Malam semakin larut. Beberapa member Twice terlihat telah tidur. Tapi tidak untuk Sana. Gadis itu masih menunggu dua membernya yang tak kunjung pulang.
Beberapa kali Ia terus mencoba menelphone. Tapi nihil. Tak ada jawaban yang Ia inginkan.
"Sayang? Kenapa masih disini?" Suara Jeongyeon terdengar menubruk telinga. Jelas mengambil atensi.
Yang ditanya menghela nafasnya. "Aku akan tidur sekarang. Selamat malam Jeong" ucap Sana lalu berjalan dan melewati Jeongyeon untuk ke kamarnya tanpa ucapan lagi. Jelas membuat sigadis Yoo hanya bisa menghela nafas kecil.
"Sana" Jeongyeon memilih menahan gadis Jepang itu. Menghentikan langkah kala gadis itu akan menginjakkan kaki di tangga.
Sang pemilik nama memberi atensinya. "Ada apa?"
"Bisa malam ini aku tidur denganmu?"
"huh?"
"Aku merindukanmu. Jadi bisakah aku tidur denganmu malam ini?" Jeongyeon memperjelas keinginannya. Karena dia benar merindukan Sana.
Yang diinginkan hanya menghela nafas kecil lalu mengangguk menyetujui. "Baiklah. Hanya malam ini Jeong"
Jeongyeon jelas senang mendengar hal itu. "Terima kasih"
.
Pagi menyambut. Menandakan hari baru telah tiba. Tapi matahari belum berada di tempatnya. Karena memang jam masih menunjukkan pukul 05.55 kst. Masih terlalu pagi.
Tapi Sana sudah terlihat terbangun. Sedikit melirik pada Jeongyeon yang masih tertidur nyenyak disebelahnya. Berlahan, Ia memindahkan tangan gadis itu dari atas perutnya.
Helaan nafas keluar begitu saja. Lalu berlalu pergi dari kamar nyamannya itu. Sana menuju kamar mandi. Setidaknya untuk mencuci muka dan menyikat gigi karena dia enggan mandi sepagi ini.
Setelah semua itu, si gadis Jepang berlahan turun ke lantai bawah. Kakinya membawa dirinya ke kamar Dahyun. Ia ingin memeriksa gadis itu. Tapi sang pemilik kamar tidak ada di dalamnya.
"Hah~" Sana menghela nafasnya lalu kembali menutup kamar. Handphone yang dari tadi dia pegang diperiksanya lagi. Berharap nenemukan pesan text dari Dahyun. Tapi hasilnya selalu sama sejak semalam. Tak ada kabar dari gadis Kim itu.
Tubuh dilemparkan ke sofa. Lalu membaringkan tubuh sejenak seraya menatap langit-langit dorm mereka. Helaan nafas Sana keluarkan terus menerus hingga Ia memilih memejamkan matanya. Sebenarnya Ia masih mengantuk. Tapi kekhawatirannya pada Dahyun membuatnya terbangun dengan cepat.
"Kau dimana Kim Dahyun?"
Di lain sisi, Dahyun terlihat telah memarkirkan mobilnya di area dorm. Membuka seatbelt lalu menatap sang eonnie yang terlihat memejamkan mata disampingnya.
"Eonnie? Nayeon Eonnie?" Dahyun mencoba membangunkan.
"ngh?" si gadis Im terganggu.
"Kita sudah sampai. Ayo turun dan lanjutkan tidurmu didalam"
Nayeon membuka paksa matanya. Lalu mencoba membuka seatbeltnya. Tapi Dahyun sudah lebih dulu melakukan hal itu untuknya. Keduanya lalu turun secara bersamaan.
"Apa masih sakit? Mau kugendong saja?" Dahyun menawari yang segera dibalas gelengan dari Nayeon.
"Aku baik-bak saja. Ayo masuk" Nayeon menolak seraya mengulurkan tangannya untuk digenggam. Dan Dahyun segera melakukan keinginan gadis kelinci itu. "Ck! Berhenti menatapku seperti itu terus!" Nayeon menegur ditengah jalan mereka masuk.
Yang ditegur menghela nafas kecil. "Aku hanya khawatir"
Nayeon mendengus kesal. "Aku bukan anak kecil yang harus dikhawatirkan. Jadi cepat buka pintu itu" Nayeon menginteruksi sigadis Kim untuk memasukkan password dorm mereka.
"Ne wangbi" balas Dahyun yang malah mrmbuat Nayeon mengulun senyum kecil.
Dan sesaat pintu dorm terbuka, keduanya masuk bergantian. Suasana tenang jelas menyambut keduanya.
"Oh?" Nayeon tiba-tiba menghentikan langkah membuat Dahyun bingung.
"ada apa Eonnie?"
"Lihat itu" Nayeon menunjuk ke arah sofa. Nampak jelas tubuh tertidur Sana disitu. "tolong urus gadismu itu. Kurasa dia tertidur disini karena menunggumu" Ucapnya nyaris berbisik.
"Ck! Dia bukan gadisku. Dia milik Jeongyeon eonnie" Dahyun jelas kesal karena godaan sang eonnie tertua.
Nayeon terkekeh kecil. "Bangunkan dia dan suruh tidur di kamar"
Dahyun menghela nafasnya. "Baiklah. Dan eonnie segera istirahat juga"
"Ne jagiya" balas Nayeon diselingi tawa kecil sebelun dia meninggalkan Dahyun untuk kekamarnya.
Sepeninggalnya Nayeon, Dahyun mendekati Sana. Berjongkok di samping gadis itu. Dahyun memilih menatap wajah tenang Sana sebelum membangunkan gadis itu. Cukup lama menikmati pahatan Indah itu hingga Ia pun menghela nafas kecil.
"kuharap eonnie tidak ketiduran disini demi menungguku"
"Memang tidak. Tapi aku terbangun dengan cepat karena mengkhawatirkanmu"
"eh?" Dahyun kaget bahkan sampai jatuh terduduk karena mendengar Sana membalas ucapannya.
Si gadis Jepang membuka mata lalu bergerak untuk duduk. Dia pun segera menatap lekat Dahyun.
"Kau dari mana saja bersama Nayeon eonnie? Dan kenapa tidak pernah mengabariku bahkan mengangkat telphoneku?" Sana segera bertanya dari pada menolong Dahyun yang masih dengan posisi terduduk karena terkejut itu. "Jawab aku Kim!" desak Sana.
Dahyun menelan salivanya susah. Tapi dia enggan menjawab pertanyaan Sana barusan. "Maaf membuatmu khawatir Eonnie" jawab Dahyun seraya bangun berdiri. Membuat Sana refleks mendongak karena posisi. "Dan eonnie lanjutkanlah tidur eonnie dikamar. Ini masih sangat pagi" lanjutnya lalu meninggalkan Sana.
Sana yang tak terima dengan pernyataan Dahyun segera menahan langkah gadis itu. "Aku tidak suka kau seperti ini Dahyun. Jadi katakan padaku kalian darimana saja? Dan kenapa baru pulang dijam ini?"
Dahyun menghela nafasnya kecil. "Kemarin kami terlalu bersenang-senang saat berkencan hingga lupa waktu dan tak sadar jika pergi terlalu jauh. Jadi kami memilih ke hotel untuk bermalam" Ucapnya yang merupakan kebohongan semata. Karena Sana tak boleh mengetahui hal yang sebenarnya terjadi.
"hotel? Berduaan?" Si gadis Jepang nampak sangat terkejut.
Dahyun mengangguk kecil. "Dan Eonnie, itu bukan masalah besar. Jadi tahan emosimu. Itu tidak baik mengeluarkannya sepagi ini"
"Ini semua karenamu. Aku sangat mengkhawatirkanmu. Apa kau ta-"
"Aku tau" potong Dahyun seraya membawa Sana kedalam dekapannya. Dan hal itu jelas membuat Sana terkejut. Dia lupa kapan terakhir kali Dahyun memeluknya seperti ini.
Tidak jauh berbeda dari dari Sana,
Dahyunpun merasakan hal itu. Dia kaget ketika menyadari jika tengah memeluk eonnienya itu. Ingin menyudahi, tapi dia ingin berlama lama dengan posisi nyaman ini. Bahkan Sanapun sudah membalas pelukannya. Memeluknya dengan sangat erat. Dahyun jelas tak ingin melepasnya."Maafkan aku" lirihan Dahyun terdengar. Dan Sana jelas mendengarnya.
Refleks pelukan bertambah erat. Menghalau angin pagi yang dingin untuk masuk kedalam kehangatan yang mereka ciptakan.
"Kumohon jangan buat aku sekhawatir ini lagi Dahyun. Berjanjilah untuk terus mengabariku kemanapun kau pergi. Aku rindu sikapmu dimasa lalu" Sana meregangkan pelukan tanpa melepas lingkaran tangannya di leher Dahyun. "Bisakah kau kembali menjadi Dahyunku yang dulu? Menjadi adik yang terus berada disampingku?"
Bagai tersambar petir kala mendegar permintaan itu. Sana jelas tak akan mengubah status yang sudah lama terjalin itu. Sana hanya menginkan Dahyun menjadi adiknya.
Rasa sakit jelas terasa. Tapi Dahyun dengan bangganya memberikan senyuman untuk Sana yang jelas menyakitinya. "Aku janji Eonnie. Demi kebahagiaanmu"
_Tbc_