Sana menolak. "Aku tidak akan melakukan itu sebelum suasana di antara member kembali seperti dulu"
"Eonnie jebal~"
"Tidak Dahyun. Aku tidak akan melakukannya" Sana masih menolak. "Dan sebaiknya kita hentikan membicarakan hubunganku dengan Jeongyeon lagi. Aku lebih khawatir melihat keadaanmu begini"
Memilih break dari pada mengakhiri. Apa eonnie begitu mencintainya? - Dahyun membatin
"Hey? Kenapa melamun?" Sana menyadarkan gadis itu. "Kau baik-baik saja?"
"hm" Dahyun mengangguk.
"Kemarilah" Sana menarik Dahyun menuju ranjang. Lalu membuatnya berbaring. "Istirahatlah. Tubuhmu terlihat butuh banyak istirahat"
Dahyun menurut. Dia masuk kedalam selimutnya. Jujur tubuhnya memang masih terasa lemas.
"Aku tak akan memaksamu menceritakan apa yang sebenarnya terjadi hingga kau mendapat banyak luka begini. Tapi jika itu terjadi karenaku, aku benar-benar minta maaf"
"ini tak ada hubungannya dengan Eonnie" ucap Dahyun seraya membalikkan tubuhnya memunggungi eonnienya itu. "Dan aku ingin kembali tidur, jadi eonnie kembalilah ke kamar eonnie dan istirahat juga"
"Baiklah" terdengar helaan nafas Sana. "Istirahatlah" sambungnya seraya mengelus kecil kepala Dahyun lalu keluar dari kamar.
"ini masih menyakitkan eonnie!"
_Tbc_
Haruskah ku double up malam ini? 😌
Hehehe...
Tapi bo'ong 😜